BBM RON Rendah Sebabkan Ketidakadilan Sosiologis

Jakarta-Masyarakat harus menanggung beban dari dampak buruk penggunaan bahan bakar minyak (BBM) RON rendah. Tidak hanya dampak lingkungan, tetapi juga kesehatan dan ekonomi. Untuk itu, jalan terbaik adalah dengan komitmen bersama antara Pemerintah dan masyarakat, untuk beralih kepada BBM RON tinggi yang lebih ramah lingkungan. Demikian disampaikan Direktur Keadilan Perkotaan, Institut Hijau Indonesia, Selamet Daroyni. “Ini ketidakadilan sosiologis. Masyarakat yang menerima beban dan dampak penggunaan BBM RON rendah,” ujarnya di Jakarta, Senin (26/10).

Selamet menjelaskan, ketidakadilan sosiologis baru dirasakan jangka panjang. Dan yang sangat terdampak memang masyarakat sendiri. “Jika mengabaikan lingkungan, yang antara lain tetap memakai BBM RON rendah, sama saja dengan bencana. Masyarakat yang menerima beban,” kata aktivis lingkungan ini.

BBM RON rendah, lanjut Selamet, memang memiliki dampak sangat negatif. Paling dirasakan adalah buruknya kualitas udara, yang berdampak pula terhadap kesehatan masyarakat. “Dan jika berlanjut, ke depan, dampak buruk tersebut akan terakumulasi. Di Jakarta misalnya, 5-10 tahun ke depan sangat mengkhawatirkan. Apalagi dengan jumlah kendaraan bermotor yang hampir sama dengan jumlah penduduknya,” urainya.

Lebih lanjut, menurut Selamet, BBM RON rendah juga berkontribusi terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Meski kontribusi energi tersebut masih di bawah sektor kehutanan, namun tetap harus menjadi perhatian. Secara global, dampak perubahan iklim sudah sangat kelihatan. Mulai naiknya permukaan air laut, perubahan musim yang tidak bisa diprediksi, banjir, longsor, dan sebagainya. “Saat ini sudah terjadi krisis iklim. Kalau kita semua tidak aware dengan kondisi seperti ini, tentu ke depan akan semakin masif. Semua pihak harus berkontribusi, antara lain dengan meninggalkan BBM RON rendah,” kata dia.

Terkait berbagai kondisi itulah, menurut dia, peningkatan kualitas BBM menjadi kebutuhan mendesak dan krusial. Karena dengan menggunakan BBM dengan angka oktan tinggi akan memastikan lingkungan yang lebih sehat, termasuk udara yang lebih bersih. “Dan kalau udara sudah sehat, tentu manusianya juga menjadi lebih sehat,” ujarnya.

Karena persoalan kualitas BBM sudah menjadi tanggung jawab bersama, Selamet juga menekankan pentingnya komitmen bersama antara Pemerintah dan masyarakat. Agar tercipta keadilan sosiologis, misalnya, Pemerintah perlu memberikan semacam insentif bagi orang-orang yang melakukan hal positif terkait gerakan lingkungan dan pengendalian perubahan iklim, termasuk melalui gerakan penggunaan BBM RON tinggi. Selain itu, lanjut Selamet, Pemerintah juga perlu memberikan dukungan, misalnya melalui kebijakan bahwa kendaraan harus lulus uji emisi. (*)

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…