Membangun Optimisme Dengan Perkuat Investor Lokal

Sikap optimisme dan bukan overconfident harus selalu pegang para investor dalam mengambil suatu keputusan dengan tetap memperhitungkan risiko yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk mengindari mentalitas pesimis yang pada akhirnya menghambat untuk sukses berivestasi. Begitu juga dengan berinvestasi di pasar modal, karakteristik optimisme bahwa pasar akan segera bullish di tengah pandemi Covid-19 perlu dipegang. Pasalnya, industri pasar modal dalam perjalanannya telah membuktikan tahan banting dan mampu menjaga stabilitas dengan melawati kondisi krisis ekonomi yang melanda bangsa ini.

Bagaimanapun juga optimisme investor akan mampu mendorong geliat transaksi di pasar modal sehingga pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Hal inipun diakui Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), I Gede Nyoman Yetna, optimisme pelaku pasar terhadap ekonomi Indonesia masih besar sehingga membawa tren indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali menguat setelah sebelumnya terkoreksi akibat dampak pandemi Covid-19. ”Besarnya kepercayaan dan optimisme para pelaku pasar dan pengusaha di Indonesia akan cepatnya pemulihan perekomian menjadi katalis positif bagi pasar modal,”ungkapnya.

Direktur CSA Institute, Aria Santoso mengatakan, optimisme para investor akan adanya pemulihan bisnis di berbagai sektor membuat transaksi investasi di pasar modal semakin meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Namun, masih adanya bayang-bayang ketidakpastian perkembangan pandemi membuat transaksi yang terjadi sepanjang kuartal III/2020 belum lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dia memperkirakan, nilai transaksi akan kembali meningkat pada kuartal terakhir tahun ini, seiring dengan investor yang mulai kembali masuk ke aset berisiko setelah sepanjang tahun ini lebih memilih aset safe haven atau instrumen yang lebih konservatif. Berbekal optimisme investor saja tentu tidak cukup menjaga stabilitas pasar, makanya diperlukan kebijakan yang mampu menekan gejolak di pasar saat pandemi. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengatakan, pihaknya berkomitmen menjaga sentiment market positif khususnya di pasar modal untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Oleh karena itu, sederet kebijakan guna mencegah penurunan pasar saham dalam negeri telah dikeluarkan, seperti pelarangan transaksi short selling (jual kosong saham yang belum dimiliki), buyback (pembelian kembali) saham tanpa melalui RUPS, perubahan batasan auto rejection (asymmetric), peniadaan saham yang dapat diperdagangkan pada sesi pra pembukaan, trading halt atau penghentian sementara perdagangan untuk penurunan 5% indeks dan pemendekan jam perdagangan efek.

Selain itu, OJK juga memberikan stimulus perpanjangan batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan tahun 2019, laporan tahunan bagi emiten dan perusahaan publik, termasuk perusahaan tercatat, yaitu selama dua bulan dari batas waktu penyampaian. Kemudian, perpanjangan batas waktu penyampaian laporan keuangan interim I tahun 2020 bagi perusahaan tercatat selama dua bulan dari batas waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam peraturan BEI. Selanjutnya, perpanjangan batas waktu penyelenggaraan RUPS tahunan oleh emiten dan perusahaan publik selama dua bulan. OJK juga memberikan penyelenggaraan RUPS oleh perusahaan terbuka dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas electronic proxy pada sistem E-RUPS.

Maka dengan sederet kebijakan tersebut, pasar modal Indonesia mulai mendapatkan sentimen positif. Hal ini dibuktikan sejak IHSG mencapai level terendahnya pada 24 Maret 2020 di level 3.937, pada 3 Agustus IHSG sudah kembali ke level 5.006,2. Selain itu, dari sisi emiten baru hingga 10 Agustus 2020, sebanyak 35 perusahaan telah mencatatkan saham di BEI. Jumlah emiten baru tersebut merupakan yang tertinggi diantara bursa ASEAN lainnya, di mana bursa Malaysia hanya mencatat 11 emiten baru, diikuti Singapura 5 emiten, Thailand 4 emiten dan Filipina 1 emiten.

Sementara dari sisi aktivitas perdagangan di BEI, tercatat rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp7,67 triliun/hari sampai dengan periode Juli-2020, dengan total rata-rata frekuensi dan volume transaksi perdagangan masing-masing mencapai 537.000 kali dan 7,91 miliar lembar saham. Hal ini menjadikan rata-rata frekuensi perdagangan di BEI merupakan yang tertinggi di bursa efek kawasan ASEAN sejak 2018.

Presiden Joko Widodo pun memberikan apresiasi karena mampu menunjukkan daya tahan dan menjaga stabilitas di market di saat kondisi perekonomian dihadapkan dengan situasi ketidakpastian akibat pandemi. Hal ini sangat berasalan karena pasar modal begitu sensitif terhadap isu negatif dari dalam maupun luar negeri, sehingga Presiden juga sempat membayangkan industri pasar modal bakal terpuruk di tengah kondisi pandemi. Namun kekhawatiran tidak terjadi karena otoritas pasar modal sigap dan siapkan kebijakan untuk pastikan kegiatan pasar modal terjaga, bahkan bisa menorehkan kinerja baik.

 

Basis Investor Lokal

 

 

Ya, keberhasilan industri pasar modal dalam menjaga stabilitas di era kenormalan baru atau new normal tidak bisa lepas dari penguatan basis investor lokal. Menurut Direktur Mandiri Sekuritas. Theodora VN Manik, penguatan basis investor individu atau retail memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas dan mendorong perkembangan pasar modal Indonesia,”Investor retail terutama masa pendemi seperti sekarang ini, berperan penting dalam menopang pertumbuhan pasar modal Indonesia. Kemudahan akses, termasuk pengetahuan dan keterampilan berinvestasi, layanan digital, serta berinvestasi melalui perusahaan efek terpercaya turut mendorong kenaikan jumlah partisipasi investor retail di Indonesia," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Executive Chairman MNC Group, Hary Tanoesoedibjo, bila dibandingkan dengan investor asing, saat ini investor lokal jumlahnya sudah mendominasi pasar modal di Tanah Air. Hal itu baik karena investor lokal lebih menopang pertumbuhan pasar modal di Indonesia daripada investor asing yang bisa datang dan pergi.”Investor lokal sudah dominan sekitar 70%, ini sungguh luar biasa. Pasar modal harus ditopang investor lokal karena investor asing hanya sementara,” ungkapnya.

Maka tidak heran, begitu pentingnya peranan basis investor lokal mendorong BEI bersama lembaga SRO dan perusahaan manajer investasi lainnya terus melakukan edukasi dan sosialisasi pasar modal secara virtual dengan tetap mengikuti protokol kesehatan di saat pandemi. Alhasil, tren pertumbuhan investor meningkat. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat jumlah investor pasar modal hingga Juli 2020 mencapai tiga juta atau meningkat 22% dari periode yang sama tahun lalu atau year on year (YoY). Hebatnya lagi, pertumbuhan investor lebih didominasi dari milenial atau sebesar 65,8% berusia di bawah 30 tahun.

Keberadaan investor milenial penting menjaga stabilitas pasar di saat pandemi karena bisa menekan gejolak disaat investor asing keluar. Selain itu, new normal ini menjadi peluang besar bagi investor lokal untuk beraksi di pasar modal karena saat market koreksi seperti saat ini menjadi peluang untuk bisa mencari valuasi saham yang lebih rendah dibanding sebelum pandemi. Sehingga, saat kondisi sudah mulai normal kembali atau Covid-19 ini bisa teratasi tentu sektor usaha akan berjalan normal dan harga saham merangkak naik, disitulah investor lokal meraup cuan.

Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fauzi menuturkan, dibalik tren penurunan harga saham unggulan di bursa rupanya menarik minat dan dinilai sebagai peluang investasi dari para investor baru, disamping juga faktor sosialisasi dan edukasi yang selama ini dijalankan. Ekonom dari Universitas Perbanas, Piter Abdullah menilai jatuhnya harga saham selama wabah Covid-19 membuat pasar saham menjadi menarik dengan tawaran keuntungan jangka panjang yang cukup besar. Apalagi, kata Piter, saham bluechips sudah diskon hingga 50%, sehingga dinilai sebagai periode yang baik untuk membeli saham. Oleh karena itu, dirinya memprediksikan tren investor mulai masuk pasar modal bisa berlanjut sebelum harga saham sepenuhnya rebound. Untuk menghadapi situasi tersebut, Piter mengatakan sebaiknya investor untuk menjaga likuiditas dan jangan dihabiskan semuanya. "Koleksi saham bluechips yang sudah murah, tetapi tetap jaga likuiditas, sisakan dana untuk mengantisipasi kondisi memburuk, misal harga saham jatuh melebihi perkiraan," ujar Piter.

Maka sungguh beralasan program penguatan basis investor domestik yang dilakukan otoritas pasar modal dan otoritas bursa harus didukung. Memperkuat investor domestik pada dasarnya adalah memperkuat pasar modal domestik. Memperkuat pasar modal domestik setali tiga uang dengan memperkuat sendi-sendi perekonomian nasional.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…