Petisi 30x30 untuk Bumi

Oleh: Amanda Katili Niode, Ph.D.

Manager Climate Reality Indonesia

Lautan yang merupakan 70 persen permukaan planet Bumi adalah tempat lebih dari tiga miliar penduduk dunia bergantung untuk mata pencaharian mereka. Di Indonesia, menurut Bank Dunia, sektor perikanan mendukung 7 juta pekerjaan, dan menyediakan lebih dari 50 persen kebutuhan protein hewani negeri ini.

Ekosistem laut memberikan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia, sehingga kemudian berkembang istilah ekonomi biru. Pada dasarnya ekonomi biru meliputi industri berbasis laut seperti perkapalan, penangkapan ikan, pembangkit listrik tenaga bayu, dan pengembangan bioteknologi kelautan. Lautan juga menyediakan aset alam dan jasa ekosistem termasuk makanan, rekreasi, jalur pelayaran, dan penyerapan karbon.

Namun, menurut Second World Ocean Assessment - Kajian Lautan Dunia Kedua yang baru-baru ini dikeluarkan, banyak manfaat yang diberikan lautan global dirusak oleh aktivitas manusia yang berlebihan.

Sampah ada di semua habitat laut, sehingga memengaruhi lingkungan dan menganggu organisme laut. Sekitar 90 persen spesies bakau, padang lamun, dan tumbuhan rawa, serta 31 persen spesies burung laut, kini terancam punah.

Meningkatnya emisi karbon karena kegiatan manusia telah menyebabkan pengasaman laut dan bersama-sama dengan pemanasan dan deoksigenasi mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati. Sedangkan penangkapan ikan yang berlebihan diperkirakan menyebabkan kerugian tahunan sebesar 88,9 miliar dolar AS. Uang itu seharusnya dapat bermanfaat bagi 700 juta orang termiskin di dunia melalui dukungan pendapatan, makanan, dan respons kesehatan terhadap pandemi virus corona.

Karenanya, pada World Ocean Day, Hari Laut Sedunia yang jatuh minggu ini, marak kampanye 30x30. Ini adalah  adalah panggilan untuk para pemimpin dunia melalui petisi, agar mereka melindungi setidaknya 30 persen dari Planet Bumi, termasuk daratan dan lautan, pada 2030.

Di Indonesia luas kawasan konservasi hutan sekitar 27 juta hektar, sedangkan kawasan konservasi perairan lebih dari 23 juta hektar. Masing-masing 14 persen dan 12 persen dari total luas Indonesia.

Apa saja kiat-kiat agar dapat 30x30 untuk Planet Bumi dapat tercapai?

Campaign for Nature, koalisi lebih dari 100 organisasi konservasi di seluruh dunia mendesak para pembuat kebijakan untuk berkomitmen pada kesepakatan baru yang ambisius dan didorong oleh sains untuk alam pada pertemuan ke-15 Konferensi Para Pihak pada Konvensi Keanekaragaman Hayati di Kunming, Cina, yang akan diadakan pada Oktober 2021.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 menghambat kegiatan konservasi dan restorasi ekosistem. Tetapi, menurut para ahli ekonomi dari Oxford dan Badan Lingkungan PBB (UNEP), green recovery atau pemulihan dari pandemi secara inklusif dan berkelanjutan dapat membawa pertumbuhan ekonomi menjadi lebih kuat, sambil membantu memenuhi target lingkungan global dan mengatasi ketidaksetaraan struktural.

Di Indonesia, Pemulihan Ekonomi Nasional, memberikan contoh-contoh green recovery, seperti kegiatan penanaman bakau dan restorasi terumbu karang. Selain itu juga ada perbaikan ekosistem gambut, desain pembangunan koridor satwa, dan pembangunan lahan pangan dalam konteks hutan sosial.

Sebagai individu pun banyak hal yang dapat dikerjakan untuk membantu mencapai 30x30 untuk Bumi. EarthEco International mengingatkan untuk memahami dan melindungi sungai, anak sungai, dan badan air lain di komunitas masing-masing, sehingga kesehatan laut dapat terjaga.

 

BERITA TERKAIT

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

BERITA LAINNYA DI

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…