IKM Pacu Ekonomi Negara Anggota Colombo Plan

NERACA

Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Sekretariat Negara kembali menyelenggarakan program peningkatan kapasitas serta pertukaran pengalaman mengenai pembinaan industri kecil dan menengah (IKM) yang ditujukan kepada peserta dari negara-negara anggota Organisasi Internasional Colombo Plan.

Kegiatan tersebut merupakan implementasi Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular (KSST), yang telah menjadi komitmen Indonesia sejak tahun 1950. Colombo Plan merupakan organisasi regional yang berperan memperkuat ekonomi dan sosial negara anggotanya di wilayah Asia Pasifik.Para pesertaprogram peningkatan kapasitas tersebut berasal dari kalangan birokrat aparatur pemerintah hinggapelaku IKM.

“Tahun ini adalah tahun ke-6 Indonesia menjadi tuan rumah sejak tahun 2016. Semoga kegiatan ini bisa mendorong kerja sama baik antar instansi pemerintah maupun para IKM dari para negara anggota Colombo Plan, sehingga nantinya mampu menempatkan IKM sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan kesempatan lapangan kerja baru,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita di Jakarta.

Reni menjelaskan, program berbagai pengetahuan (knowledge sharing)ini diikuti sebanyak 61 peserta dari 13 negara anggota Colombo Plan, yang meliputi Indonesia, Bangladesh, Bhutan, Filipina, India, Laos, Maladewa, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, dan Vietnam. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 13-17 September 2021 secara hybrid.

Selain diisi dengan sesi pemaparan materi oleh narasumber, pada program ini peserta akan menyusun action planyang diterapkan di negaranya masing-masing.Program ini dirancang untuk dilaksanakan secara berkelanjutan pada tahun 2022 yang diharapkan dapat dilaksanakan secara offline di Bali. “Saya berharap kegiatan ini dapat terus berjalan untuk memperkuat kerangka KSST,” harap Reni.

Program pelatihan tahun ini bertajuk The Innovations of Women-owned SMIs to Empower Community during COVID-19 Pandemic. Tujuannya untuk mendorong pemberdayaan pengusaha IKM perempuan sebagai penggerak ekonomi yang mampu bertahan dari dampak pandemi Covid-19, serta turut memberdayakan masyarakat dalam aktivitasnya.

Pelaku IKM, lanjut Reni, selama ini mampu menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah IKM Indonesia saat ini mencapai 4,4 juta unit usaha, dan telah menyerap 10,36 juta pekerja atau sekitar 66 persen dari total pekerja industri di Tanah Air, serta menyumbang hingga 21,22 persen dari total nilai kontribusi industri manufaktur.

Reni mengungkapkan, kendala umum yang dihadapi IKM di setiap krisis, antara lain menurunnya permintaan, bergesernya perilaku belanja konsumen, terbatasnya kemampuan untuk beradaptasi cepat, strategi pemasaran, dan kebutuhan modal untuk membayar gaji pekerja dan operasional.

“Oleh sebab itu, Kemenperin berkomitmen untuk membantu dan memfasilitasi IKM agar mampu bertahan di tengah pandemi melalui seminar dan pelatihan online. Selain itu, program pengembangan wirausaha baru, restrukturisasi mesin, dan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia untuk mendorong konsumsi produk lokal,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Biro Kerja Sama Teknik dan Luar Negeri Kementerian Sekretaris Negara, Arrya Tirto Sumarto menyampaikan, program pelatihan ini digelar dalam rangka menindaklanjuti Pertemuan Komite Konsultatif Colombo Plan ke-47 pada Agustus lalu. “Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perempuan pelakuIKM Indonesia yang mampu berdaya menggerakan komunitas dan lingkungannya di tengah pandemi Covid-19 melalui beragam inovasi yang mereka lakukan,” ujar Arrya.

Lebih dari itu, Kemenperin siap mendorong pengembangan pelaku IKM di dalam negeri agar bisa lebih produktif dan berdaya saing di kancah global. Sebab, selama ini sektor IKM berperan penting sebagai tulang punggung perekonomian nasional.

Sehingga dalam rangka membangun industri yang berkeadilan dan inklusif, harus dilakukan peningkatan peran masyarakat, khususnya pelaku IKM, sebagai bagian dalam supply shain industri manufaktur nasional.

“Pemberdayaan dan peningkatan peran sektor IKM sangat membantu ketahanan industri manufaktur dalam negeri,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Untuk itu, lajut Agus, diperlukan langkah strategis dalam rangka menghubungkan pelaku IKM ke dalam global value chain. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan nilai ekspor nasional dan mendukung program substitusi impor.

 

 

s

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…