Oleh : Agus Yuliawan
Pemerhati Ekonomi Syariah
Alhamdullilah, saat ini kita telah memasuki bulan suci Ramadhan dimana umat Islam di seluruh dunia berbahagia dalam berkewajiban menjalankan ibadah puasa sebulan penuh untuk medekatkan diri kepada Allah SWT. Makna puasa bagi ummat Islam bukan sekedar berlapar - lapar ria, tapi adalah manajemen keseimbangan kehidupan antara manusia dengan alam semesta. Mengapa demikian?
Bayangkan, dalam sebulan penuh manusia tak mengkonsumsi air sama sekali mulai dari pagi hingga jelang petang, dengan demikian tiap hari ada proses pembaharuan air sekian liter. Begitu juga dalam konsumsi sayur mayur, ikan dan daging, ada jeda tersendiri untuk melakukan proses pembaharuan. Dengan demikian, sadar atau tidak sadar bulan suci Ramadhan telah mengajak diri kita untuk berbuat dalam manajemen kelangsungan keseimbangan semesta alam. Disinilah dibulan suci Ramadhan benar-benar diri kita mengimplementasikan fiqh lingkungan.
Selain dimensi lingkungan, masih ada dimensi lain, yakni keperpihakan dan semangat ta'awun yang kita lakukan di bulan suci Ramadhan dengan menunaikan zakat fitrah untuk mensucikan harta yang kita miliki. Dengan menunaikan zakat bukan hanya dipandang sederhana saja, akan tapi memiliki esensi yang sangat besar agar terjadi keseimbangan ekonomi sekaligus menjauhkan disparitas kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Melalui instrumen zakat bisa dijadikan alat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin agar mereka terangkat kehidupannya. Di bulan Ramadhan inilah bagi yang mampu diwajibkan untuk menunaikan zakatnya untuk disalurkan kepada 8 golongan yang berhak.
Dalam Islam, zakat bukan satu-satunya instrumen filantropi, masih banyak instrumen lainnya seperti infaq, sedekah dan waqaf, jika itu dilakukan di bulan suci Ramadhan memiliki nilai yang sangat luar biasa dibandingkan bulan - bulan biasa.
Jadi dimensi bulan Ramadhan memiliki makna yang luar biasa, bukan hanya pada kesalehan ritual yang diperoleh umat manusia tapi juga adalah kesalehan sosial. Disinilah aktualisasi agama benar - benar dijalankan sesuai dengan harapan tujuan dihadirkannya agama Islam sebagai rahmatal lil alamin.
Begitu dari sisi ekonomi syariah, dengan adanya bulan suci Ramadhan esensi dari ekonomi syariah benar - benar dijalankan, yaitu semangat ta'awun, membangun ukhuwah dan distribusi ekonomi secara merata. Jadi bulan suci Ramadhan benar - benar miniatur elemen pengembangan ekonomi syariah yang kita kembangkan.
Untuk itu dari pelajaran bulan suci Ramadhan yang akan kita jalankan sebulan penuh ini, benar - benar serius kita lakukan. Kita berharap setelah usai nantinya, kita tak berhenti di bulan Ramadhan saja dalam menjalankan kebaikkan. Tapi di setiap bulan kita harus selalu menjalankan kebaikan. Dengan demikian amal perbuatan yang kita lakukan akan senantiasa mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…
Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…
Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…
Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…