NERACA
Jakarta –Di semester pertama 2020, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,28 triliun atau terkoreksi 35,82% dibanding periode yang sama tahun lalu mencatatkan bersih sebesar Rp2,008 triliun. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan di Jakarta, kemarin.
Sementara total pendapatan emiten pertambangan ini pada semester pertama tahun 2020 sebesar Rp9,012 triliun, merosot 15,06% dibanding akhir Juni 2019 yang tercatat sebesar Rp10,61 triliun.Tapi beban pokok pendapatan tercatat sebesar Rp6,46 triliun atau turun 7,12% dibanding semester I 2019, yang tercatat sebesar Rp6,95 triliun.
Selain itu, pada sisi ekuitas tercatat senilai Rp15,96 triliun atau turun 13,33% dibanding akhir tahun 2019, yang tercatat sebesar Rp18,42 triliun. Sementara itu, kewajiban perseroan tercatat sebesar Rp10,92 triliun atau mengalami peningkatan 42,34% dibanding akhir tahun 2019, yang tercatat sebesar Rp7,67 triliun. Adapun aset perseroan tercatat senilai Rp26,89 triliun atau tumbuh 3,044% dibanding akhir tahun 2019, yang tercatat senilai Rp26,09 triliun.
Kemudian kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi tercatat Rp2,23 triliun atau tumbuh 3,59% dibandingkan semester pertama 2019 yang tercatat Rp2,15 triliun. Sebelumnya, perseroan merevisi target produksinya pada tahun ini. Emiten tambang tersebut memangkas target produksi batu bara yang awalnya dipatok sebesar 29,9 juta ton menjadi 25,5 juta ton.
Direktur Keuangan PTBA, Mega Satria pernah bilang, penyesuaian target kinerja tersebut dilakukan karena merespons dampak dari pandemi Covid-19. Menurut Mega, penyesuaian perlu dilakukan karena terjadinya penurunan permintaan baik untuk pasar ekspor dan domestik. "Penerapan lockdown di sejumlah negara sangat berdampak terhadap permintaan di pasar ekspor,"ujarnya.
Mega mengatakan, saat ini terdapat beberapa hal yang menjadi prioritas Perseroan dalam menghadapi kondisi pandemi ini. Perseroan saat ini lebih memprioritaskan untuk menekankan efisiensi biaya di semua lini. "Kami meninjau ulang potensi-potensi penurunan biaya baik dari nilai tarif maupun dari pola kerja dan prosesnya," terang Mega.
Mega menambahkan, perseroan juga melakukan perbaikan-perbaikan dari sisi proses produksi. Di samping itu, perseroan terus melakukan upaya perluasan pasar khususnya untuk pasar ekspor. Dari pasar domestik, Mega menuturkan, Perseroan masih memiliki kontrak panjag dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) serta beberapa perusahaan lainnya. "Kami juga terus masuk ke beberapa buyer baru yang ada di Indonesia," kata Mega.
Mega mengatakan, perseroan saat ini sedang mencermati perkembangan beberapa negara untuk meningkatkan ekspor, khususnya di India dan China yang merupakan importir batu bara terbesar. Selain itu, Perseroan akan berupaya masuk ke pasar baru seperti Brunei Darussalam, Australia, dan Vietnam.
Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…
Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…
Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…
Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…