Pemeritah Dorong Koperasi dan Kemitraan Tambak Udang

NERACA

Lampung – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) komit dalam mendorong pemberdayaan petani, salah satunya tambak udang melalui koperasi sebagai upaya untuk memulihkan perekonomian yang terdampak pandemi Covid-19. 

"Kawasan tambak udang Bumi Dipasena merupakan salah satu tambak udang yang terbesar, dan kita harus mengembalikan kejayaannya agar bisa membantu memulihkan perekonomian," ujar Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. 

Teten pun menjelaskan, berhimpun dalam koperasi merupakan salah satu upaya  untuk meningkatkan produktivitas tambah udang. 

"Di sini ada Perhimpunan Petambak Pembudidaya Udang Wilayah Lampung (P3UW) yang memiliki anggota sebanyak 5.530 Kepala Keluarga yang bergantung pada sektor tambak udang. Adanya perhimpunan ini dapat pula dikembangkan dengan membentuk  koperasi sehingga dapat membantu meningkatkan produksinya," jelas Teten. 

Menurut Teten, langkah awal membangkitkan dan meningkatkan produksi dilakukan dengan penguatan kelembagaan melalui koperasi dan pembiayaan. 

"Pembiayaan ini juga penting dilakukan. Kita menyediakan kemudahan dengan memberikan kemudahan kredit dengan bunga hanya 3 persen, namun semua harus bernaung dalam bentuk koperasi," ucap Teten. 

Sehingga dalam hal ini Teten mengakui, sinergi antarlembaga, masyarakat, pemerintah, serta perusahaan dapat mendorong terbentuknya sistem produksi yang baik. 

"Saat ini kita dorong adanya kemitraan koperasi bagi petambak dengan penyediaan off taker atau perusahaan penjamin sehingga petambak tidak perlu memikirkan ke mana harus menjual dan hanya fokus meningkatkan produksi," ucap Teten. 

Teten memberi contoh, sistem pengembangan kemitraan tambak udang telah diaplikasikan di Muara Gembong dan diharapkan sistemnya bisa direplikasi di Dipasena. 

Usaha budidaya udang di kawasan Bumi Dipasena, Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung mencakup luas area 16.000 hektare di 8 kampung. Setiap petambak memiliki potensi menghasilkan 1 ton hingga 3 ton udang dalam sehari dengan kebutuhan pembiayaan modal pembudidayaan kisaran Rp30 juta hingga Rp 50 juta per orang. 

Permintaan udang khususnya jenis vaname sampai saat ini tergolong sangat tinggi terutama permintaan dari luar negeri. Udang merupakan potensi ekspor yang besar karena permintaan pasar dunia tinggi sehingga hal ini menjadi salah satu prioritas dukungan dari KemenkopUKM. 

Ekspor udang terus naik dan tren kenaikan yang positif sekitar 21% pada tahun 2020 ketimbang tahun sebelumnya. Saat ini Indonesia merupakan pengekspor udang terbesar kelima di dunia dan pemerintah menargetkan menjadi negara penghasil udang terbesar ketiga di dunia. 

“Potensi ekspor udang harus bisa dimaksimalkan dengan terus mencoba sistem pengembangan tambak udang rakyat. Korporitasasi petani, konsolidasi, dan kemitraan dengan perusahaan besar akan didorong,” ujar Teten.

Atas dasar itu jugalah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya segera membangun percontohan model klaster kawasan tambak udang di Gampong Matang Rayeuk Kabupaten Aceh Timur seluas 5,1 hektar yang akan dilengkapi dengan fasilitas seperti bak tandon, bak distribusi air baku, petak pemeliharaan, saluran buang dan panen, Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).

“Kabupaten Aceh Timur memiliki potensi lahan yang efektif untuk dikembangkan menjadi kawasan budidaya udang, seperti terhindar dari potensi sumber cemaran serta didukung oleh sarana dan prasarana seperti jalan, listrik dan saluran irigasi”, ujar Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP.

Slamet mengharapkan langkah ini dapat didukung oleh masyarakat Aceh Timur serta unsur-unsur pemerintah daerah lainnya. “Saya mengajak pemerintah daerah untuk berkomitmen mengembangkan budidaya tambak udang kluster berkelanjutan ini,” kata Slamet.

Menurut Slamet, model klaster kawasan budidaya udang ini prinsipnya mengatur desain dan tata letak tambak udang yang terdiri dari petak pembesaran, petak tandon dan petak reservoir. “Selain itu menggunakan benih dan sarana produksi yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan produktivitas tambak,” jelas Slamet.

Selanjutnya, kata Slamet, “dengan model kluster ini produktivitas bisa ditingkatkan serta mengedepankan pengelolaan teknis yang lebih terintegrasi dan ramah lingkungan, disamping manajemen pengelolaan yang dilakukan secara kolektif.”

 

 

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…