Sudah banyak yang memahami, kalau wisata di kebun binatang atau akuarium amat bertentangan dengan usaha menjaga kesejahteraan fauna. Namun belum banyak yang memahami, bahwa ada banyak tempat wisata dengan konsep ekowisata yang hanya berusaha mengeruk keuntungan tanpa memedulikan keberlangsungan hidup satwa. Pekan ini ramai diberitakan bahwa di salah satu area Taman Nasional Komodo sedang dilakukan pembangunan fasilitas wisata, yang mengakibatkan satu unit truk melintas di depan komodo. Begitu foto truk versus komodo tersebut viral, netizen jadi mempertanyakan bentuk tanggung jawab pengelola dan pemerintah Indonesia terhadap kelestarian alam. Mengutip Lonely Planet, Ben Pearson dari World Animal Protection, operator wisata yang baik ialah yang menawarkan kegiatan wisata pengamatan alam liar langsung di habitatnya, sehingga tak ada fauna yang dikurung atau dilatih untuk jinak. Turis juga dilarang berinteraksi terlalu dekat dengan satwa, sehingga mereka bisa memperlihatkan karakternya secara alami. Berikut tujuh hal yang perlu diketahui turis soal wisata di alam liar: 1. Jaga jarak Bisa berada dekat hewan liar tentu saja menjadi keinginan sebagian besar turis. Perasaan seperti itu disebut hipotesis biofilia, yang berarti manusia memiliki kecenderungan bawaan untuk mencari hubungan dengan alam. Tapi menjauhkan manusia dari flora atau fauna di alam liar sebenarnya menjadi hal terbaik yang bisa dilakukan untuk kelestariannya. "Jika tempat pariwisata menawarkan kesempatan untuk menunggangi, menyentuh, atau berswafoto dengan hewan liar, kemungkinan besar hewan tersebut diperlakukan dengan kejam," kata Pearson. Pertunjukan hewan, menunggang gajah, berenang lumba-lumba di penangkaran, dan berinteraksi dengan kucing besar adalah contoh pengalaman wisata yang diklaim oleh pakar kesejahteraan hewan membahayakan kesejahteraan hewan, tetapi banyak juga interaksi lain yang tampaknya tidak berbahaya namun tetap dapat memiliki dampak buruk yang sama. "Bahkan hewan yang lebih kecil tidak dapat bertahan dengan baik jika ditangani oleh manusia," kata Pearson, menambahkan bahwa kungkang yang digunakan dalam industri pariwisata biasanya mati dalam waktu enam bulan setelah ditangkap. Sebagai alternatif, turis bisa melakukan wisata pengamatan hewan liar di habitat aslinya dengan pendakian atau naik jip yang dipimpin oleh pemandu berpengalaman. 2. Wisata di habitat asli Objek wisata alam memberikan kesempatan berharga untuk melihat dan mempelajari fauna yang sulit dilihat di alam liar. Ada gunanya melakukan penelitian untuk memastikan objek wisata yang akan dikunjungi beroperasi tanpa merusak alam sekitarnya. "Lihat di mana dan bagaimana hewan-hewan ditempatkan di sana," kata Pearson. Objek wisata alam yang benar-benar peduli dengan kelestarian alam biasanya tak membiarkan pengunjung melakukan kontak langsung dengan flora atau faunanya
NERACA Jakarta - Vila mewah Xerana Resort siap untuk dibangun di kawasan Pantai Pengantap, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dengan luas…
NERACA Jakarta – Caffè Vergnano 1882, salah satu merek kopi paling bergengsi dari Italia, resmi membuka outlet pertamanya di Indonesia, menandai…
NERACA Jakarta - Selebriti Mikha Tambayong didaulat menjadi duta pariwisata Taiwan pertama di Indonesia. Dihadapan para awak media Mikha menceritakan…
NERACA Jakarta - Vila mewah Xerana Resort siap untuk dibangun di kawasan Pantai Pengantap, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dengan luas…
NERACA Jakarta – Caffè Vergnano 1882, salah satu merek kopi paling bergengsi dari Italia, resmi membuka outlet pertamanya di Indonesia, menandai…
NERACA Jakarta - Selebriti Mikha Tambayong didaulat menjadi duta pariwisata Taiwan pertama di Indonesia. Dihadapan para awak media Mikha menceritakan…