Indika Energy Masih Merugi US$ 9,36 Juta

NERACA

Jakarta – Di kuartal pertama 2021, PT Indika Energy Tbk (INDY) masih mencatatkan rugi. Namun rugi emiten pertambangan batu bara ini berhasil ditekan menjadi US$ 9,36 juta dibandingkan priode yang sama tahun lalu US$ 21,02 juta. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dipublikasi di Jakarta, kemarin.

Sementara pendapatan INDY turun 9,2% menjadi US$582,17 juta pada kuartal I/2021 dari US$641,50 juta pada kuartal I/2020. Padahal, harga jual rata-rata batu bara INDY naik 5% menjadi US$45,2 per ton dibandingkan dengan kuartal I/2020 sebesar US$43 per ton. Perseroan sendiri masih optimis mampu membukukan kinerja positif seiring peluang perbaikan kinerja dengan tren kenaikan harga batu bara dunia.

Direktur Indika Energy, Retina Rosabai mengatakan bahwa penurunan kinerja pendapatan karena tekanan kinerja yang masih dirasakan oleh beberapa anak usaha seperti Tripatra, PT Petrosea Tbk. (PTRO), dan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. (MBSS), tetapi berhasil diimbangi oleh kenaikan kinerja dari PT Kideco Jaya Agung, PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU), dan PT Interport Mandiri Utama.

Dia pun menjelaskan bahwa secara garis besar bahwa kinerja perseroan membaik pada tiga bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnnya. Kendati masih merugi, Retina menyebutkan bahwa laba inti perseroan naik dari US$900.000 pada kuartal I/2020 menjadi US$12,5 juta pada kuartal I/2021.

Oleh karena itu dengan pencapaian kinerja kuartal I/2021, INDY melihat peluang untuk memperbaiki kinerjanya tahun ini seiring dengan kenaikan harga batu bara dunia. “Selama harga batu bara masih berada di atas rata-rata harga 2020, kinerja selanjutnya akan jauh lebih baik dibanndingkan dengan tahun lalu. Dengan perbaikan harga itu, dan cost eficiency yang sekarang dilakukan, kerugian kami pada kuartal I/2021 juga sudah turun jadi US$9 juta,” ujar Retina.

INDY memperkirakan harga jual rata-rata batu bara sepanjang 2021 berada di kisaran US$42,2 juta. Sementara itu, cash cost di luar royalit di kisaran US$27,5 per ton untuk sepanjang 202. Adapun, pertumbuhan kinerja juga terjadi dari sisi operasional. Volume produksi Kideco pada kuartal I/2021 sebesar 9,1 juta ton, naik 3,4% dibandingkan dengan produksi kuartal I/2020 sebesar 8,8 juta ton. Volume overburden removal PTRO naik 1,5% menjadi 27,6 juta bcm pada kuartal I/2021 dari 27,2 juta bcm pada kuartal I/2020. Namun, volume barging MBSS turun 16,7% menjadi 6 juta tond dibandingkan dengan 7,2 juta ton pada kuartal I/2020. Di sisi lain, INDY berencana untuk menaikkan target panduan kinerja produksi Kideco pada kuartal III/2021 seiring dengan perubahan target produksi batu bara Pemerintah Indonesia.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…