Menjadi Terlengkap dan Terpadu - Lompatan Besar Jasa Marga Dalam Inovasi Layanan Tol

Memacu pemerataan pertumbuhan ekonomi di daerah dengan membangun konektivitas lewat infrastruktur jalan tol menjadi keseriusan pemerintah. Apalagi dibalik pembangunan jalan tol menuai banyak berkah bagi masyarakat dan pelaku usaha, seperti memangkas biaya angkutan logistik dan mengurangi waktu tempuh pengiriman barang (delivery time) dan peningkatan daya saing produksi Indonesia di pasar global.

Bagi pelaku usaha, kepastian waktu tempu seiring makin terhubungnya antar daerah lewat pembangunan jalan tol membuat geliat usaha makin berpeluang tumbuh positif dan tentunya dapat membuat perhitungan business plan yang lebih matang sehingga membuka lapangan pekerjaan di sekitar pusat perindustrian di setiap daerah.

Kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, kehadiran jalan tol juga mengakomodasi pengembangan dan pemasaran produk-produk lokal di rest area tol. Produk yang ditawarkan tersebut merupakan hasil buah tangan setiap UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) milik masyarakat yang terpajang hingga kuliner khas daerah setempat juga disajikan bagi pengendara yang melintas. Hal ini menjadi aspek penting dalam mendukung perekonomian masyarakat di setiap daerah dengan menciptakan lahan-lahan usaha baru dalam rangka pemerataan ekonomi yang semakin baik dengan hadirnya jalan tol.

Suka tidak suka, saat ini pembangunan jalan tol di Indonesia tertinggal di Asia. Tengok saja, jika pada tahun 1979, saat Indonesia membangun tol Jagorawi dari Jakarta menuju Bogor dan Ciawi, banyak negara melihat dan datang ke Indonesia. Seperti, Malaysia melihat bagaimana Indonesia membangun jalan tol Jagorawi dan begitu juga dengan Thailand, Filipina melihat bagaimana manajemen Jagorawi serta Vietnam, China melihat bagaimana konstruksi dan pengelolaan Jagorawi.

Namun, setelah 40 tahun lebih, negara yang tadinya melihat Indonesia banyak yang sudah jauh meninggalkan dalam pembangunan infrastruktur ini. Jika selama 40 tahun Indonesia membangun 780 kilometer (km) jalan tol, Malaysia yang dulu melihat Indonesia, sekarang sudah membangun kurang lebih 1.800 km jalan tol dan bahkan yang paling ekstrem, Tiongkok, China telah membangun 280.000 km jalan  tol.

Meski saat ini pertumbuhan pembangunan jalan tol di Indonesia masih rendah, namun kondisi tersebut tidak membuat pemerintah berserah diri dan justru sebaliknya menjadi pemacu untuk fokus pada pembangunan infrastruktur mengejar ketertinggalan. Menyadari butuh investasi besar dalam pembangunan jalan tol, pemerintah membuka kran bagi swasta untuk ikut berperan pembangunan proyek infrastruktur jalan tol dan komitmen pemerintah menebas segala rintangan dalam proyek jalan tol, seperti pembebasan lahan hingga soal perizinan.

Kata Presiden Joko Widodo (Jokowi), jika semakin banyak kerjasama antara BUMN dengan swasta maka akan saling banyak pula jalan tol yang terbangun. Selain itu, waktu pengerjaannya pun akan jauh lebih cepat dibandingkan hanya dibangun sendiri.”Kalau kerja sama kerja sama ini terus dilakukan antara swasta dan BUMN, saya rasa percepatan pembangunan jalan tol yang ada di Tanah Air ini akan semakin cepat bisa diselesaikan," ujarnya

Tak heran, kini pembangunan jalan tol terus tumbuh tiap tahunnya. Sebut saja, pembangunan jalan tol sudah mulai merata di berbagai pulau, mulai dari tol Trans Jawa yang menghubungkan dari Merak sampai Surabaya, kemudian tol Trans Sumatera, Kalimantan lewat tol Balikpapan Samarinda dan Sulawesi lewat pembangunan tol Manado-Bitung. Keseriusan pemerintah menggenjot infrastruktur tentu tak perlu lagi diragukan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Dalam tiga tahun pertama sejak 2015-2017, pemerintah alokasikan dana infrastruktur sebesar Rp 913,5 triliun. Nilainya lebih besar dibandingkan lima tahun anggaran infrastruktur di era pemerintah sebelumnya.

Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, dana infrastruktur bahkan kembali dinaikkan menjadi Rp 410,7 triliun. Keseriusan Presiden Jokowi dalam menggenjot pembangunan infrastruktur jalan tol perlu diapresiasi. Terlebih jika Jokowi berhasil menargetkan lebih dari 2.000 km jalan tol tersambung dari Lampung hingga Aceh pada akhir 2024, maka praktis Jokowi membangun lebih dari 3.000 km jalan tol dalam 10 tahun memerintah atau sekitar 300 km/tahun.

Partisipasi Swasta

Bila selama ini pemain di sektor jalan tol lebih didominasi oleh PT Jasa Marga Tbk, kini terbukanya keterlibatan swasta membuat bisnis jalan tol mulai menjadi bisnis yang menggiurkan. Meski bersifat jangka panjang dan tidak lepas dari risiko yang ada. Namun karena mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah, mulai banyak swasta ikut ambil bagian. Sebut saja, setelah PT Nusantara Infrastructure, kini PT Gudang Garam Tbk ikut membidik pembangunan jalan bebas hambatan. Sebelumnya baru beberapa korporasi swasta seperti PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk hingga Astra yang masuk ke sektor jalan tol berinvestasi di bisnis ini.

Disampaikan Sekretaris Jenderal Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI), Kris Ade Sudiyono, kondisi ini pertanda sektor jalan tol merupakan usaha yang tahan gejolak. “Perspektif dan kalkulasi jangka panjang pada umumnya pendorong semakin baiknya appetite investor,” kata Kris. Selain itu, bermunculannya investor swasta ini merupakan buah kerja sama seluruh pihak untuk menarik investasi jalan tol.

Oleh sebab itu, Kris berharap iklim ini terus terjaga dengan baik demi mengundang lebih banyak lagi modal di pembangunan infrastruktur tersebut. “Kuncinya jaminan kepastian dan mengawal model bisnis kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU),” katanya. Kris juga memprediksi persaingan antar korporasi dalam menggarap bisnis jalan tol masih akan tetap sehat. Apalagi potensi investasi dari dalam negeri belum tergarap dengan maksimal. “Jadi tidak ada kompetisi tapi sinergi bersama membangun infrastruktur,” katanya.

Senada dengan Kris, Nusantara Infrastructure juga menyatakan jalan tol merupakan bisnis yang relatif tahan banting terhadap gejolak ekonomi. Selain itu masih banyak potensi konektivitas yang belum terbuka sehingga menjadi alasan swasta meminati proyek-proyek ini. Bagi Jasa Marga, kehadiran swasta dalam mengelola jalan tol memacu untuk berlomba-lomba dalam layanan dan inovasi. Pasalnya, pembangunan jalan tol tidak hanya sekedar  meraup cuan di jalan bebas hambatan tetapi meningkatkan daya saing bisnis, pemerataan ekonomi dan peningkatan kualitas layanan.

Inovasi Berbasis Digital

Berangkat dari hal tersebut, eksistensi PT Jasa Marga Tbk dalam bisnis pengelolaan jalan tol terus berbenah diri. Di usianya ke-43, perseroan telah banyak melakukan inovasi layanan mulai dari mengurai kemacetan di jalan bebas hambatan hingga inovasi teknologi untuk pembayaran untuk kemudahaan pengguna jalan tol. Teranyar, perseroan meluncurkan aplikasi bernama Travoy (Travel with Comfort and Joy) 3.0. Aplikasi tersebut diluncurkan sebagai asisten digital yang membuat perjalanan di jalan tol menjadi lebih aman dan nyaman.

Operation & Maintenance Management Group Head Jasa Marga, Atika Dara Prahita menjelaskan, Travoy 3.0 merupakan pengembangan dari aplikasi Travoy yang sebelumnya diluncurkan pada tahun 2019 lalu. Travoy 3.0 diintegrasikan dengan aplikasi yang juga dikelola oleh Jasa Marga lainnya yakni JMCARe.”Penggabungan JMCare dengan Travoy yang kemudian menjadi Travoy 3.0 dibarengi dengan penambahan fitur-fitur baru untuk menjawab kebutuhan pengguna jalan seperti fitur layanan panic shake yang dapat digunakan ketika pengguna jalan membutuhkan bantuan darurat petugas operasional jalan tol,”ujarnya.

Melalui aplikasi tersebut, lanjutnya, memesan derek juga jauh lebih mudah karena ada fitur derek online untuk pemesanan derek sampai pemantauan progres laporan. Tapi lokasi derek secara real time di aplikasi saat ini masih terbatas hanya untuk digunakan di wilayah Jabotabek. Selain itu, dengan Travoy 3.0, pengguna jalan juga dapat memantau situasi terkini lalu lintas dari CCTV Jalan Tol Jasa Marga Group hingga menghitung kalkulasi tarif tol yang perlu dibayarkan pengguna jalan selama perjalanan. Tujuannya, agar dapat mengantisipasi jumlah saldo yang harus diisi di dalam uang elektronik. “Kami juga menyediakan fitur Laporan Anda untuk menampung semua kritik dan masukan dari pengguna jalan yang pastinya akan membuat Jasa Marga terus meningkatkan pelayanan secara berkelanjutan,” ujarnya.

Ditambah lagi, Travoy 3.0 dilengkapi dengan fitur travnews dan fitur yuk mampir yang berisi berita terkini mengenai jalan tol serta lokasi rest area hingga rekomendasi wisata hingga kuliner pada destinasi pengguna jalan. Saat ini Travoy 3.0 sudah dapat diunduh melalui Apps Store untuk pengguna iOS dan Google Play Store untuk pengguna Android. Aplikasi Travoy 1.0 diluncurkan pertama kali pada Mei 2019 untuk sistem operasi Android. Setelah melalui tahapan pengembangan lebih lanjut, Travoy 2.0 resmi diluncurkan dengan fitur dan tampilan terbaru pada Februari 2020, Travoy 2.0 kembali dikembangkan dan pada Maret 2020, Travoy 2.0 kembali memiliki beberapa fitur baru seperti Geofencing Marketing, E- Toll history dan Incident Reporting System serta fitur Take n Go. Masih di tahun yang sama, Jasa Marga pun memulai untuk mengintegrasikan aplikasi Travoy dengan aplikasi JMCARe milik Jasa Marga sehingga menjadi aplikasi Travoy 3.0 yang berkembang saat ini.

Jasa Marga sendiri terus memperbaiki elektronifikasi untuk setiap pembayaran masuk ataupun keluar pintu tol. Diharapkan dengan sistem pembayaran tersebut akan lebih lancar sehingga antrean di gerbang tol bakal berkurang. Kelancaran pembayaran di gerbang didukung oleh waktu transaksi yang menjadi 2 detik, lebih cepat 4 hingga 6 detik dibanding transaksi tunai.

Transaksi juga akan lebih nyaman dan aman karena lebih akurat. Pendapatan hasil transaksi bisa langsung masuk ke rekening badan usaha karena tidak ada cash collection. Akses pembayaran pun lebih mudah. Karena satu reader dapat menerima seluruh uang elektronik (multi issuer) yang akan meningkatkan ragam pilihan bagi pengguna. Keragaman multi issuer akan mendorong kemudahan top up melalui interkoneksi dan interoperabilitas.

 

Terlengkap dan Terpadu

 

Di tengah pesatnya pertumbuhan teknologi digital, menuntut Jasa Marga berinovasi dan transformasi dalam layanan tol untuk kemudahan bagi penggunanya. Maka tak heran, perseroan lewat Jasa Marga Tollroad Command Center (JMTC) terus menghadirkan inovasi berbasis teknologi untuk menjawab kebutuhan pengguna jalan tol dalam pengelolaan pelayanan jalan tol yang terintegrasi sekaligus menjadi sumber dari pusat informasi lalu lintas, sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan rekayasa lalu lintas yang juga melibatkan stakeholder terkait.

Kata Atika, JMTC mampu mengintegrasikan seluruh peralatan informasi dan komunikasi di Jalan Tol yang dikelola Jasa Marga Group. Hal ini membuat Jasa Marga menjadi operator jalan tol dengan sistem pengolah data lalu lintas jalan tol terlengkap dan terpadu di Indonesia,”JMTC dilengkapi Advanced Traffic Management System (ATMS) yang mampu menganalisa kondisi kepadatan di jalan tol melalui kecepatan rata-rata kendaraan pada segmen jalan tol serta menghitung data volume kendaraan sesuai dengan kapasitas jalan tol,"ujarnya.

Atika menambahkan, bila kecepatan kendaraan mendekati kecepatan minimum dan volume kendaraan mendekati kapasitas maksimal suatu ruas jalan tol, maka sistem ini memberikan peringatan dini kepada petugas untuk dapat melakukan pengaturan lalu lintas. JMTC juga bisa diakses oleh masyarakat pengguna jalan tol melalui One Call Center 24 Jam di nomor 14080, Variable Message Sign (VMS) hingga melalui aplikasi Travoy 3.0. Lewat kanal-kanal tersebut, JMTC yang juga dilengkapi dengan sistem Advanced Traveller Information System (ATIS), dapat memberikan informasi kepada pengguna jalan tol baik sebelum maupun selama dalam perjalanan dengan tetap memperhatikan keamanan berkendara.

Selain itu, lanjut Atika, terdapat pula Incident Management System(IMS) yang merupakan alat deteksi dini gangguan lalu lintas dengan mengidentifikasi perubahan kecepatan kendaraan untuk menekan potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas. Bukan hanya itu, JMTC juga memiliki sistem yang mengadaptasi Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE), yang secara akurat dapat memberikan data pelanggaran lalu lintas di jalan tol seperti pelanggaran kecepatan dan muatan dengan bantuan peralatan speed camera lengkap dengan pendeteksi plat nomor kendaraan serta weigh in motion kepada pihak Kepolisian untuk selanjutnya diproses hukum.

Kecanggihan yang dimiliki JMTC akan mempermudah koordinasi antara Jasa Marga dengan Korlantas POLRI, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam memutuskan rekayasa lalu lintas yang akan dilaksanakan khususnya pada saat operasi libur panjang. Kemudian melengkapi bisnis jalan tol dalam rangka meningkatkan kualitas layanan, perseroan juga mengembangkan usaha dibidang pemeliharaan jalan tol melalui PY Jasa Marga Tollroad Maintenance (JMTM).

Menurut Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk, Subakti Syukur, kehadiran JMTM merupakan strategi usaha agar perusahaan dapat berkembang. Keberadaan PT JMTM tersebut diharapkan dapat mendukung lini bisnis utama Jasa Marga.“Jasa Marga sedang sangat serius untuk membangun anak perusahaan usaha lainya, di antaranya PT JMTM. Kita mau melengkapi bisnis proses dari A sampai Z untuk bisnis jalan tol. Jadi, PT JMTM ini akan mampu memprediksi atau merencanakan maintenance ke depan seluruh ruas jalan tol sekaligus melaksanakan maintenance itu sendiri,” ungkapnya.

Roy Ardian Darwis, Direktur Utama PT JMTM memastikan, kesiapan bagaimana anak usaha Jasa Marga tersebut dapat berjalan dan berkembang dengan segala sumber daya yang ada sehingga menjadi salah satu bisnis unggulan Jasa Marga. Dimana proses bisnis dalam tiap tahunnya akan tumbuh dan berkembang, dan pada tahun 2020 Perusahaan tersebut akan menjadi Maintenance Seluruh Ruas Jasa Marga Dan Anak Perusahaan Jalan Tol Jasa Marga.“Ini dapat dilihat dari pengalaman kerja perusahaan dalam bidang rekontruksi perkerasan jalan tol, penambahan jalur di ruas tol, pembangunan gerbang tol, pekerjaan perbaikan jembatan,” katanya.

Pekerjaan pembuatan marka jalan, rambu jalan, guadril pembatas jalan dan pekerjaan pemeliharaan jalan rutin yang semuanya telah dilakukan di ruas-ruas cabang Jasa Marga dan Anak Perusahaan di wilayah Jabodetabek dan Jawa. Sumber daya PT JMTM telah memakai teknologi dalam pemenuhan Standard Pelayanan Minimal (SPM) di lingkungan pekerjaannya, yaitu berupa mobil survei aset dan penelitian pengerasan jalan Hawkeye 2000. Mobil ini dapat mendata kerusakan permukaan jalan.

Selain itu, PT JMTM juga mempunyai produk Super Cold Mix Asphalt (SCMA), yaitu produk tambalan siap pakai yang cepat untuk menutup lubang-lubang di jalur tol. JMTM juga telah memiliki peralatan pemeliharaan jalan dengan teknologi terkini seperti tendem roller, cold mixing, asphalt finisher, flat bed truck, dan power broo.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Laba Mandiri Herindo Adiperkasa Naik 78,04%

Di tiga bulan pertama 2024, PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk(MAHA) membukukan laba bersih Rp73,204 miliar atau naik 78,04% dibanding periode…

Anak Usaha HRUM Raih Pinjaman US$620 Juta

Danai ekspansi bisnisnya, PT Tanito Harum Nickel, anak usaha PT Harum Energy Tbk(HRUM) meraih fasilitas pinjaman senilai US$ 620 juta…

Sawit Sumbermas Raup Laba Rp512,25 Miliar

Laba bersih PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) tercatat sebesar Rp512,25 miliar pada tahun 2023 atau anjlok 72,1% dibanding tahun…

BERITA LAINNYA DI

Laba Mandiri Herindo Adiperkasa Naik 78,04%

Di tiga bulan pertama 2024, PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk(MAHA) membukukan laba bersih Rp73,204 miliar atau naik 78,04% dibanding periode…

Anak Usaha HRUM Raih Pinjaman US$620 Juta

Danai ekspansi bisnisnya, PT Tanito Harum Nickel, anak usaha PT Harum Energy Tbk(HRUM) meraih fasilitas pinjaman senilai US$ 620 juta…

Sawit Sumbermas Raup Laba Rp512,25 Miliar

Laba bersih PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) tercatat sebesar Rp512,25 miliar pada tahun 2023 atau anjlok 72,1% dibanding tahun…