BEI Targetkan 30 Perusahaan IPO di 2021

NERACA

Jakarta – Berhasil mencatatkan jumlah penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) tertinggi di Asia Tenggara menjadi prestasi bagi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di tengah pandemi Covid-19. Tingginya minat perusahaan untuk IPO menjadi optimisme pasar modal bahwa di tahun depan prospek IPO masih tinggi. Oleh karena itu, direktur utama BEI, Inarno Djajadi mengatakan, pihaknya menargetkan tahun depan ada 30 perusahaan yang akan IPO. Target tersebut cukup konservatif mengingat ada pandemi Covid-19. “Dari 30 perusahaan itu, kami harapkan ada nilai proceed yang cukup besar,” ujarnya di Jakarta, kemarin.

Sementara itu, hingga 30 November 2020, BEI mencatat sudah ada 708 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa. Pada periode 2011 hingga 2020, jumlah perusahaan yang melakukan IPO di bursa tertinggi pada 2018, yakni sebanyak 57 perusahaan dengan nilai perolehan dana Rp 15,7 triliun. Sementara hingga November 2020 dengan 46 perusahaan melakukan IPO, Indonesia menjadi Negara dengan jumlah IPO ter tinggi di kawasan Asia Tenggara.

Inarno mengatakan, di Malaysia dan Thailand masing-masing hanya 14 perusahaan yang melakukan IPO. Sementara Singapura dan Filipina mencatatkan jumlah IPO masing-masing sebanyak 5 dan 2 perusahaan. Kendati jumlah perusahaan yang IPO cukup besar, namun nilai emisi dari IPO di Indonesia masih relatif kecil. Disampaikannya, dengan 46 perusahaan yang IPO tersebut, emisinya senilai US$ 360 juta atau sekitar Rp 5,22 triliun. Sementara Malaysia, yang hanya 14 perusahaan yang IPO, bisa mencatatkan nilai emisi sebesar US$ 480 juta. Bahkan, Thailand bisa mencatatkan nilai emisi IPO sebesar US$ 4,19 miliar dari 14 perusahaan yang IPO.

Inarno menjelaskan lebih lanjut, nilai emisi IPO saham sebesar Rp 5,22 triliun itu lebih kecil dari kontribusi emisi surat utang. Emisi obligasi dan sukuk mencapai Rp 74,89 triliun. “Total nilai semua penawaran umum hingga 30 November 2020 sudah mencapai Rp 108,71 triliun. Selain dari IPO, nilai penawaran umum juga berasal dari rights issue dan waran sebesar Rp 28,1 triliun, serta penawaran umum lain dari emisi obligasi dan sukuk sebesar Rp 74,89 triliun. Selanjutnya, dari efek beragun aset (EBA) sebesar Rp 451,25 miliar dan exchange traded fund (ETF) sebesar Rp 53,41 miliar,” paparnya.

Asal tahu saja, BEI memperkirakan 10 perusahaan akan melakukan IPO saham pada Desember, sehingga total ada 56 emiten baru hingga akhir tahun ini. Jumlah tersebut bertambah dibandingkan tahun lalu 55 emiten baru. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, sampai 30 November 2020, sudah 46 perusahaanyang melakukan IPO dengan nilai emisi Rp 5,22 triliun. Selain itu, masih ada 20 perusahaan dalam pipeline, yang akan mencatatkan sahamnya di bursa hingga tahun depan.

 

 

BERITA TERKAIT

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…