Standarisasi Pasar Tani Mendorong Petani Naik Kelas

NERACA

Sleman - Pasar tani merupakan salah satu jalur pemasaran produk pertanian yang lebih ringkas. Apalagi di masa pandemi Covid-19, masih banyak petani yang belum mengetahui bagaimana cara memasarkan dengan efektif.

Selain sebagai ajang pemasaran, pasar tani juga diharapkan mampu mengatasi fluktuasi harga yang sering terjadi di tingkat petani. Keberadaannya terbukti turut menjaga keberlangsungan konsumsi pangan masyarakat khususnya yang berbasis hortikultura.

Mendukung hal tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura memberikan fasilitasi kepada pasar tani. Tujuannya adalah memberikan gairah para petani dalam kegiatan usahanya.

“Kami bantu para petani untuk memasarkan produknya dengan lebih ekonomis. Produk dapat mudah ditemukan di masyarakat dan masyarakat menggemari buah-buah lokal langsung dari petani,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto.

Lebih lanjut, menurut Prihasto,berbagai strategi diupayakan untuk mengembangkan pasar tani agar lebih dikenal masyarakat luas. Hal ini tidak lepas dari perhatian masyarakat luas agar membantu perekonomian para petani lokal.

“Kami terus mengidentifikasi sekaligus memberikan pembinaan sesuai dengan standar petani. Kami memberikan kategori seperti pasar tani pemula, menengah dan lanjut sesuai dengan manajemen pengelolaan kesanggupan mereka. Kami juga mengajak para petani agar bisa mandiri kemudian menyalurkan produknya kepada konsumen dengan menyerap permintaan konsumen,” tambah Kepala subdit Pemasaran dan Investasi Hortikultura, Andi Arnida Massusungan pada saat rapat virtual dengan pasar tani.

Wanita yang akrab dipanggil Unan ini menyebutkan saat ini terdapat 60 pasar tani tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Sebanyak 50 di antaranya mendapatkan bantuan fasilitasi berupa tenda, meja, toa, kursi, keranjang sayuran dan lain-lain yang dibutuhkan. Tak hanya bantuan fisik, dinas pertanian juga memberikan pembinaan terhadap pasar petani yang terdaftar tersebut. Mereka juga agar mengikuti standar yang berlaku dan akan dievaluasi setiap tahunnya.

Selain dalam bentuk gerai fisik, pasar tani juga berinovasi dalam bentuk platform online yang langsung menghubungkan antara penjual dengan konsumen.

Menanggapi hal tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura tengah menggodok standarisasi pasar tani secara berjenjang sebagai acuan berbisnis. Standarisasi dibuat untuk membantu para petani di daerah agar mudah untuk memasarkan hasil pertaniannya dan menjangkau pasar yang lebih luas. Di dalam aturan tersebut, pasar tani akan dibagi dalam tiga klaster yaitu pasar tani pemula, menengah dan lanjutan.

Pengklasifikasian klaster ini memudahkan dalam pemberian bantuan. Bantuan yang diberikan berdasarkan skala penjual dan kemampuan masing-masing pasar tani. Rencananya standarisasi ini akan mulai berjalan pada November 2020 dan berlaku di seluruh pasar tani yang ada.

“Jadi nanti bantuan dan pendampingannya disesuaikan. Pasar tani yang baru memulai usahanya akan berbeda kebutuhannya dengan yang sudah lama berjalan. Pasar tani yang di Jawa akan berbeda dengan yang di Papua. Ini akan terus kita evaluasi supaya bantuannya tepat sasaran,” papar Unan.

 

Pada klaster pemula, dinas melakukan pembinaan kepada petani yang berjualan tatap muka langsung dengan konsumen atau konvensional. Pada klaster menengah, hasil pertanian dijual secara konvensional ke pasar-pasar. Ada peningkatan jumlah petani dan petani tergabung dengan pasar tani dapat ikut berorganisasi. Sementara pada klaster lanjutan, hasil pertanian dijual dan dipasarkan secara online sehingga hasil pertanian dapat menjangkau berbagai kalangan masyarakat.

Mendengar rencana tersebut, Ketua Pasar Tani Kementerian Pertanian, Wihartati Dwiningsih mendukung upaya yang dilakukan Ditjen Hortikultura. Dirinya juga sangat berharap perhatian masyarakat luas membantu perekonomian para petani lokal.

“Saya mendukung penuh program pembinaan standarisasi pasar tani yang direncanakan oleh Kementerian Pertanian. Kami berharap ini akan semakin memajukan petani – petani lokal kita yang tersebar di seluruh penjuru tanah air,” jelas Wihartati.

Disisi lain, kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi bahwa sebagai salah satu upaya membuka akses pasar adalah menggandeng marketplace untuk meningkatkan penjualan produk petani dan UMKM serta memberi kemudahan konsumen dalam mengakses produk pangan lokal.

"Kita sediakan outlet pangan lokal di seluruh Pasar Mitra Tani/TTIC provinsi.  Tapi tidak hanya itu, membuka akses banyak jalannya, termasuk melalui online atau media sosial,” pungkas Agung.

BERITA TERKAIT

Tingkatkan Kinerja UMKM Menembus Pasar Ekspor - AKI DAN INKUBASI HOME DECOR

NERACA Bali – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno bertemu dengan para…

UMKM Perikanan Potensial di 12 Provinsi Terus Didorong

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan memberikan dukungan penuh terhadap 376 Unit Pengolahan Ikan (UPI) Usaha Mikro…

Indonesia dan Tunisia Segera Tuntaskan Perundingan IT-PTA

NERACA Tangerang – Indonesia dan Tunisia segera menuntaskan Perundingan Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA) pada 2024. Ini ditandai dengan  penyelesaian…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Tingkatkan Kinerja UMKM Menembus Pasar Ekspor - AKI DAN INKUBASI HOME DECOR

NERACA Bali – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno bertemu dengan para…

UMKM Perikanan Potensial di 12 Provinsi Terus Didorong

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan memberikan dukungan penuh terhadap 376 Unit Pengolahan Ikan (UPI) Usaha Mikro…

Indonesia dan Tunisia Segera Tuntaskan Perundingan IT-PTA

NERACA Tangerang – Indonesia dan Tunisia segera menuntaskan Perundingan Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA) pada 2024. Ini ditandai dengan  penyelesaian…