Tips Wisata 'Saba Budaya' di Desa Baduy

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengenakan pakaian adat Suku Baduy pada Sidang Tahunan MPR RI dan Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka peringatan HUT Ke-76 RI, serta Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/8).

Busana yang dipakai Jokowi merupakan pakaian pangsi yang sehari-hari digunakan masyarakat Baduy. Tetua adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Jaro Saija, merasa bangga dengan momen tersebut. "Kami tentu memberikan penghargaan besar terhadap Bapak Presiden Jokowi yang memakai busana adat masyarakat Baduy, " katanya di Lebak, seperti yang dikutip dari ANTARA.

Penggunaan busana adat Baduy oleh Presiden Jokowi kemungkinan besar dapat membangkitkan kembali sekitar 2.000 pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) masyarakat Baduy. Di mana saat ini, mereka pelaku UMKM terpuruk akibat dampak pandemi virus Corona atau COVID-19.

Bahkan, pelaku UMKM di kawasan hak tanah ulayat tersebut menutup kegiatan usaha karena tidak lagi dikunjungi wisatawan yang biasanya datang dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. "Kami yakin pelaku UMKM akan dibanjiri pesanan setelah Bapak Presiden Jokowi memakai busana Baduy itu," ujarnya."Kami berharap UMKM warga Baduy kembali bangkit karena orang nomor satu di Indonesia mencintai busana adat masyarakat Baduy," lanjutnya.

Sebelum pandemi virus Corona, Desa Baduy di Banten selalu ramai oleh wisatawan. Kegiatan wisata edukasi, tradisi dan alam di sini disebut 'saba budaya'. Berikut lima hal yang perlu diketahui mengenai 'saba budaya' di Desa Baduy:

1. Rute

Desa adat Baduy berada di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Cara paling mudah mengunjunginya ialah dengan mengikuti open trip yang banyak ditawarkan di media sosial. Tapi di tengah pandemi virus corona sebaiknya cari agen perjalanan yang mematuhi protokol kesehatan yang ketat.

Transportasi yang bisa ditumpangi menuju Desa Baduy ialah KRL dari Stasiun Tanah Abang ke Rangkasbitung atau mobil pribadi. Jika pilihannya naik KRL, wisatawan yang telah sampai di stasiun tujuan bisa menyambung naik angkutan umum dengan rute Ciboleger. Sesampainya di gerbang masuk, wisatawan harus melanjutkan perjalanan ke pemukiman dengan trekking sekitar 3-4 jam, baik melalui jalur Ciboleger atau Cijahe. Sepanjang perjalanan wisatawan bakal disuguhi pemandangan desa dan pinggir Taman Nasional Ujung Kulon yang teduh dan indah.

2. Baduy Luar dan Baduy Dalam

Suku Baduy sendiri terdiri atas dua bagian, yaitu Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar. Mengutip tulisan dari situs resmi Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Suku Baduy Dalam merupakan suku yang masih sangat primordial dan menghindari penetrasi dengan kebudayaan modern.

Baduy Dalam terbagi dalam tiga desa, Cibeo, Cikertawana dan Cikeusik. Tak ada benda elektronik di sini, warganya juga memilih tak menggunakan alas kaki. Penduduknya berpakaian tradisional serba putih, yang pria mengenakan ikat kepala berwarna senada.

Sementara itu, masyarakat Suku Baduy Luar sudah mengenal kehidupan modern. Ada sekitar 22 desa di kawasan ini. Wisatawan biasanya berkegiatan 'saba budaya' dan bermalam di rumah warga di Baduy Luar. Pakaiannya jenis tradisional berwarna hitam - meski ada juga yang berpakaian umum - dengan ikat kepala berwarna biru.

3. Cinta lingkungan

Selain tradisi, masyarakat Baduy juga sangat cinta lingkungan. Sehari-hari mereka berkebun dan beternak dengan teknik yang tradisional. Jika datang saat musim panen buah, kemungkin wisatawan bisa menikmati durian Baduy. Banyak yang berkata bahwa keindahan pemandangan alam di Baduy Dalam lebih beragam ketimbang Baduy Luar. Tapi baik ke Baduy Dalam atau ke Baduy Luar, wisatawan wajib hukumnya menjaga sopan santun dan menghormati tradisi warganya.

Sebelum asyik mengarahkan kamera untuk foto atau video di Desa Baduy, wisatawan bisa meminta izin terlebih dahulu kepada warga. Begitu juga dengan sampah. Kalau ingin membawa camilan dari luar, sampahnya jangan dibuang sembarangan. Kalau bisa dikemas sendiri untuk dibuang ke tempat yang lebih layak.

4. Buah tangan

Ada beberapa buah tangan yang bisa dibeli dari masyarakat Baduy, mulai dari buah-buahan, sayur mayur, golok, batik, pernak-pernik rumah, kain tenun sampai madu hutan. Kain tenun Baduy sarat makna. Mengutip tulisan di Indonesia Travel, bagi masyarakat Baduy kegiatan menenun mengajarkan kedisiplinan dan menjunjung tradisi.

Kaum wanita Baduy sejak kecil sudah diajarkan menenun secara dengan mesin tradisional bambu yang disebut gedogan atau raraga. Kain tenun Baduy berbahan agak kasar dan berwarna cerah. Motifnya geometris. Bintik-bintik kapas dari proses pemintalan tradisional menghasilkan tekstur khas. Proses pengerjaannya bisa sampai berbulan-bulan.

BERITA TERKAIT

Kucurkan Dana Rp3 Triliun, Vila Mewah Xerana Resort Siap Dibangun di Lombok

NERACA Jakarta - Vila mewah Xerana Resort siap untuk dibangun di kawasan Pantai Pengantap, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dengan luas…

Sajikan Kopi Premium Italia, Caffe Vergnano 1882 Resmi Hadir di Indonesia

  NERACA Jakarta – Caffè Vergnano 1882, salah satu merek kopi paling bergengsi dari Italia, resmi membuka outlet pertamanya di Indonesia, menandai…

Mikha Tambayong : Wisata ke Taiwan Aman, Nyaman dan Halal

NERACA Jakarta - Selebriti Mikha Tambayong didaulat menjadi duta pariwisata Taiwan pertama di Indonesia. Dihadapan para awak media Mikha menceritakan…

BERITA LAINNYA DI Wisata Indonesia

Kucurkan Dana Rp3 Triliun, Vila Mewah Xerana Resort Siap Dibangun di Lombok

NERACA Jakarta - Vila mewah Xerana Resort siap untuk dibangun di kawasan Pantai Pengantap, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dengan luas…

Sajikan Kopi Premium Italia, Caffe Vergnano 1882 Resmi Hadir di Indonesia

  NERACA Jakarta – Caffè Vergnano 1882, salah satu merek kopi paling bergengsi dari Italia, resmi membuka outlet pertamanya di Indonesia, menandai…

Mikha Tambayong : Wisata ke Taiwan Aman, Nyaman dan Halal

NERACA Jakarta - Selebriti Mikha Tambayong didaulat menjadi duta pariwisata Taiwan pertama di Indonesia. Dihadapan para awak media Mikha menceritakan…