BULOG Serap 1 Juta Ton Beras Petani Lokal

NERACA

Jakarta - Perum BULOG tetap konsisten melaksanakan salah tugasnya sesuai Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2015 mengamankan harga gabah beras di tingkat petani dengan menyerap beras petani dalam negeri selama masa pandemi Covid-19. Per tanggal 22 September 2021 BULOG telah melakukan pembelian beras mencapai 1 juta ton dengan melibatkan kelompok tani/gapoktan, penggilingan dan berbagai stakeholder lainnya.

Sekretaris Perusahaan Perum BULOG, Awaludin Iqbal mengatakan realisasi pengadaan beras dalam negeri per hari ini mencapai 1.003.088 ton yang tersebar di semua wilayah kerja Perum BULOG seluruh Indonesia. Ini merupakan hasil kerja keras seluruh jaringan BULOG di seluruh Indonesia di tengah pandemi Covid-19.

“Keberhasilan kita dalam melakukan penyerapan beras dalam negeri ini merupakan kerja keras Satuan Kerja Pengadaan (Satker ADA) Perum BULOG dan komitmen Mitra Kerja yang tidak henti-hentinya menyerap beras di tingkat petani. Tercatat dari awal tahun 2021 hingga per hari ini beras dalam negeri sudah terserap sebanyak 177 ribu ton setara beras oleh Satker ADA dan penyerapan yang dilakukan oleh Mitra Kerja Binaan (Koperasi dan Non Koperasi) sebanyak 826 ribu ton,” kata Awaludin.

Menurut Awaludin, penyerapan beras dalam negeri ini sangat membantu petani Indonesia yang kesulitan menjual beras mereka selama pandemi Covid-19 dan penyerapan ini juga berdampak pada stabilisasi harga di tingkat petani.

“Selain untuk memupuk stok sebagai cadangan beras pemerintah, kegiatan penyerapan gabah/beras petani dalam negeri ini juga menggerakkan perekonomian di tingkat petani sehingga dapat memulihkan roda perekonomian sesuai dengan arahan Bapak Presiden Jokowi selama pandemi Covid-19 ini,” ujar Awaludin.

Awaludin juga menegaskan bahwa keberhasilan ini tidak terlepas dari kerja keras karyawan BULOG yang bekerja siang dan malam dengan pola “shifting” atau piket yang terkelola dengan baik di tengah situasi pandemi Covid-19 sehingga kegiatan operasional di Perum BULOG termasuk kegiatan penyerapan gabah/beras dalam negeri tetap terlaksana dengan baik.

 

Disisi lain, untuk meningkatkan produksi padi maka beberada derah di Sumatera Barat (Sumbar menggunakan budidaya adi teknik Salibu. Teknik budidaya Salibu adalah salah satu inovasi untuk memacu peningkatan produksi. Memang belum banyak orang mengenal teknik budidaya ini.  Apa itu padi salibu?, simak penjelasannya berikut ini.

Padi Salibu dalah tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas/dipangkas. Tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah dan akan mengeluarkan akar baru sehingga suplai hara tidak lagi tergantung pada batang lama. Tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (ibunya).

 

Padi salibu berbeda dengan padi ratun, ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang, tunas akan muncul pada buku paling atas, suplai hara tetap dari batang lama.

Menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, teknologi salibu merupakan salah satu bentuk inovasi yang berasal dari kearifan lokal masyarakat yang berkembang di Sumatera Barat, tepatnya di kabupaten Tanah Datar.

“Teknologi ini memiliki manfaat meningkatkan produktivitas lahan melalui peningkatan indeks pertanaman/panen, menghemat biaya produksi karena tidak perlu mengeluarkan biaya pengolahan tanah, tanam dan benih juga menghemat biaya tenaga kerja dan upah,” jelas Suwandi.

Lebih lanjut Suwandi mengatakan teknologi salibu ini berkontribusi dalam upaya peningkatan produksi padi yang mana mengarah pada peningkatan indeks panen dari 2 sampai 3 bahkan bisa 4 kali panen dalam 1 tahun.

Sebagai wilayah yang menjadi awal berkembangnya teknologi padi salibu/ratun, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar,  Yulfiardi menyampaikan bagaimana sejarah padi salibu di Tanah Datar.

“Bermula pada tahun 2008 terjadi serangan hama tikus yang cukup parah pada hamparan tanaman padi Kelompok Wanita Tani (KWT) Flamboyan, Emiwati (Ketua KWT) mencoba membersihkan dengan jalan dipotong setinggi 2 cm kemudian dilakukan pemupukan. Hasilnya cukup baik dan mulai dicoba bersama anggota KWT Flamboyan hingga 3x panen dengan hasil maksimal. Kemudian dilakukan pembinaan dan pendampingan hingga akhirnya ditemukanlah Teknologi Padi Salibu,” papar Yulfiardi.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…