Tetap Prokes Jaga Ekonomi

Hingga September 2021, berbagai indikator kesehatan dan ekonomi menunjukkan perbaikan. Jika tren ini terus dipertahankan, Indonesia akan menapaki tahun 2022 dengan lebih optimistis. Apalagi tahun ini, laju pertumbuhan ekonomi diyakini kembali ke jalur positif dan tahun depan, pertumbuhan ekonomi dapat melaju di kisaran 5%.

Adapun indikator utama yang membawa angin segar, adalah meredanya bunyi sirene ambulans yang mengangkut jenazah korban pandemi Covid-19 ke pemakaman. Suasana mencekam seperti selama Juni-Juli 2021 tidak lagi terlihat dan terdengar. Tidak ada lagi perburuan obat-obatan, tabung oksigen, kamar rumah sakit, dan ruang perawatan di lokasi isolasi ter pusat (isoter). Kondisi Wisma Atlet di Kemayoran, Rusun Pasar Rumput dan Rusun Nagrak yang dikhususkan bagi pasien isoter terlihat sepi dari pasien.

Kasus aktif turun drastis dari 550.000 per tengahan Juli ke 150.000 awal September 2021. Pada periode yang sama, positivity rate turun dari 40% ke 4,8%, di bawah standar WHO yaitu 5%. Tambahan kasus positif Covid-19 yang sempat di atas 50.000 sehari, kini turun di bawah 7.000. Keterisian rumah sakit dan tempat isolasi terpusat turun tajam seperti terlihat pada bed occupancy rate (BOR) yang turun dari 99% ke kisaran 12%-13%.

Melihat tren penurunan angka positif Covid-19 sejak pertengahan Agustus 2021, pemerintah sedikit melonggarkan PPKM atau pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat. Keterisian ruang perkantoran dinaikkan. Pengunjung mal boleh ke restoran dengan menunjukkan barkot bukti dua kali vaksinasi yang ada di aplikasi PeduliLindungi. Bagi yang belum dua kali vaksin, wajib menunjukkan hasil tes antigen.

Di banyak wilayah di Jawa-Bali, zona yang sebelumnya PPKM level empat sudah diturunkan ke level 2 dan 3. Sejumlah sekolah sudah mulai dibolehkan pelajaran tatap muka dengan proses ketat. Kegiatan ibadah pun sudah boleh offline. Jalan utama di Ibukota sudah mulai padat. Kegiatan di pasar rakyat sudah mendekati normal. Demikian pula aktivitas sektor informal.

Dalam pada itu, kegiatan vaksinasi terus meningkat. Hingga Minggu (19/9) sudah 110 juta vaksin yang disuntikkan ke warga Indonesia, di antaranya 38 juta atau 18% dari target yang sudah dua kali menerima vaksin.

Saat ini, tersedia 101,5 juta dosis vaksin dan pemerintah terus mempercepat impor dan mengakselerasi produksi vaksin dalam negeri. Jika vaksinasi bisa dinaikkan menjadi 2,2 juta dari 1,2 juta dosis per hari, sekitar Februari 2022, penduduk Indonesia yang sudah dua kali divaksin akan mencapai 70% dan saat itulah bangsa ini mengalami herd immunity. Vaksin ketiga dan selanjutnya diharapkan sudah bisa menggunakan vaksin produksi dalam negeri, di antaranya produksi Bio Farma.

Pada kuartal kedua 2021, pertumbuhan ekonomi melaju 7,07%, yoy, antara lain, karena mobilitas penduduk yang cukup tinggi selama April hingga paruh pertama Juni. Kontraksi yang cukup dalam pada kuartal kedua 2020 juga menjadi faktor yang menentukan. Tapi, tingginya mobilitas penduduk berperan besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi selain stimulus ekonomi.

Sejak pekan ketiga Agustus 2021, mobilitas penduduk kembali meningkat meski pemerintah masih memberlakukan PPKM. Jika mobilitas penduduk selama September kembali menuju normal, laju pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2021 bisa mencapai 3%.

Bila mobilitas penduduk tidak diikuti peningkatan kasus Covid-19, ekonomi kuartal keempat akan melaju di atas 6%. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2021 bakal mencapai 4%. Faktor lain yang berperan besar dalam terdongkraknya laju pertumbuhan ekonomi adalah dana stimulus pemerintah yang tetap diberikan.

Pada tahun 2021, dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) mencapai Rp 744,8 triliun, meningkat dari realisasi PEN sebesar Rp 575,8 triliun tahun 2020. Dana PEN akan ditambahkan pemerintah jika kondisi ekonomi membutuhkan tambahan stimulus. Persoalan saat ini adalah pada penyaluran dana PEN.

Dana perlindungan sosial, dana untuk program Kartu Prakerja, dan dana untuk UMKM terbukti mampu mendongkrak da ya beli rumah tangga. Sebuah studi me ng ungkapkan,bantuan sosial yang dikucurkan pemerintahsejak April 2020 mampu menurunkan angka kemiskinan di Indonesia hingga 16,9%.

Nah, saat kelas menengah bersikap wait and see belum memutuskan untuk berbelanja, kontraksi ekonomi dapat diatasi dengan dorongan belanja pemerintah, serta daya beli masyarakat menengah- bawah yang ditopang dana stimulus pemerintah. Dan diharapkan situasi dunia usaha terlihat akan bergairah seiring dengan penurunan level PPKM di berbagai daerah.

BERITA TERKAIT

Wujudkan Budaya Toleransi

Pelaksanaan sidang MK sudah selesai dan Keputusan KPU telah menetapkan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wapres 2024-2029. Masyarakat telah menjalankan gelaran…

Cegah Dampak El Nino

Ancaman El Nino di negeri belakangan ini semakin kentara, apalagi data BPS mengungkapkan sektor pertanian saat ini hanya berkontribusi sekitar…

Permendag Tak Akomodatif

  Meski aturan pembatasan jenis dan jumlah barang kiriman pekerja migran Indonesia (PMI) sudah dicabut, penumpang pesawat dari luar negeri…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Wujudkan Budaya Toleransi

Pelaksanaan sidang MK sudah selesai dan Keputusan KPU telah menetapkan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wapres 2024-2029. Masyarakat telah menjalankan gelaran…

Cegah Dampak El Nino

Ancaman El Nino di negeri belakangan ini semakin kentara, apalagi data BPS mengungkapkan sektor pertanian saat ini hanya berkontribusi sekitar…

Permendag Tak Akomodatif

  Meski aturan pembatasan jenis dan jumlah barang kiriman pekerja migran Indonesia (PMI) sudah dicabut, penumpang pesawat dari luar negeri…