Kepiting Bakau Tingkatkan Ekonomi Masyarakat

NERACA

Jakarta – Plt. Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kusdiantoro mengakui, pengembangan SDM dilakukan dalam rangka mendukung program terobosan KKP pada Tahun 2021-2024.

Upaya tersebut untuk mendukung program pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor serta pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya air tawar, payau dan laut berbasis kearifan lokal, serta menambah ekonomi masyarakat seperti budidaya kepitng bakau.

Chandra adalah satu dari 598 Penyuluh Perikanan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Maros, yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT), BRSDM, KKP.

Awalnya, sebagian besar masyarakat Desa Banggina memanfaatkan potensi sumber daya daerahnya untuk budidaya ikan bandeng dan udang windu. Namun, usaha ini sempat merugi disebabkan ukuran bandeng terhambat dan kematian udang windu meningkat drastis. Keluh kesah warga inilah yang mendorong Chandra untuk memberikan solusi berupa pengalihan komoditas budidaya menjadi kepiting bakau.

Seperti diketahui, usaha budidaya pembesaran kepiting bakau di tambak merupakan salah satu peluang usaha yang sangat menjanjikan, karena permintaan pasar ekspor dari tahun ke tahun terus meningkat. Tak heran, jika eksistensi budidaya kepiting bakau mulai banyak dirintis oleh masyarakat di berbagai daerah.

Optimis bahwa krustasea unggul yang bernilai ekonomis dan berprotein tinggi ini merupakan pilihan komoditas budidaya yang tepat untuk daerahnya.

"Benih kepiting bakau banyak ditemukan di pesisir kami, di Desa Banggina sendiri terdapat dua pengepul benih kepiting bakau, sehingga mudah untuk memulai usaha. Jenis ini juga mudah di budidayakan, harga jualnya stabil dan cepat besarnya, jadi cepat balik modal," terang Chandra.

Menariknya, budidaya kepiting bakau yang disebarluaskannya menggunakan metode padat tebar tinggi, yang belum pernah dilakukan pembudidaya kepiting bakau lainnya. Lewat metode ini, sebanyak 1 ton benih kepiting bakau ditebarkan per 1 hektare luas tambak, berhasil menghasilkan sebanyak kurang lebih 10.000 ekor kepiting bakau per satu siklus panen.

Chandra menjelaskan, ide padat tebar tinggi ini digarapnya kala bertanding dalam kompetisi Teknologi Tepat Guna yang diadakan Pemerintah Provinsi Sultra setiap tahunnya. Ia mengatakan penggunaan kotak-kotak khusus untuk mengawasi pemberian pakan kepiting bakau dengan pada tebar tinggi, seringkali menyebabkan pakan habis terlalu banyak dari seharusnya. Atas inovasi yang ia buat, bapak dua anak ini pun menyabet penghargaan Juara 1 di Provinsi Sultra tahun 2019 lalu, sehingga ia pun dinobatkan sebagai Penyuluh Teladan Kabupaten Konut.

Bermaksud mengembangkan ide yang dimenangkannya dahulu, Chandra bertemu dengan pengusaha asal Sumatera yang tengah merugi lantaran investasi usaha perikanannya mengalami berbagai kendala.

Setelah bertemu dengan pengusaha tersebut, maka melakukan modernisasi kotak-kotak khusus dengan desain yang telah dirombaknya, dan merangkul pengusaha tersebut untuk bekerja sama dalam usaha budidaya kepiting bakau dengan menyewa 1 hektare tambak air payau milik Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Harapan Jaya.

 "Dari situ, kami mulai menyiapkan lahan tambak dikelilingi waring kualitas baik, menggunakan paralon sebagai tiang, dan memulai penebaran 1 ton benih kepiting dengan berat per kilo gramnya berisi 10 ekor benih pada awal Mei," ungkap Chandra.

“Benih tersebut tidak langsung dipanen sekaligus, namun untuk berlangsung selama satu setengah tahun lamanya. Hampir tiga bulan dari sejak awal tebar,” tambah Ketua Pokdakan Harapan Jaya,  Zainuddin Tia

Target Zainuddin dan kelompoknya untuk panen sekitar 400 kg ternyata menyentuh angka 3,2 ton. Harga terakhir produksinya tercatat sampai dengan Rp110.000 per kilogram, menembus omzet Rp350 juta secara total.

"Bukan hanya di kelompok kami, (keuntungan) ini juga menjadi bara semangat bagi kelompok lainnya. Kelompok (lain) langsung ingin ikut (memulai) usaha setelah melihat hasil nyata," ujar Zainuddin.

Keuntungan nyata ini pun juga terbukti pada kelompok binaan lainnya yang terpengaruh untuk mencoba memulai usaha kepiting bakau.

Ketua Kelompok Mappasiddi Sangkala contohnya, yang mengeluarkan modal usaha Rp1 juta, dalam tiga bulan menghasilkan omzet senilai Rp8 juta setelah memulai usaha budidaya kepiting bakau padat tebar tinggi.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…