UMKM Incaran Konglomerat?

Oleh: Agus Yuliawan

Pemerhati Ekonomi Syariah

Resesi ekonomi global yang disebabkan oleh pandemi virus Covid–19 membuat bisnis besar para konglomerat  pada berjatuhan. Bahkan, satu demi satu bisnis yang mereka miliki  pada tutup.  Untuk menyelamatkan usahanya,  kini mereka  melakukan perubahan bisnis yang radikal dan mendasar agar tak masuk jurang resesi yang lebih dalam. Salah satu perubahan bisnis itu, kini  mereka masuk dan  menyasar di bisnis sektor kelas bawah yang selama ini menjadi market bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Pilihan mereka menyasar dikelas bawah tak lepas dari realitas yang selalu berulang–ulang, dimana setiap krisis yang terjadi selama ini sektor bawah yang di komando oleh UMKM bisa bertahan. Pelajaran inilah yang kini menjadi dasar bagi para konglomerat bisnis yang ingin berbondong–bondong  untuk berhijrah berebut pasar kelas bawah.

Untuk memuluskan usaha itu, diversifikasi bisnis usaha besar kelas atas menuju ke kelas bawah sudah nampak di beberapa sudut di sejumlah kota besar dan kecil. Seperti bisnis minuman kopi, ayam daging cepat saji dan segala ritel bisnis berbasis gerobak. Untuk memenangkan bisnis di segmen pasar bawah, para konglomerat melakukan berbagai jurus untuk mampu berkompetisi  dengan pelaku UMKM, seperti menurunkan harga dengan cara inovasi produk dan proses, membuat promosi dan kemasan yang menarik dan free ongkos kirim, serta mengeluarkan jurus bayar belakangan sebagai brainding terakhirnya.

Perilaku pelaku bisnis tersebut kini sudah berjalan baik secara on line dan off line. Cepat dan lambat dengan situasi pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) yang dijalankan oleh pemerintah selama ini, akan membuat para pelaku bisnis besar akan cepat merambah di bisnis kelas bawah dan menjadi ancaman yang serius  bagi usaha UMKM. Realitas inilah yang harus disadari oleh pelaku UMKM, bagaimana menyikapi keadaan demikian?

Karena itu, keberadaan para konglomerasi besar yang kini masuk di kelas bawah perlu diantisipasi oleh pelaku UMKM, apalagi strategi licik konglomerasi besar atas nama sinergisitas kepada para pelaku UMKM, kini banyak dikampanyekan oleh mereka sejatinya adalah upaya dalam misi intelijen dan pemetaan market yang mereka bisa raih untuk kepentingan jangka panjang. 

Oleh karena itu UMKM, agar tetap eksis dalam menguasai bisnis kelas bawah dan tak tergerus dengan para raksasa konglomerat perlu beberapa hal yang dilakukan, pertama, UMKM harus bisa tetap menjaga level harga di kelas bawah dan jangan sampai sudah memiliki konsumen loyalis tiba–tiba harga selalu dinaikkan dan tak mampu terjangkau oleh konsumen. Kedua, aktif melakukan branding produk dengan melakukan promosi dan dan menyelenggarakan event bisnis sehingga selalu mendekatkan diri kepada konsumen. Ketiga, aktif melakukan inovasi dan kreatif dalam mengembangkan produk seperti produk kelas atas tapi harga kelas bawah. Keempat, tidak harus  terjebak dengan harus untung terus tapi sesekali dengan memberikan keuntungan kepada pihak konsumen yang penting mampu balik modal.

Kelima, tetap menjaga sikap yang ramah kepada konsumen dan silaturahmi kekeluargaan harus selalu dibangun dengan konsumen. Keenam, selalu mengikuti perkembangan jaman dengan kemajuan teknologi dengan demikian akan memudahkan dalam bertransaksi bisnis. Dengan berbagai langkah ini, insya allah di tengah krisis dan resesi ini nasib UMKM tak akan terlantar meski selalu dalam incaran buasnya konglomerasi besar.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…