Waktunya UMKM Berbasis Berteknologi

NERACA

Bandung - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menekankan bahwa pelaku UMKM harus mulai masuk ke produk-produk inovasi berbasis teknologi. Karena, ke depan, di dunia ini hanya akan terbentuk satu market saja yakni pasar digital yang merupakan bagian dari ekonomi global. 

"Artinya, kita harus mampu membangun produk unggulan kita, sesuai dengan kekhasan dan keunikan tersendiri yang kita miliki," ucap Teten. 

Di samping itu, lanjut Teten, tren produk dan lifestyle kehidupan masyarakat dunia juga berubah dan berkembang secara cepat dan dinamis. "Pelaku UMKM kita harus bisa mengikuti perubahan tren dan lifestyle masyarakat dunia," terang Teten. 

Lebih dari itu, Teten berharap UMKM harus mampu bergerak dinamis dan cepat beradaptasi dengan perubahan zaman. 

“UMKM harus sudah mulai melakukan research and development agar bisa mengikuti tren produk dunia, tak hanya pasar nasional," harap Teten. 

Selain itu, digital marketing juga harus dijalankan secara efektif. "Nah, kelompok anak muda generasi milenial ke depan yang bisa mendorong kemajuan UMKM kita berkiprah di pasar global," tukas Teten. 

Hanya saja, Teten mengakui bahwa 99% pelaku usaha nasional yang didominasi usaha mikro tersebut, masih berkapasitas produksi rendah. Jadi, hanya sebagian kecil saja yang mampu berjualan di platform e-commerce. Itu pun mayoritas masih sebagai reseller saja. 

Meskipun demikian, Teten masih melihat banyak juga pelaku usaha mikro yang efektif memanfaatkan ceruk pasarnya di media sosial seperti Facebook, Instagram, dan lainnya. “Saya yakin mereka bakal berkembang bagus di pasar media sosial, bukan e-commerce," ulas Teten. 

Oleh karena itu, Teten juga berharap generasi milenial berjiwa inovasi mampu menyiapkan platform digital bagi UMKM, khususnya bagi usaha mikro. 

“Harus jujur saya katakan, aneka kreativitas seperti itu sangat luar biasa bagi akses pasar usaha mikro di pentas digital marketing,"harap Teten. 

Memang, pandemi Covid-19 memang mengubah perilaku konsumen dan peta kompetisi bisnis para pelaku usaha. Pasalnya, terjadi shifting pola konsumsi barang dan jasa dari luring (offline) ke daring (online); trafik meningkat sekitar 15%-20%. Dari sisi pelaku usaha, sebanyak 37% konsumen baru memanfaatkan ekonomi digital pascapandemi. Selain itu, 45% pelaku usaha juga aktif melakukan penjualan melalui e-commerce selama pandemi.

“UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) digital merupakan kunci pemulihan ekonomi nasional. Pemerintah berkomitmen mendorong digitalisasi UMKM tradisional/luring dan memberikan kemudahan bagi UMKM yang sudah terdigitalisasi,” ungkap Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto.

Menurut Airlangga, secara umum, produk domestik bruto (PDB) ekonomi digital pada 2020 mencapai US$44 miliar atau tumbuh 11% dari 2019. Bahkan Mckinsey Global Institute (MGI) memprediksi bahwa ekonomi digital akan mampu menyumbang sebesar US$130-US$150 miliar bagi pertumbuhan PDB Indonesia di 2025. Selanjutnya, dalam jangka panjang, besaran kontribusinya akan dapat mencapai 3,0%.

Dalam rangka pengembangan ekonomi digital, pemerintah telah menyusun Strategi Nasional Ekonomi Digital. Strategi ini akan memanfaatkan 4 pilar fondasi untuk mewujudkan ekonomi digital terdepan yang mendorong inklusivitas dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

“Pemerintah memberi dukungan dalam pembangunan infrastruktur digital supaya tercipta iklim inovasi yang baik. UU Cipta Kerja akan mengakomodasi upaya pengembangan ekonomi digital, antara lain melalui pengaturan tentang perluasan pembangunan infrastruktur broadband; tarif batas atas dan/atau bawah untuk melindungi kepentingan  masyarakat dan persaingan  usaha yang sehat; serta kerja sama penggunaan spektrum frekuensi radio untuk penerapan teknologi baru,” papar Airlangga.

Di sisi lain, Airlangga menhjelaskan, pemerintah senantiasa mendorong para pelaku UMKM untuk bergabung ke platform digital melalui program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI). Hingga akhir 2020 tercatat sebanyak 11,7 juta UMKM on boarding ke bisnis daring.

“Diharapkan pada 2030 mendatang, jumlah UMKM yang go digital akan mencapai 30 juta. Kemudian, pemerintah juga mendorong perluasan ekspor produk Indonesia melalui kegiatan ASEAN Online Sale Day (AOSD) di tahun lalu,” harap Airlangga.

Menyoal digitalisasi layanan keuangan, financial technology (fintech) di Indonesia juga makin dikembangkan guna mencapai inklusivitas keuangan yang semakin baik, terutama dalam merangkul 46,6 juta UMKM dan 132 juta orang yang saat ini masih unbanked dan belum memiliki akses kepada kredit/pembiayaan.

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…