Indonesia Terdepan dalam Kehutanan Berkelanjutan

NERACA

Jakarta - Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar mengatakan upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam membangun ketahanan iklim dan menyusun target penyerapan bersih karbon (net carbon sink) di sektor kehutanan dan penggunaan lahan menempatkan Indonesia di posisi depan dalam pengelolaan kehutanan berkelanjutan global.

Pernyataan tersebut dikatakan Wamenlu saat berbicara di acara Ambassadors Roundtable: Raising Ambitions for a Climate-Secure Future yang digelar oleh Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) dari Jakarta, Senin (11/10). Mahendra menjelaskan bahwa Indonesia telah berada di jalur menuju pencapaian target untuk mengurangi emisi karbon sebanyak 29 persen pada tahun 2030.

Bahkan, menurut dia, angka yang dicapai mungkin dapat mencapai 41 persen dengan dukungan internasional, tambahnya.

“(Angka) 41 persen pengurangan karbon ini sama dengan mengurangi satu giga ton karbon dioksida dari atmosfer, artinya lima kali lebih besar dari target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 200 juta ton atau 50 persen pada 2030,” jelasnya.

Selain itu, dia mengatakan Indonesia telah mengajukan strategi jangka panjang untuk target rendah karbon dan ketahanan iklim pada 2050, yang mencakup target net sink karbon untuk sektor kehutanan dan penggunaan lahan pada 2030.

Net carbon sink merujuk pada kemampuan hutan atau lahan dalam menyerap karbon dioksida dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah yang dikeluarkan.

“Ini merupakan yang pertama di dunia, dan dalam konteks ini, Indonesia mengambil peran sebagai pemimpin di kancah global dalam pengelolaan hutan berkelanjutan, di mana perhutanan akan berkontribusi besar dalam penyimpanan karbon bersih,” paparnya.

“Ini artinya kita akan mengubah sektor yang sebelumnya berkontribusi terhadap 60 persen dari emisi kita menjadi bagian dari solusi.”

Wamenlu berkaca pada masa lalu Indonesia ketika deforestasi, kebakaran hutan, dan bencana lainnya terjadi. Namun, berbagai kebijakan, upaya penegakan hukum, dan pemantauan yang ketat serta pemberdayaan masyarakat telah berkontribusi untuk mengubah perhutanan dan pengelolaan lahan Indonesia.

“Deforestasi Indonesia telah mencapai titik terendah dalam 20 tahun terakhir dan kebakaran hutan telah berkurang sebesar 82 persen di 2020, saat di beberapa bagian di benua Amerika, Eropa, dan Australia mengalami peningkatan tertinggi,” katanya.

Kunci dari kesuksesan Indonesia, lanjutnya, adalah dengan menempatkan aksi iklim di dalam kerangka kerja pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, diperlukan pula aksi konkret untuk memastikan konservasi alam dan dan pertumbuhan berjalan saling mendukung dan tidak eksklusif. Ant

 

BERITA TERKAIT

Kesenjangan Teknologi di Masyarakat Perlu Diminimalkan

NERACA Jakarta - Anggota DPR Dyah Roro Esti mengatakan, pemerintah bersama pihak-pihak terkait lainnya termasuk Bank Dunia perlu meminimalkan kesenjangan…

Indonesia Potensial dalam Pengembangan Ekonomi Digital

NERACA Jakarta - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan…

Urbanisasi Berdampak Positif Jika Masyarakat Punya Keterampilan

NERACA Jakarta - Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bonivasius Prasetya Ichtiarto menyatakan bahwa perpindahan…

BERITA LAINNYA DI

Kesenjangan Teknologi di Masyarakat Perlu Diminimalkan

NERACA Jakarta - Anggota DPR Dyah Roro Esti mengatakan, pemerintah bersama pihak-pihak terkait lainnya termasuk Bank Dunia perlu meminimalkan kesenjangan…

Indonesia Potensial dalam Pengembangan Ekonomi Digital

NERACA Jakarta - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan…

Urbanisasi Berdampak Positif Jika Masyarakat Punya Keterampilan

NERACA Jakarta - Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bonivasius Prasetya Ichtiarto menyatakan bahwa perpindahan…