PP Presisi Bidik Kontrak Baru Rp 3,6 Triliun

NERACA

Jakarta –PT PP Presisi Tbk (PPRE) yang merupakan anak usaha dari PTPP menargetkan kontrak baru tahun ini sebesar Rp 3,6 triliun atau tumbuh dibandingkan target tahun 2020 sebesar Rp 2,2 triliun. Peningkatan kontrak baru akan diupayakan dengan perluasan pasar dan peningkatan sinergi dengan induk usahanya, yaitu PT PP Tbk (PTPP).

Kata Sekretaris Perusahaan PP Presisi, Adelia Auliyanti seperti dikutip investor daily di Jakarta, kemarin, guna mencapai target tersebut, perseroan berkomitmen memperluas pasar eksternal, baik swasta maupun pemerintah di luar grup, seperti pengembangan sektor jasa pertambangan. “Jasa pertambangan merupakan bagian strategi perseroan untuk menambah recurring income. Perseroan akan memanfaatkan alat-alat berat miliknya. Langkah itu juga bagian dari pengelolaan risiko,”ujarnya.

Sedangkan lini bisnis utama, dia mengatakan, perseroan menciptakan klasterisasi untuk mengoptimalkan resource dan aset operasional. Klasterisasi dilakukan sesuai dengan kapabilitas perseroan yang terdiri atas civil work & structure work, serta non konstruksi seperti production plant, rental alat berat & jasa pertambangan. “Selain itu, kami akan meningkatkan sinergi dan kolaborasi dengan induk usaha dengan tujuan meningkatkan feeding serta pengelolaan sumberdaya secara optimal dan efisien,”katanya.

Adelia menambahkan, pembangunan infrastruktur diperkirakan lebih semarak tahun ini, seiring dengan dukungan pemerintah melalui UU Cipta Kerja & pembentukan sovereign wealth fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) bernama Indonesia Investment Authority (INA) untuk membiayai pembangunan infrastruktur. “SWF dapat memicu bangkitnya sektor properti dan mendorong pertumbuhan pendapatan perusahaan pada sektor konstruksi bangunan Gedung structure work, formwork, foundation. Otomatis meningkatkan potensi raihan kontrak baru,” ujarnya.

Peningkatan kontrak baru tersebut mendorong perseroan untuk menargetkan peningkatan pendapatan menjadi Rp 3 triliun dengan EBITDA berkisar Rp 900-970 miliar tahun ini. Sedangkan laba bersih diharapkan mencapai Rp 60 miliar. Adelia menambahkan, bisnis konstruksi masih menjadi penyumbang utama pendapatan dengan target kontribusi 80% dan sisanya berasal dari sektor jasa pertambangan nikel ini dengan target kontribusi pendapatan sebesar 10-15%. Tahun ini, dia menjelaskan, perseroan menganggarkan belanja modal sebanyak Rp 336 miliar. Sebagian besar dana akan digunakan untuk pembelian alat berat dengan tujuan peremajaan untuk mendukung pertumbuhan bisnis.

BERITA TERKAIT

Peduli Bumi, Acer Indonesia Tanam 1.500 Mangrove

Dalam rangka merayakan hari jadi perjalanan 25 tahun Acer di Indonesia dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan pada…

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Peduli Bumi, Acer Indonesia Tanam 1.500 Mangrove

Dalam rangka merayakan hari jadi perjalanan 25 tahun Acer di Indonesia dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan pada…

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…