Punya Potensi Pasar Dikembangkan - YDBA Beri Pembinaan Pande Besi dan Bengkel di Banyumas

Dukung pengembangan bisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) bantu program pembinaan untuk industri pande besi dan bengkel roda 4 di Banyumas. Komitmen YDBA bantu pembinaan UMKM ditandai dengan penandatangan kesepakatan bersama dengan Kepala Desa Pasir Wetan Kabupaten Banyumas Hj Endriyani dan dua UMKM Pilot Binaan YDBA, Sutanto dan Fajar Tri Anggoro.

Ketua Pengurus YDBA, Sigit P. Kumala dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin mengatakan, untuk mendukung program pembinaan tersebut, YDBA juga turut meresmikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) sebagai cabang YDBA di Banyumas.” LPB ini merupakan LPB aktif ke-14 yang didirikan YDBA. Sebelumnya YDBA telah mendirikan 13 LPB Mataram, Waru Sidoarjo,Yogyakarta, Klaten,Solo, Tegal, Tarikolot Citeureup Bogor, Sangatta, Bontang, Paser, Tapindan Tabalong,”ujarnya.

Disampaikannya, industri pande besi dan bengkel roda 4 di Banyumas merupakan industri yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hal tersebut didukung dengan adanya komitmen dan konsistensi para UMKM dalam mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan oleh YDBA. Dimana komitmen dan konsistensi tersebut tentu menjadi modal awal YDBA dalam melakukan pembinaan secara konsisten untuk menjadikan UMKM tersebut mandiri dan naik kelas.

Asal tahu saja sejak 10 Maret 2020, YDBA telah melakukan sosialisasi program pembinaan kepada UMKM di Banyumas. Sebanyak 17 UMKM pande besi dan 25 UMKM bengkel roda 4 berkomitmen mengikuti program pembinaan YDBA. Berbagai program pun telah YDBA selenggarkan untuk UMKM tersebut, antara lain pelatihan mentalitas dasar, pelatihan dan pendampingan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).

Kata Sigit, dengan diselenggarakannya penandatanganan kesepakatan bersama antara YDBA dan UMKM didukung dengan diresmikannya LPB YDBA di Banyumas, para UMKM dapat mengoptimalkan program tersebut guna mendukung UMKM menjadi mandiri dan naik. Sebagai informasi, keberadaan pandai besi (perajin logam besi ) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah memenuhi tantangan, mulai minim regenerasi dan juga tergusur  banyaknya produk impor dari China yang membanjiri pasaran. "Masyarakat sekarang lebih memilih pisau stainless atau tahan karat buatan China daripada yang murni logam buatan perajin lokal," kata Hadi Mohammad (62), seorang perajin besi di Desa Pasir Wetan, Kecamatan Karanglewas, Banyumas.

Desanya yang puluhan tahun lalu dikenal sebagai kampung pandai besi karena jumlah perajinnya mencapai 500-an orang, kini hanya tersisa 110 perajin dan masing-masing mempekerjakan dua hingga empat karyawan. Menurut dia, saat ini pendapatan perajin mengalami penurunan meski dalam sehari mampu menghasilkan sekitar 15 kerajinan logam antara lain berupa cangkul, palu, sabit, dan pisau.

Selain tergusur produk China, kata dia, para pandai besi juga kesulitan dalam memperoleh arang untuk pembakaran. "Memang sih bahan baku besi masih mudah kita peroleh dengan harga Rp 8.000 perkilogram namun untuk arang, kita sering kali sulit memperolehnya," katanya.

Menurut dia, setiap perajin rata-rata membutuhkan dua karung arang perhari dengan harga Rp20 ribu perkarung. Meski demikian, para pandai besi di desanya tetap setia menekuni profesi tersebut karena sulit untuk mencari sumber pendapatan yang baru. Masalah lainnya, regenerasi pandai besi juga minim. Padahal produk pandai besi seperti cangkul, arit, bendo dan lainnya tidak pernah surut.

Seorang pandai besi, Nasirun mengatakan, dirinya sering kewalahan dalam menerima pesanan. Pemasaran produknya hingga ke luar wilayah pulau Jawa. Sedangkan maksimal dalam satu hari hanya dapat menghasilkan antara delapan atau sembilan produk. “Generasi penerus kurang,” kata Nasirun.

Pandai besi lainnya, Sunardi mengungkapkan, satu dari dua orang karyawannya sudah lanjut usia. Meski demikian, tetap dipertahankan karena sulit mencari tenaga kerja. Keberadaan pandai besi merupakan pekerjaan turun temurun. Orang tua Sunardi mewariskan kepiawaiannya menggubah besi menjadi cangkul dan lainnya kepada dirinya. “Menjadi pandai besi sejak 1975. Tetap bertahan walaupun bahan baku mahal,” ujarnya.

Meski produk besi pabrikan asal Cina menggempur Indonesia, Nasirun dan Sunardi meyakini produknya tidak ditinggalkan konsumen. Sebab, hasil kerja keras menempa besi dapat dijamin kualitasnya.

BERITA TERKAIT

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…

Beri Makna di Ramadhan - BRI Danareksa Bagikan Ratusan Paket Sembako di 8 Kota

Berbagi di bulan suci Ramadhan kepada masyarakat sekitar kembali dilakukan BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan…

BERITA LAINNYA DI CSR

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…

Beri Makna di Ramadhan - BRI Danareksa Bagikan Ratusan Paket Sembako di 8 Kota

Berbagi di bulan suci Ramadhan kepada masyarakat sekitar kembali dilakukan BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan…