Di Aceh Timur Panen Tambak Udang Model Klaster

NERACA

Jakarta - Salah satu tambak udang model klaster tahun 2020 program prioritas Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yang berada di Kabupaten Aceh Timur yang telah ditebar benih pada bulan Desember 2020 lalu, telah berhasil melakukan panen perdana. Dengan rata-rata kepadatan benih sekitar 120 ekor per meter persegi telah dilakukan panen parsial pertama pada 9 kolam dengan size 100, masa pemeliharaan 60 hari dengan total hasil panen sebanyak kurang lebih 2,2 ton dengan nilai kurang lebih Rp100 juta.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, KKP, Slamet Soebjakto mengatakan panen parsial tersebut membuktikan bahwa upaya KKP untuk membuat model tambak udang berkelanjutan yang dapat direplikasi oleh masyarakat pembudidaya berhasil. Semoga dapat berhasil hingga panen total serta dapat membantu dalam menggenjot nilai ekspor udang sebesar 250% pada tahun 2024.

“Capaian atau keberhasilan ini merupakan usaha keras kami untuk terus meningkatkan produksi sub sektor perikanan budidaya nasional. Dan mengejar target produksi untuk terus menggenjot ekspor udang sampai dengan tahun 2024. Bukan hanya di Aceh saja, tapi di daerah lain juga bisa menyusul atas keberhasilan ini”, kata Slamet.

Slamet mengakui, bahwa Aceh Timur termasuk kawasan potensial sebab kondisi air dan lahannya sangat cocok untuk pengembangan tambak udang. Beliau juga menegaskan bahwa dalam budidaya tambak udang, jangan sampai mencemari lingkungan dan udang itu sendiri, sehingga selain nilai ekonomi yang dihasilkan tinggi dan lingkungan sekitar tetap lestari.

“Untuk itu, kami siap memberikan support untuk daerah Aceh khususnya, dan daerah potensial lain pada umumnya guna meningkatkan produksi budidaya udang secara berkelanjutan,” ujar Slamet.

Adapun, panen parsial sendiri menurut Slamet, bertujuan untuk mengurangi biomassa udang di tambak sehingga memberikan ruang gerak udang semakin luas dan dapat mengurangi produksi limbah, sehingga mengurangi stres pada udang dan juga mempercepat pertumbuhan udang. Sehingga dapat meningkatkan produktivitas hasil tambak dan meningkatkan keuntungan.

Sementara, model tambak berkelanjutan yang dibangun merupakan kawasan tambak ideal karena terdiri dari petak pengelolaan air bersih, petak produksi, petak pengelolaan air limbah dan kawasan hutan mangrove sebagai kawasan penyangga untuk mewujudkan budidaya perikanan berkelanjutan dan ramah lingkungan.

“Konsep klaster ini memungkinkan pengelolaan yang lebih terkontrol yakni melalui perbaikan tata letak dan penerapan biosecurity secara ketat dengan manajemen pengelolaan yang lebih terintegrasi dalam seluruh tahapan proses produksi. Selain itu mempermudah dalam manajemen, meningkatkan efisiensi serta dapat meminimalisasikan dampak terhadap lingkungan dan serangan penyakit,” ungkap Slamet.

Saat menghadiri panen perdana tersebut, Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee, M. Tahang menjelaskan bahwa ini adalah panen parsial pertama dan telah memberikan hasil yang cukup bagus. Semoga hasilnya terus meningkat dimasa yang akan datang.

”Harapan kami, seluruh anggota kelompok untuk terus secara bersama-sama mempertahankan kinerja yang telah cukup baik ini. Dan kami BPBAP Ujung Batee siap melakukan pembinaan secara kontinyu kepada petambak yang membutuhkan di seluruh Aceh agar peningkatan produksi perikanan dapat terealisasi dengan baik sehingga dapat berkontribusi pada ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan di wilayah pesisir Aceh,” kata Tahang.

Panen parsial pertama ini dilakukan pada Day Of Culture (DOC) 60 hari, dengan mengambil antara 10- 15% dari populasi budidaya. Beberapa keuntungan melakukan kegiatan panen parsial antara lain: dengan mengurangi kepadatan udang di tambak dapat menjaga kondisi kualitas air dengan limbah juga berkurang sehingga mengurangi risiko udang stres, sehingga meningkatkan produktivitas dikarenakan nantinya akan mendapatkan size udang yang besar dan tentunya udang size besar memberikan harga yang lebih baik sehingga meningkatkan keuntungan.

Sementara itu, di tempat yang sama, Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Rahmat Rayeuk, Zakaria Husen menyampaikan rasa syukurnya atas hasil panen parsial perdana ini. Dirinya mewakili atas nama kelompok, mengucapkan Alhamdullillah, senang dan puas atas hasil yang telah dicapai sejauh ini. Harapannya, hasil panen bisa lebih meningkatkan lagi. Tentunya dibawah bimbingan dari BPBAP Ujung Batee.

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…