Seiring Perubahan Paradigma, Intoleransi di Indonesia Semakin Nampak

NERACA

Kuningan - Sejak dulu, toleransi terhadap keberagaman di Indonesia cukup tinggi. Akan tetapi seiring perubahan paradigma, intoleransi pun mulai terlihat dan dikhawatirkan akan semakin meruncing

"Prinsip kebebasan itu, kenapa kita harus bebas karena kebebasan itu fundamenal dalam kehidupan kita, dan tiap individu bebas selama tidak menganggu hak orang lain. Ada kebebasan positif (positif liberty), ada kebebasan negatif (negative liberty),” papar Saidiman Ahmad, Peneliti Saiful Murjani Research and Consoulting (SMRC), dan juga Co-founder Sejuk, dihadapan peserta Training & Story Grant Jurnalisme Keberagaman, di Metland Hotel Cirebon, dari Jumat hingga Minggu (22 – 24/1).

Menurutnya kebabasan positif itu kebebasan untuk memilih dan menjalankan agama yang dipilihnya, dan kemampuan untuk melakukan apa yang diinginkannya.

Sedangkan kebebasan negative, yaitu kebebasan untuk tidak diinversi dalam praktik keagamaan yang dipilihnya serta kebebasan untuk menjalankan agama yang dipilihnya.

Tidak sekedar pemaparan tentang prinsip-prinsip kebebasan, sebanyak 20 jurnalis dari berbagai daerah, seperti dari Jakarta, Bandung, Garut, Cirebon, Indramayu, Kuningan dan Majalengka tersebut mendapat training tentang 'Persoalan Kebebasan Pers antara hak berkeyakinan/beragama dan berekspresi' dari Daniel Awigra, Human Rights Working Group (HRWG).

Ada juga dari Dewi Candraningrum, aktifis perempuan memaparkan 'Paradigma Riset Feminis'. Serta pemaparan 'Dosa-Dosa Media dan Jurnalis' oleh Ahmad 'Alex' Junaidi.

"Pada kesempatan itu pula, Kami mengundang tokoh dari berbagai, seperti dari Ahmadiyah, Transpuan Srikandi Panyawangan dan Sunda Wiwitan. Mereka berdialog langsung dengan peserta," ujar Tantowi Anwari, Manajer Program Sejuk.

Melalui training dan story grant, peserta diharapkan lebih memahami tentang arti keberagaman. Lebih memahami tentang bagaimana seharusnya menyuarakan keberagaman, jangan sampai ada diskriminasi. Apalagi Indonesia dengan kemajemukannya, sehingga jangan sampai terjadi intoleransi yang berdampak pada perpecahan bangsa. 

Sementara itu, di Indonesia akhir-akhir ini sering muncul intoleransi di berbagai daerah. Kaum minoritas kurang bebas dalam mengekspresikan keinginan positif nya. Sementara kaum mayoritas semakin merasa paling kuat dan kurang menghormati Hak Asasi Manusia.

Perlu ada kolerasi antara pemerintah, masyarakat termasuk media dalam menyuarakan hak sipil warga negara Indonesia. Karena bagaimanapun, keberagaman adalah salah satu nilai Indonesia yang patut dihormati, dijaga dan ditoleransi. Nung

 

 

BERITA TERKAIT

PDIP Dinilai Belum 100% Dukung Gugatan Sengketa Pilpres

  NERACA Jakarta-Proses sidang gugatan sengketa pemilu presiden (pilpres) 2024 yang diajukan kubu Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Mahkamah Konstitusi (MK),…

Komisi VI: Persiapan Pertamina Hadapi Lebaran 2024 Lebih Baik

  NERACA Jakarta-Komisi VI DPR RI kompak mengapresiasi kerja keras Pertamina dalam menyiapkan pasokan dan distribusi bahan bakar minyak (BBM)…

Tingkatkan Kualitas Produk, SesKemenKopUKM Dorong Koperasi Masuk PMO Kopi Nusantara

NERACA Subang - Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM (SesKemenKopUKM) Arif Rahman Hakim mendorong koperasi-koperasi produsen kopi masuk ke dalam program…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

PDIP Dinilai Belum 100% Dukung Gugatan Sengketa Pilpres

  NERACA Jakarta-Proses sidang gugatan sengketa pemilu presiden (pilpres) 2024 yang diajukan kubu Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Mahkamah Konstitusi (MK),…

Komisi VI: Persiapan Pertamina Hadapi Lebaran 2024 Lebih Baik

  NERACA Jakarta-Komisi VI DPR RI kompak mengapresiasi kerja keras Pertamina dalam menyiapkan pasokan dan distribusi bahan bakar minyak (BBM)…

Tingkatkan Kualitas Produk, SesKemenKopUKM Dorong Koperasi Masuk PMO Kopi Nusantara

NERACA Subang - Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM (SesKemenKopUKM) Arif Rahman Hakim mendorong koperasi-koperasi produsen kopi masuk ke dalam program…