Smartfren Rights Issue Senilai Rp 697,87 Miliar

NERACA

Jakarta – Perkuat modal anak usaha, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) bakal menggelar penawaran umum terbatas (rights issue) IV senilai Rp 697,87 miliar. Perseroan akan menerbitkan 5,81 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 120 per saham. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam prospektus yang dirilis di Jakarta, kemarin.

Smartfren juga akan menerbitkan 91,88 miliar waran seri III dengan harga pelaksanaan Rp 100 per saham. PT BCA Sekuritas dan PT Sinarmas Sekuritas bertindak sebagai pembeli siaga (standby buyer) dalam rights issue tersebut. Adapun PT Bali Media Telekomunikasi yang menggenggam 10,68% saham Smartfren akan mengeksekusi hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sesuai porsi kepemilikannya. Sementara, PT Global Nusa Data yang memiliki 26,39% saham menyatakan tidak akan melaksanakan haknya. Begitu juga dengan PT Wahana Inti Nusantara yang memiliki 16,11% saham juga menyatakan tidak akan melaksanakan haknya.

Apabila masih terdapat sisa saham baru atau yang belum dieksekusi, maka Sinarmas Sekuritas dan BCA Sekuritas akan membeli sisa saham baru yang diterbitkan sebanyak 4,33 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 120 per saham. BCA Sekuritas akan membeli saham baru terlebih dahulu sebesar 2,16 miliar saham. Apabila setelah itu jumlah saham baru yang dikeluarkan belum mencapai 4,95 miliar saham, maka Sinarmas Sekuritas akan membeli 2,16 miliar saham lainnya hingga jumlah saham baru yang dikeluarkan mencapai 4,95 miliar saham.

Pelaksanaan rights issue ini sudah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 2 Maret 2021. Pernyataan efektif rights issue diperoleh pada 14 April 2021. Pencatatan HMETD di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 28 April 2021.

Adapun dana yang diperoleh dari rights issue, sekitar 85%-nya akan digunakan sebagai tambahan modal kepada anak usaha, PT Smart Telecom (Smartel). Smartel akan menggunakannya untuk membayar pinjaman kepada China Development Bank Corporation. Total pinjaman yang diperoleh dari China Development Bank itu mencapai US$ 300 juta, dengan pinjaman yang masih terutang US$ 187,49 juta. Menurut rencana, perseroan akan melakukan pembayaran bunga pinjaman sebesar US$ 3,25 juta pada Mei mendatang.

Sementara itu, sekitar 15% dari dana rights issue akan digunakan sebagai modal kerja. Modal kerja yang dimaksud adalah pembayaran biaya sewa menara, biaya sewa jaringan, serta pungutan penerimaan negara bukan pajak Jastel USO ke pemerintah.

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…