Generasi Muda Bangun Benteng Ideologi Bangsa

NERACA

Jakarta - Ketua MPR, Bambang Soesatyo, mengajak generasi muda untuk membangun benteng ideologi bangsa untuk menghadapi kondisi yang berkembang saat ini.

 

Dalam menghadapi kondisi yang berkembang saat ini, kata dia, di Jakarta, Rabu (25/11), kesadaran atas keberagaman yang kita miliki akan menjadi kekuatan besar apabila didukung SDM Indonesia yang berkualitas.

 

Kekuatan itu ditambah jika sumber daya manusianya juga berdaya saing untuk memperoleh manfaat positif dari globalisasi.

 

"Saya mengajak generasi muda bangsa, khususnya para kader PMKRI, untuk menjawab berbagai tantangan dan ancaman kebangsaan tersebut dengan membangun benteng ideologi bangsa," kata dia, dalam Rakornas Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia.

 

Ia melanjutkan, kader-kader PMKRI adalah duta bangsa yang sangat potensial untuk menyebarluaskan narasi-narasi kebangsaan. "Membangun semangat nasionalisme, dan membangun pribadi-pribadi yang berkarakter Pancasila," ucap dia.

Ia menerangkan soal pentingnya merawat kebangsaan atau membangun benteng ideologi bangsa salah satunya agar rakyat tidak termakan hoaks yang memecah belah.

 

Menurut dia, lahirnya konflik sosial atau konflik horizontal di masyarakat lebih sering terjadi karena dipicu kesalahpahaman.

 

Misalnya pada Januari 2018, sekelompok orang dari suatu organisasi masyarakat keagamaan melakukan penyerangan dan pembakaran markas ormas lain di Bogor, karena dipicu kabar bohong (hoaks) di media sosial tentang penusukan salah satu anggota ormas keagamaan itu.

 

"Pada September 2019, munculnya hoaks tentang isu seorang guru mengeluarkan kata rasis di Wamena, telah memprovokasi para pelajar dan masyarakat melakukan unjuk rasa dan pembakaran beberapa kantor pemerintah, ruko-ruko milik masyarakat dan beberapa kendaraan bermotor," katanya.

 

Contoh lain yang sering kita dengar atau saksikan, kata dia, adalah pada saat penyelenggaraan Pemilu atau Pilkada dimana kontestasi politik telah bergeser menjadi konflik antar pendukung calon.

 

Ia menjelaskan dalam kasus Pilkada misalnya, kabar hoaks cenderung dibuat untuk mendelegitimasikan lawan politik, yang secara alamiah akan memicu lahirnya berita-berita hoaks tandingan dari lawan politik.

 

Ketika titik kulminasi telah mencapai klimaksnya, masyarakat khususnya pendukung masing-masing kubu yang telah terpolarisasi pada dua kutub berseberangan akan sangat mudah terjebak pada pecahnya konflik sosial.

 

"Di era kemajuan teknologi informasi yang berkembang dengan sedemikian pesat, arus informasi begitu deras menjejali ruang publik melalui berbagai pijakan digital. Dalam konteks ini, masyarakat perlu memahami mengenai berbagai jenis informasi yang tidak benar, agar lebih bijaksana dalam menyikapi," kata dia. Ant

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

RI Bisa Jadi Penengah Konflik Iran-Israel

NERACA Yogyakarta - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin memandang Indonesia berpeluang menjadi mediator atau…

Ruang Siber Telah Menjadi Medan Perang Modern

NERACA Semarang - Pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha mengatakan bahwa ruang siber telah menjadi medan perang modern yang memperlihatkan…

Reformasi Birokrasi Dorong Pembangunan Daerah

NERACA Kediri - Penjabat Wali Kota Kediri Zanariah mengungkapkan bahwa terciptanya reformasi birokrasi yang baik dapat mendorong keberhasilan pembangunan daerah.…

BERITA LAINNYA DI

RI Bisa Jadi Penengah Konflik Iran-Israel

NERACA Yogyakarta - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin memandang Indonesia berpeluang menjadi mediator atau…

Ruang Siber Telah Menjadi Medan Perang Modern

NERACA Semarang - Pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha mengatakan bahwa ruang siber telah menjadi medan perang modern yang memperlihatkan…

Reformasi Birokrasi Dorong Pembangunan Daerah

NERACA Kediri - Penjabat Wali Kota Kediri Zanariah mengungkapkan bahwa terciptanya reformasi birokrasi yang baik dapat mendorong keberhasilan pembangunan daerah.…