DAMPAK EKONOMI PANDEMI COVID-19 - IMF: Perusahaan dan Rumah Tangga Tak Mampu Bayar Utang

Jakarta-Dana Moneter Internasional atau IMF (International Monetary Fund) memperingatkan bahwa kerentanan keuangan terus meningkat sejak wabah pandemi Covid-19 melanda. Ini dapat menimbulkan hambatan bagi pemulihan ekonomi global yang tidak merata. "Sejak wabah Covid-19, kerentanan terus meningkat. Pemicu seperti wabah virus baru, kesalahan langkah kebijakan, atau guncangan lain dapat berinteraksi dengan kerentanan yang sudah ada sebelumnya dan mengarahkan ekonomi ke skenario yang lebih merugikan," menurut laporan stabilitas keuangan global IMF yang terbaru.

NERACA

Dalam skenario seperti itu, kebangkrutan yang lebih luas dapat mengarah pada penetapan ulang risiko kredit, pengetatan standar pinjaman bank, dan pengetatan tajam kondisi keuangan. Pandemi bisa menjadi ujian ketahanan utama bagi sistem keuangan global.

"Meningkatnya kerentanan keuangan meningkatkan kemungkinan putaran umpan balik keuangan makro yang merugikan dalam menanggapi guncangan negatif, yang berpotensi membutuhkan langkah-langkah kebijakan likuiditas dan solvabilitas lebih lanjut," kata laporan itu.

Analisis IMF menunjukkan bahwa beberapa sistem perbankan mungkin mengalami kekurangan modal yang signifikan. Menurut Tobias Adrian, penasihat keuangan dan direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF, Selasa (13/10), "Sejumlah besar perusahaan dan rumah tangga tidak akan dapat membayar kembali pinjaman mereka, bahkan setelah memperhitungkan langkah-langkah kebijakan yang diterapkan saat ini, dan profitabilitas mereka akan goyah."

Hubungan yang meningkat antara perusahaan, bank, dan lembaga keuangan non-bank menyiratkan bahwa, pada titik tertentu, kerapuhan dapat menyebar ke seluruh sistem keuangan. "Banyak perusahaan telah memiliki tingkat utang sangat tinggi sebelum krisis, dan sekarang utang di beberapa sektor mencapai level tertinggi baru. Ini berarti risiko solvabilitas mungkin telah bergeser ke masa depan," ujar Adrian.

Ke depan, pembuat kebijakan harus hati-hati mengurutkan tanggapan mereka untuk membangun jembatan yang aman menuju pemulihan. Dia menambahkan kebijakan moneter harus tetap akomodatif untuk mempertahankan pemulihan saat ekonomi dibuka kembali.

"Kerangka yang kuat untuk restrukturisasi utang akan sangat penting buat mengurangi kelebihan utang dan untuk menyelesaikan perusahaan yang tidak layak. Perluasan dukungan multilateral ke negara-negara berpenghasilan rendah yang menghadapi kesulitan pendanaan akan menjadi penting," katanya.

IMF memproyeksikan ekonomi global berkontraksi 4,4% pada 2020, 0,8 poin di atas perkiraan Juni, menurut laporan World Economic Outlook (WEO) terbaru yang dirilis pekan ini.

"Peningkatan ini disebabkan oleh hasil yang tidak terlalu buruk pada kuartal kedua, serta tanda-tanda pemulihan yang lebih kuat pada kuartal ketiga, sebagian diimbangi oleh penurunan peringkat di beberapa negara emerging markets dan negara berkembang," ujar kepala ekonom IMF Gita Gopinath.

Perbaikan Ekonomi

Sementara itu, pemerintah mengajak masyarakat yang memiliki likuiditas dana untuk tetap berani melakukan investasi dan juga melakukan konsumsi. Hal ini untuk mendorong kegiatan ekonomi termasuk kegiatan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan menjaga produksi dalam negeri.

Sedangkan, perencana keuangan menyampaikan bahwa masyarakat perlu tetap berpikiran positif sehingga dapat berpikir strategis dan melihat berbagai kesempatan investasi yang ada dan mengadaptasi cara usaha yang berbeda sebagai dampak pandemi.

Pesan ini disampaikan oleh Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystallin dan Chairman dan Presiden Asosiasi Perencana Keuangan IARFC Aidil Akbar dalam acara Forum Dialog Produktif Semangat di Jakarta, Selasa (13/10).

"Beberapa indikator ekonomi, sebetulnya sudah terjadi pembalikan arah di kuartal ketiga, dan kita tentu mengharapkan terus membaik di kuartal IV. Meskipun mungkin kondisi pertumbuhan ekonomi masih dalam periode kontraksi, tapi kontraksinya sudah tidak sedalam waktu di kuartal dua, artinya sudah mulai ada perbaikan ekonomi," ujar Masyita.

Menurut dia, perbaikan ekonomi atau pemulihan ini juga tergantung pada penanganan pandemi, dan walaupun banyak kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, hal itu memerlukan disiplin masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan, untuk membantu penurunan penyebaran pandemi di Indonesia.

"Masyarakat yang masih bisa investasi, perlu tetap investasi dan tetap konsumsi karena itu akan membantu rekan-rekan kita UMKM, dan juga produksi dalam negeri. Pemerintah banyak melakukan program pemulihan ekonomi tapi tetap perlu peran semua pihak untuk mendorong kegiatan ekonomi lebih baik," ujarnya.

Kebijakan pemerintah ditambah dengan latar belakang populasi tinggi di Indonesia juga turut membantu menekan kontraksi pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pemerintah menyasar kelompok masyarakat yang rentan dengan meluncurkan banyak paket pemulihan ekonomi melalui program perlindungan sosial, dukungan UMKM, sektoral kementerian dan lembaga serta pemda dan distribusi pembiayaan korporasi, untuk menjaga konsumsi nasional. Sedangkan di bagian investasi, maka investasi domestik berperan penting.

"Investasi domestik, baik itu ritel, UMKM, sektor-sektor ultramikro, kemudian perusahaan-perusahaan lokal, itu memang bagian besar dari investasi kita saat ini, untuk tumbuh lebih cepat, ditambah dengan investasi asing," tuturnya. Untuk investasi ritel masyarakat dapat membeli sukuk atau obligasi negara, sebagai bagian berpartisipasi dalam pembiayaan negara.

Aidil Akbar mengatakan investasi masih bisa dilakukan dalam kondisi pandemi seperti ini. Untuk memulai investasi, bisa membaginya menjadi tiga kategori. Pertama, investasi jangka pendek seperti tabungan, deposito, emas dan obligasi. Kedua, jangka menengah yang meliputi reksadana pendapatan tetap dan campuran. Ketiga memulai bisnis.

"Cukup banyak juga bisnis dimulai di saat pandemi. Terutama bisnis-bisnis berhubungan dengan makanan. Untuk membagi dana investasi pakai rumusan 40:30:20:10. 40 Persen untuk memenuhi kebutuhan hidup, 30 persen untuk membiayai cicilan, 20 persen untuk investasi, dan 10 persen untuk sosial seperti zakat, infak, dan sedekah," jelas Aidil.

Dalam melakukan investasi, masyarakat juga diingatkan untuk juga mengelola dananya dengan menyediakan dana baik jangka pendek, menengah dan panjang, memiliki dana darurat dan tak lupa memiliki asuransi kesehatan seperti BPJS berjaga-jaga jika memerlukan perawatan kesehatan.

Kedua narasumber sama sama menyatakan bahwa salah satu Instrumen finansial yang juga baik untuk diinvestasikan adalah melalui Obligasi Ritel Indonesia (ORI). Di mana, likuiditas yang hanya disimpan di bank dapat diubah menjadi instrumen investasi yang aman dan menghasilkan sekaligus membantu pemulihan ekonomi nasional. bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…