Lewat Budidaya Dry Maggot - Ciptakan Nilai Ekonomis Sambil Mengurai Sampah

Cegah terjadinya penumpukan sampah yang mempunyai dampak terhadap lingkungan dan kesehatan, maka pengelolaan limbah sampah perlu dioptimalkan. Berangkat dari kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan pada lingkungan, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) menggelar pelatihan pembuatan dry maggot untuk pengurai sampah organik bagi masyarakat binaan perusahaan dan kelompok masyarakat pengelola Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bessai Berinta Bontang dalam upaya mengembangkan potensi budidaya Black Soldier Fly (BSF).

VP CSR Pupuk Kaltim, Anggono Wijaya dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin mengungkapkan, pelatihan ini merupakan salah satu bentuk edukasi bagi masyarakat khususnya dalam pengelolaan lingkungan dari manfaat maggot sebagai pengurai sampah makanan. Dari upaya tersebut, diharapkan persoalan sampah makanan yang selama ini cukup besar dan menjadikan Indonesia peringkat dua dunia dalam hal food waste, bisa lebih ditekan dimulai dari lingkungan rumah tangga.”Sampah organik rumah tangga berkontribusi besar terhadap penambahan sisa makanan yang dibuang setiap hari. Padahal itu bisa dimanfaatkan menjadi maggot yang memiliki nilai ekonomi,” ujar Anggono.

Pelatihan ini juga merupakan kesinambungan kontribusi Pupuk Kaltim dalam pengelolaan sampah di Kota Bontang dengan memaksimalkan peran masyarakat maupun TPST Bessai Berinta agar jumlah sampah organik yang mencapai 80-85 ton per hari bisa dipilah serta dimanfaatkan untuk budidaya BSF dan maggot.

Apalagi, lanjut Anggono, maggot memiliki banyak manfaat karena mengandung asam amino dan protein sehingga potensinya bisa dikembangkan agar lebih bernilai ekonomi, seperti untuk bahan pakan ikan, kompos, hingga pupuk cair.”Cara ini sangat berpotensi diterapkan di Bontang. Jika berhasil, setiap rumah tangga berkontribusi dalam menekan jumlah sampah, karena bisa diolah sendiri menjadi maggot dan tidak perlu dibuang langsung ke TPA Bontang Lestari,” tambah Anggono.

Mewakili Pemkot Bontang, Kepala Seksi Kemitraan dan Pemanfaatan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bontang, Riwan Rudiyatmoko mengungkapkan, pelatihan dry maggot merupakan kesinambungan pilot project budidaya BSF yang dilaksanakan Pupuk Kaltim bersama Pemkot Bontang di TPST Bessai Berinta.

Selain mampu mengurangi sampah organik, maggot juga berkontribusi terhadap pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Hal itu dikarenakan apabila sampah organik dibiarkan cukup lama akan menghasilkan gas metan yang berpengaruh terhadap ozon.”Melalui pelatihan ini, kami harap akan banyak masyarakat maupun kelompok yang terlibat dalam budidaya maggot, sehingga pengelolaan sampah di Kota Bontang lebih maksimal melalui sinergi dan kerjasama Pemerintah dengan Pupuk Kaltim,” papar Riwan.

 

Memiliki Nilai Ekonomi



Dia berharap pelatihan dry maggot ini bisa menjadi peluang baru pengembangan potensi BSF untuk produk turunan yang bernilai ekonomi, sehingga manfaat budidaya BSF tak hanya dirasakan bagi lingkungan secara umum saja, tapi juga kesejahteraan masyarakat karena nilai jual maggot yang terbilang tinggi untuk kebutuhan berbagai produk.”Dari pelatihan ini, manfaat tidak hanya tentang menekan jumlah sampah, tapi juga mengembangkan peluang yang bernilai ekonomi dari sampah organik yang dipilah, sehingga turut berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat,” harap Riwan.

Henri Supranto, pemateri dari Omah Maggot Jogja, menjelaskan kemampuan maggot terbilang luar biasa dalam mengurai sampak organik. Maggot bisa dipandang sebagai sumber daya yang memiliki potensi untuk peluang ekonomi selain manfaat terhadap lingkungan.

Budidaya maggot mudah dikerjakan dan tidak membutuhkan lahan yang luas, mengandung zat antibiotik alami, sehingga tidak membawa agen penyakit serta tidak menimbulkan bau busuk.”Maggot memiliki nilai protein tinggi berkisar 35-46% dan asam amino yang dibutuhkan makhluk hidup. Olahan maggot bisa kemana-mana, karena bisa diekstrak protein atau asam aminonya untuk industri make up dan sebagainya,” kata Henri.

Sebagai informasi, maggot adalah bayi larva lalat, black soldier fly yang mampu menguraikan sampah organik dengan sangat cepat dalam jumlah besar. Pengembangan maggot menjadi produk olahan pakan ayam, bebek, ikan, dan burung. Layaknya bank sampah pada umumnya, masyarakat bisa menukarkan sampah rumah tangga dengan baby maggot gratis. Sehingga budidaya ini tak hanya berpotensi bisnis, namun juga berpotensi pengembangan ekonomi masyarakat dengan membantu mengatasi masalah lingkungan.

Pangsa pasar maggot masih berpeluang besar dengan menyasar para peternak lele, ayam, burung puyuh dan sebagainya. Maggot hidup sebagai pakan pengganti pelet yang dapat mempercepat pertumbuhan hewan ternak. Di satu sisi, persoalan sampah terutama sampah organik dapat ditekan oleh peternak maggot sehingga meringankan beban pemda dalam mengurangi timbunan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA).

Sebut saja warga Salam, Patuk, Gunungkidul sukses membudidayakan maggot atau belatung dengan omzet mencapai puluhan juta per bulan. Pelopor budi daya maggot, Kusdiana mengaku sudah empat tahun menekuni usaha maggot karena nilai ekonomisnya cukup tinggi. Maggot menjadi pakan alternatif yang memiliki kandungan protein tinggi untuk dijadikan pakan ternak. “Harga telur maggot mencapai Rp5 juta per kilogramnya. Nilai ekonomisnya cukup tinggi,” katanya.

Budi daya maggot cukup mudah karena hanya pakannya hanya dari limbah rumah tangga. Sedangkan pasar maggot juga masih cukup terbuka. Budidaya ini bisa untuk mendukung pemberdayaan masyarakat. "Kami berharap ada dukungan pengembangan budi daya maggot, sehingga diharapkan semakin berkembang pesat dan mampu meningkatkkan pendapatan masyarakat," ungkapnya.



BERITA TERKAIT

Ikuti Instruksi Boikot dari MUI - Produk Terafiliasi Bisa di Akses Via Web dan Aplikasi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tidak punya otoritas mengeluarkan daftar produk terafiliasi Israel, namun tetap mendorong konsumen Muslim agar aktif…

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…

BERITA LAINNYA DI CSR

Ikuti Instruksi Boikot dari MUI - Produk Terafiliasi Bisa di Akses Via Web dan Aplikasi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tidak punya otoritas mengeluarkan daftar produk terafiliasi Israel, namun tetap mendorong konsumen Muslim agar aktif…

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…