Danai Pelunasan Utang - Smartfren Right Issue 7 Miliar Saham

NERACA

Jakarta- Perkuat modal guna mendanai ekspansi bisnis dan pembayaran utang, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) akan melakukan Penawaran Umum Terbatas IV (PUB IV), melalui Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau right issue sebanyak-banyaknya 7 miliar saham seri C bernominal Rp100 per lembar. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Bersamaan dengan aksi itu, perseroan juga menerbitkan waran sebanyak-banyaknya 91,999 miliar atau setara 34,9% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Selanjutnya, waran tersebut dapat ditebus menjadi saham perseroan dengan harga pelaksanaan, setelah enam bulan sejak diterbitkan. Rencananya, pelaksanaan aksi korporasi itu berlangsung dalam rentang 12 bulan sejak persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan tanggal 2 Maret 2021 dan pernyataan efektif OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

Nantinya, perseroan akan menggunakan dana hasil right issue dan pelaksanaan waran untuk pembayaran utang perseroan dan anak usaha serta modal kerja. Namun, bagi pemegang saham perseroan yang tidak melaksanakan HMETD-nya dan menebus waran akan terdilusi porsi kepemilikan sebesar-besarnya 37,6%.

Sebagai informasi, tahun ini perseroan menargetkan 40 juta pelanggan atau naik 33% dibandingkan dengan realisasi di 2020. Tercatat jumlah pelanggan FREN di 2020 mencapai hampir 30 juta. Kemudian, di tahun ini perseroan membidik tambahan 10 juta pelanggan baru atau naik sekitar 33%.

Deputi CEO Smartfren, Djoko Tata Ibrahimn seperti dikutip bisnis pernah bilang, jumlah pelanggan FREN meningkat 6,5 juta dibandingkan dengan jumlah pelanggan di 2019 sebanyak 23,5 juta. Kami akan memperkuat jaringan, promosi, terobosan sehingga kami yakin bisa mencapai harapan tersebut,” jelas Djoko.

Untuk mengejar target tersebut, FREN memiliki beberapa strategi, salah satunya adalah mengerahkan seluruh lini untuk fokus pada pertumbuhan pelanggan. Sementara analis Nomura Heng Siong Kong dalam risetnya memperkirakan, prospek subsektor operator telekomunikasi dan menara telekomunikasi akan positif pada tahun 2021. Meksipun begitu, operator telekomunikasi diprediksi bakal lebih unggul dibanding menara.

Ada dua katalis yang menjadi pendorongnya. Pertama, adanya tambahan tiga blok spektrum 10MHz pada pita 2300MHz yang akan dilelang pemerintah. Kedua, implementasi Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang bakal membuka kesempatan operator telekomunikasi untuk dapat berbagi infrastruktur.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…