Indonesia Tobacco Raup Laba Rp 13,55 Miliar

NERACA

Jakarta – PT Indonesia Tobacco Tbk (ITIC) berhasil membukukan kinerja keuangan yang positif di kuartal tiga 2020. Dimana emiten produsen tembakau ini membukukan laba bersih Rp 13,55 miliar atau melesat tajam 2.117,51% dibandingkan priode yang sama tahun lalu Rp 611,31 juta. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dirilis di Jakarta, kemarin.

Perseroan menjelaskan, kenaikan laba ini dikontribusikan oleh berbagai faktor seperti kenaikan pendapatan 48,87% secara tahunan menjadi Rp179,04 miliar, menurunnya beban keuangan, nihilnya rugi penjualan aset tetap, keuntungan dari selisih kurs dan kenaikan penghasilan lainnya. Adapun, segmen penjualan lokal masih menjadi penopang bisnis perseroan dan terpantau naik 50,25% menjadi Rp181,74 miliar sebelum dikurangi retur dan diskon.

Sementara penjualan ekspor mengalami penurunan 17,33% menjadi hanya Rp1,3 miliar belum dikurangi retur dan diskon hingga periode September 2020. Direktur Utama Indonesian Tobacco, Djonny Saksono seperti dikutip bisnis mengatakan, positifnya kinerja keuangan, selain dari berkurangnya beban bunga setelah mengajukan fasilitas refinancing dan nihilnya biaya setelah aksi korporasi IPO, perseroan akhirnya bisa menikmati kembali keuntungan yang pesat pada tahun ini. “Selain daripada hal tersebut, kita juga ada menaikkan harga jual, dan HPP (harga pokok penjualan) kita juga bisa kendalikan dengan baik sehingga profitabilitas meningkat,” tuturnya.

Di sisi lain perseroan juga mengakui sudah meningkatkan kapasitas produksi sejak awal semester kedua tercermin dari volume penjualan yang mencapai 2,18 juta kilogram hingga September, dari target 2,8 juta kilogram hingga akhir tahun ini. Kemudian soal penundaan pengumuman kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) oleh pemerintah akibat dari pandemi Covid-19 belum akan berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan perseroan ke depannya.“Kalau bagi kami hampir tidak ada pengaruhnya [penundaan kenaikan CHT]. Produk kami beda dengan rokok, konsumen kami pun beda atau niche market tersendiri, kami tidak bersaing head to head dengan pabrik rokok,”kata Djonny.

Tahun ini, perseroan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 100 miliar dan sudah terserap sekitar 55%. Belanja modal sendiri digunakan untuk pembelian bahan baku stok tembakau. Adapun, pada tahun ini, perseroan menargetkan penjualan sebanyak 2.800 ton dengan realisasi penjualan sebesar 1.256 ton hingga akhir semester satu tahun ini atau setara 44,86% dari target penjualan keseluruhan perseroan pada tahun ini.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…

Hasil Keputusan MK Hambat Penguatan IHSG

NERACA Jakarta -Hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan sengketa yang dilayangkan pasangan calon (paslon) capres dan cawapres No.1 dan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…

Hasil Keputusan MK Hambat Penguatan IHSG

NERACA Jakarta -Hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan sengketa yang dilayangkan pasangan calon (paslon) capres dan cawapres No.1 dan…