Jadi Pancasilais Berarti Menjadi Muslim yang Baik

NERACA

Jakarta - Direktur Nasional Gusdurian Network Indonesia (GNI) Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau Alissa Wahid mengatakan untuk menjadi seorang Pancasilais maka dia perlu menjadi seorang muslim atau orang beragama yang baik.

"Ketika kita beragama, kita merawat Tanah Air kita. Dan ketika kita merawat Tanah Air kita, dalam hal ini menggunakan Pancasila sebagai pedoman, maka cara kita merawat dengan baik adalah dengan menjadi muslim yang baik. Bernegara itu artinya kita beragama, demikian pula sebaliknya, dengan beragama artinya kita juga bernegara," ujar Alissa Wahid di Jakarta, Rabu (2/6), dalam keterangan tertulis yang diterima.

Lebih lanjut, Alissa menyebut jika ada pihak-pihak yang menyebut bahwa Pancasila tidak sesuai ajaran agama itu adalah hal yang aneh. Ia menjelaskan bahwa di dalam Al Quran dinyatakan dengan jelas bahwa manusia itu diciptakan bersuku-suku, berbangsa-bangsa sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-Hujurat.

"Artinya bangsa itu diakui di dalam firman tuhan. Tuhan sendiri menyebutkan berbangsa-bangsa karena kita diciptakan berbeda satu sama lain. Nah setiap bangsa itu pasti memiliki aturan dan tata kelola-nya masing-masing, nah hari ini kita menyebut sebagai negara," tutur putri sulung dari Presiden RI ke-4 (alm) KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu.

Alissa menyampaikan bahwa cara mengelola bangsa ini adalah dengan bentuk negara. Ketika membentuk negara pun kemudian juga menggunakan inspirasi dari nilai-nilai agama. Sebagai cara mewujudkan rahmatan lil alamin, rahmat bagi semesta dengan merawat negara yang ada ini.

"Jadi aneh sekali kalau ada orang kemudian mengatakan bahwa Pancasila tidak ada dalilnya. Padahal kalau dilihat dari kata-kata di dalam Pancasila itu sudah jelas dalil-dalilnya banyak, menjadi manusia yang adil, menjadi manusia yang beradab itu ada (dalilnya). Itu ajaran Al Quran dan ada di sila kedua Pancasila," tutur Sekjen Gerakan Suluh Kebangsaan itu.

Alissa sendiri kemudian mempertanyakan mana yang dikatakan tidak ada dalilnya tersebut. Apakah nama dari Pancasila itu sendiri. Padahal menurut Alissa, hal itu sebenarnya hanya pada namanya saja, karena yang paling penting itu yaitu nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila itu sendiri.

"Kalau ada kelompok-kelompok yang mengatakan bahwa Pancasila itu tidak ada dalilnya, saya mempertanyakan pemahamannya atas prinsip-prinsip Islam. Justru saya lebih percaya kepada KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan yang mengajarkan bahwa kebangsaan dan keislaman itu tidak saling bertentangan. Bahkan justru saling memperkuat seperti sepasang sayap," ujarnya.

Oleh sebab itu, jebolan Magister Psikologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu mengingatkan kepada masyarakat agar berhati-hati dalam mencari guru agama. Dirinya mengimbau agar masyarakat bisa mencari guru yang betul-betul memahami tentang keagamaan. Ant

 

BERITA TERKAIT

Indonesia Potensial dalam Pengembangan Ekonomi Digital

NERACA Jakarta - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan…

Urbanisasi Berdampak Positif Jika Masyarakat Punya Keterampilan

NERACA Jakarta - Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bonivasius Prasetya Ichtiarto menyatakan bahwa perpindahan…

Hari Kartini Momentum Perempuan Kembangkan Diri

NERACA Jakarta - Anggota Komisi V DPR RI Novita Wijayanti menilai peringatan Hari Kartini pada 21 April menjadi momentum bagi…

BERITA LAINNYA DI

Indonesia Potensial dalam Pengembangan Ekonomi Digital

NERACA Jakarta - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan…

Urbanisasi Berdampak Positif Jika Masyarakat Punya Keterampilan

NERACA Jakarta - Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bonivasius Prasetya Ichtiarto menyatakan bahwa perpindahan…

Hari Kartini Momentum Perempuan Kembangkan Diri

NERACA Jakarta - Anggota Komisi V DPR RI Novita Wijayanti menilai peringatan Hari Kartini pada 21 April menjadi momentum bagi…