NERACA
Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (Ketum PB MA) Kiai Haji Embay Mulya Syarief mengatakan bahwa sesungguhnya Islam adalah agama yang sangat menekankan kasih sayang dan peduli sosial.
"Bagaimana bisa umat Islam begitu saja melihat saudara-saudara kita, misalnya harus kelaparan akibat kemiskinan mereka yang akhirnya bisa jadi terpapar paham-paham radikal intoleran," kata K.H. Embay Mulya Syarief di Jakarta, Jumat (7/5), dalam keterangan tertulis yang diterima.
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, kata dia, pernah menyatakan kaadal faqru an yakuuna kufran yang artinya bahwa kemiskinan itu, kefakiran itu akan menjerumuskan seseorang pada kekufuran.
Oleh karena itu, lanjut Kiai Embay, Nabi Muhammad saw. bersabda irhamu man fil ardi, yarhamkum man fissamaa yang artinya sayangi yang ada di bumi, maka niscaya engkau akan disayangi oleh yang ada di langit.
"Jadi, sebetulnya 'kan tidak seberapa umat Islam membayar zakat, seperti zakat fitrah, misalnya, itu tidak seberapa, kemudian muslim membayar zakat mal. Pada dasarnya 'kan harta itu bukan punya kita. Kita ini tidak punya apa-apa karena semua hanya milik Allah," tuturnya.
Kiai Embay mengatakan, "Lahuma fissamawati wama fil ardi, artinya semuanya yang ada di langit dan di bumi ini adalah kepunyaan Allah."
Oleh sebab itu, dia menyampaikan bahwa harta yang dititipkan kepada manusia itu oleh Allah diwajibkan untuk diberikan (dizakatkan) hanya sebesar 2,5 persen dari yang mereka miliki.
"Nah, oleh karena itu, 'kan keterlaluan, orang yang sudah diberikan begitu banyak tetapi tidak melakukan zakat," kata pria yang juga merupakan salah satu tokoh penggagas berdirinya Provinsi Banten ini.
Pria yang juga anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten itu mencontohkan seseorang yang memiliki harta sebesar Rp100 juta maka 2,5 persen wajib untuk memberikannya kepada orang lain.
Sementara itu, kata dia, ongkosnya itu 97,5 persen. Ongkos kirim dari Allah ini jauh lebih besar, padahal yang disuruh untuk disampaikan itu hanya 2,5 persen yang sisanya 97,5 persen itu untuk yang mengirimkan (memberikan zakat).
"Jadi, logikanya seperti itu. Jadi, sebetulnya zakat itu tidak ada susahnya, tinggal orang menyadari bahwa rezeki itu datang dari Allah, kepunyaan Allah," kata mantan Ketua Bidang Ekonomi PB Mathla'ul Anwar ini.
Selain itu, ulama kelahiran Pandeglang, Banten, 4 Maret 1952 itu juga berpesan bahwa seseorang dalam beribadah itu tentunya juga harus berilmu.
Menurut dia, jika ibadah itu tanpa ilmu, lalu bisa mengaji dengan semangat tinggi, sementara ilmunya kurang, yang terjadi adalah bukan tidak mungkin yang bersangkutan akhirnya bisa membuat bom bunuh diri dan segala macam itu. Ant
NERACA Semarang - Pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha mengatakan bahwa ruang siber telah menjadi medan perang modern yang memperlihatkan…
NERACA Kediri - Penjabat Wali Kota Kediri Zanariah mengungkapkan bahwa terciptanya reformasi birokrasi yang baik dapat mendorong keberhasilan pembangunan daerah.…
NERACA Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo mengatakan bahwa audit kasus stunting penting…
NERACA Semarang - Pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha mengatakan bahwa ruang siber telah menjadi medan perang modern yang memperlihatkan…
NERACA Kediri - Penjabat Wali Kota Kediri Zanariah mengungkapkan bahwa terciptanya reformasi birokrasi yang baik dapat mendorong keberhasilan pembangunan daerah.…
NERACA Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo mengatakan bahwa audit kasus stunting penting…