Transformasi Bisnis Jadi Strategi Sukses di Era Disrupsi

Transformasi bisnis di era digitalisasi atau disrupsi teknologi dan pandemi Covid-19 saat ini menjadi suatu keharusan. Perusahaan-perusahaan siap atau tidak siap dipaksa untuk bertransformasi agar tetap survive di tengah badai yang dahsyat ini. Hal inilah yang dilakukan PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk yang terus melakukan inovasi dan tranformasi.

Kata CEO PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk, Tommy Wattimena, tahun 2021, perusahaan poultry miliknya  hampir bangkrut dengan kerugian ratusan miliar rupiah. Selain itu, ada tantangan berupa industrinya yang tidak efisien, terutama karena tidak efisiennya produksi jagung yang menyebabkan pakan utama unggas ini mahal.

Selain itu, lanjutnya, pencatatan data dan manajemen bisnis unggas di Indonesia pun buruk, sehingga kalangan perbankan enggan masuk membiayai sektor ini. “Ke depan, industri poultry nasional juga akan menghadapi tantangan masuknya ayam impor, terutama dari Brasil, sebagai konsekuensi dari hasil sidang WTO. Inilah faktor-faktor mendorong kami melakukan transforasi, “ujarnya dalam sebuah webina di Jakarta, Rabu (4/8).

Lain lagi tantangan yang dihadapi PT Pegadaian (Persero). Menurut Kuswiyoto, Dirut Pegadaian, terjadi perubahan luar biasa di sisi eksternal yang berdampak pada kinerja bisnis Pegadaian. Di sisi lain, secara internal Pegadaian masih menghadapi sejumlah masalah, seperti praktik manajemen bisnis yang sebagian masih tradisional (manual dan paper-based), tergantung pada single channel (outlet), bunga pinjaman kurang fleksibel, teknologi belum up-to-date, dan budaya kerja cenderung pasif (menunggu nasabah datang). Jadi, kalau hal-hal seperti itu tak direspons dengan baik, bisa dibayangkan, bisnisnya akan tergerus para pesaing barunya itu. Alhasil, transformasi bisnis pun dilakukan.

Menurut Kemal Effendi Gani, Group Chief Editor SWA, meningkatnya urgensi terhadap program transformasi di kalangan perusahaan akibat disrupsi ganda mendorong pihaknya menyelenggarakan ajang konten transformasi bisnis tahun ini, walaupun kali ini tanpa kerja sama dengan lembaga lain.”Alhamdulillah, sejumlah tokoh senior di bidang bisnis bersedia membantu kami untuk berperan sebagai Dewan Juri,” ujarnya.

Tahun 2021 ini, ada 22 partisipan (perusahaan) yang berhak maju ke babak penjurian final. Momen ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mempresentasikan program transformasi mereka, mulai dari identifikasi problem bisnis hingga pemaparan hasil dan dampak transformasi. Dari partisipan sebanyak itu, berdasarkan hasil penilaian, Dewan Juri menetapkan ada 15 partisipan yang dinilai terbaik, sehingga layak digolongkan sebagai best practices. Tiga nama yang menjadi contoh di atas –Sreeya Sewu, Pegadaian, dan Sasa Inti– termasuk dalam barisan 15 perusahaan partisipan terbaik.

Yang menarik, di dalam menajalankan transformasi bisnis berlaku one size does not fit all. “Desain program transformasi suatu perusahaan tak bisa begitu saja diterapkan di perusahaan lain. Sebab, problem dan tantangan bisnis yang dihadapi masing-masing perusahaan berbeda, apalagi bila industrinya berbeda. Selain itu, ukuran bisnis dan kompleksitas perusahaan tentu berbeda-beda. Best practices sebagaimana ditunjukkan oleh 15 perusahaan partisipan terbaik tentu lebih sebagai referensi,” kata Kemal.

Menyimak pemaparan para partisipan, ada beragam cara transformasi yang dipraktikkan. Pertama, mentransformasi model bisnis dan portofolio bisnis. Dalam hal ini, perusahaan mentransformasi apa yang ditawarkannya, menentukan siapa pelanggannya, apa revenue stream-nya, dan apa saja jenis lini bisnisnya.

Kedua, mentransformasi struktur organisasi. Di sini perusahaan melakukan penyesuaian struktur organisasi yang dinilai sesuai dengan kebutuhan pasar/pelanggan. Ketiga, mentransformasi proses bisnis dan operasional perusahaan, yang umumnya diarahkan untuk efisiensi proses bisnis. Di sini biasanya perusahaan memanfaatkan teknologi digital, misalnya teknologi otomasi, aneka aplikasi bisnis, ataupun kanal-kanal bisnis berbasis teknologi internet.

Keempat, mentransformasi SDM. Dalam hal ini, yang biasanya ditransformasi adalah pola pikir (mindset) karyawan, serta penambahan skill baru (reskilling dan upskilling) agar sesuai dengan orientasi dan model bisnis baru perusahaan.

BERITA TERKAIT

Laba Mandiri Herindo Adiperkasa Naik 78,04%

Di tiga bulan pertama 2024, PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk(MAHA) membukukan laba bersih Rp73,204 miliar atau naik 78,04% dibanding periode…

Anak Usaha HRUM Raih Pinjaman US$620 Juta

Danai ekspansi bisnisnya, PT Tanito Harum Nickel, anak usaha PT Harum Energy Tbk(HRUM) meraih fasilitas pinjaman senilai US$ 620 juta…

Sawit Sumbermas Raup Laba Rp512,25 Miliar

Laba bersih PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) tercatat sebesar Rp512,25 miliar pada tahun 2023 atau anjlok 72,1% dibanding tahun…

BERITA LAINNYA DI

Laba Mandiri Herindo Adiperkasa Naik 78,04%

Di tiga bulan pertama 2024, PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk(MAHA) membukukan laba bersih Rp73,204 miliar atau naik 78,04% dibanding periode…

Anak Usaha HRUM Raih Pinjaman US$620 Juta

Danai ekspansi bisnisnya, PT Tanito Harum Nickel, anak usaha PT Harum Energy Tbk(HRUM) meraih fasilitas pinjaman senilai US$ 620 juta…

Sawit Sumbermas Raup Laba Rp512,25 Miliar

Laba bersih PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) tercatat sebesar Rp512,25 miliar pada tahun 2023 atau anjlok 72,1% dibanding tahun…