KKP Komit Kembangkan Budidaya Lobster Dalam Negeri

NERACA

Buleleng - Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengembangkan budidaya lobster dalam negeri untuk mendukung kesejahteraan nelayan, pembudiya dan menjaga keberlanjutan biota laut tersebut. Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono bersama jajarannya akan all-out untuk merealisasikan hal tersebut.

 “Pesan saya jelas bahwa budidaya akan kita kembangkan terus dan menjadi tanggung jawab Ditjen Perikanan Budidaya, khususnya untuk lobster saya akan all-out bahwa ini harus dikembangkan di dalam negeri,” ungkap Trenggono usai meninjau lokasi budidaya lobster di keramba jaring apung yang dikelola PT. Lautan Berkah Perkasa (LBP) di Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.

Lebih lanjut, Trenggono menjelaskan, lobster yang dipanen di keramba jaring apung Sumberkima jumlahnya mencapai 300 kilogram dengan size 200-300 gram per ekor. Hasil panen lobster jenis pasir serta mutiara ini akan langsung diekspor ke China dan merupakan ekspor perdana lobster hasil budidaya dengan sistem kandang tenggelam (Submerged cages).

Panen parsial kali ini merupakan kedua kalinya sejak budidaya dilakukan setahun lalu. Panen sebelumnya Desember 2020 dengan hasil 200 kilogram.

“Ini satu bukti menurut saya. Tadi saya sudah pegang ada yang beratnya satu kilogram lebih dan itu waktu budidayanya satu tahun. Ada juga yang empat bulan bisa panen dan menghasilkan,” jelas Trenggono.

Trenggono berharap keberhasilan budidaya lobster di Desa Sumberkima menurutnya harus diikuti di daerah lain. Sebab Indonesia memiliki banyak benih yang merupakan modal utama untuk mengembangkan budidaya.

Sehingga dalam hal ini, semua pihak bersinergi mengembangkan budidaya lobster ini. Karena selain manfaat ekonomi dan keberlanjutan yang diperoleh, budidaya lobster dalam negeri akan menekan angka penyelundupan benur yang masih terjadi sampai sekarang.

“Semua pihak harus bisa mendukung supaya jangan ada lagi penyelundupan BBL, semua harus bisa dibudidayakan di dalam negeri,” ucap Trenggono.

Selain meninjau proses panen dan berbincang dengan pelaku budidaya, Trenggono juga melepas-liarkan dua persen lobster hasil panen ke laut di sekitar perairan Desa Sumber Kima sebagai upaya menjaga keberlanjutan.

“Keseimbangan alam juga dijaga dengan melakukan restocking atau pelepasliaran ini,” terang Trenggono.

Bahkan, sebelumnya KKP juga melepasliarkan 401.408 ekor benih bening lobster atau benur  di Pantai Marapalam, Sungai Pinang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Pemilihan lokasi telah mempertimbangkan kondisi terumbu karang Sungai Pinang yang baik. Pada lokasi yang dimaksud juga ditemukan individu lobster sehingga dinilai sesuai untuk habitat tumbuh kembang.

Pelepasliaran benur yang dilakukan pada Rabu 20 Januari 2021, terdiri dari 393.570 ekor benih lobster jenis pasir dan 7.838 ekor benih lobster jenis Mutiara. Benur tersebut dikemas dalam 2.016 kantong plastik beroksigen dan dibagi kedalam 78 box styrofoam.

Adapun pelepasliaran benih lobster ini sesuai dengan aturan yang berlaku yakni Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 12/PERMEN-KP/2020.

Sementara itu, Direktur PT Lautan Berkah Perkasa Dwi Hariyanto menjelaskan, ada dua jenis lobster yang dibudidayakan di keramba jaring apung yang dikelolanya, yakni pasir dan mutiara. Dia menargetkan 100 petak kerambanya mampu memproduksi 24 ton lobster per tahun.

"Budidaya di sini memakai sistem budidaya seperti di Vietnam. Di mana bibit ditaruh di kandang, lalu dimasukkan ke laut di kedalaman 5 meter. Di kedalaman tersebut suhu dan salinitas terjaga dan lobster terlindungi dari sinar matahari langsung," urai Dwi.

Dari aktivitas budidaya lobster ini, terserap 10 orang tenaga kerja lokal. Sementara nelayan penyuplai benih jumlahnya lebih dari 100 orang, dari Banyuwangi, Jembrana dan Tabanan. Menurut Dwi, tenaga kerja yang dibutuhkan kemungkinan besar bertambah seiring keseriusan pihaknya mengembangkan budidaya lobster ini.

Sedangkan, Ketua Gabungan Pengusaha Lobster Indonesia, Gunawan mengungkapkan, bahwa Indonesia memiliki semua potensi untuk menjadi negara pengekspor lobster terbesar di dunia.

"Kami akan jadikan Sumberkima sebagai Lobster Estate pertama di Indonesia dan berikutnya akan kami kembangan sampai ke suluruh pelosok nusantara. GPLI menargetkan ekspor lobster hasil budidaya sebesar 30 ribu ton per tahun, yang akan kami capai dalam waktu 10 tahun. Sehingga kedepannya semakin banyak benih yang terserap untuk dibudidayakan di dalam negeri," pungkas Gunawan.

 

BERITA TERKAIT

Kunci Cermat Bermedia Sosial - Pahami dan Tingkatkan Kompetensi Platform Digital

Kecermatan dalam bermedia sosial sangat ditentukan oleh pemahaman dan kompetensi pengguna terkait platform digital. Kompetensi tersebut meliputi pemahaman terhadap perangkat…

IKM Tenun Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Dalam menjaga warisan budaya nusantara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong pengembangan sektor industri kerajinan dan wastra…

PLTP Kamojang Jadi Salah Satu Rujukan Perumusan INET-ZERO

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah menyusun Dokumen…

BERITA LAINNYA DI Industri

Kunci Cermat Bermedia Sosial - Pahami dan Tingkatkan Kompetensi Platform Digital

Kecermatan dalam bermedia sosial sangat ditentukan oleh pemahaman dan kompetensi pengguna terkait platform digital. Kompetensi tersebut meliputi pemahaman terhadap perangkat…

IKM Tenun Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Dalam menjaga warisan budaya nusantara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong pengembangan sektor industri kerajinan dan wastra…

PLTP Kamojang Jadi Salah Satu Rujukan Perumusan INET-ZERO

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah menyusun Dokumen…