Proaktif, Kunci Mewujudkan Tata Ruang Ideal

NERACA

Jakarta - Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terkadang menjadi persoalan tersendiri bagi pengembang properti. Ada yang izin mendirikan bangunan sudah terbit namun tidak dapat dieksekusi karena lahan yang ditempati tidak sesuai peruntukannya.


Bahkan ada pengembang properti yang sudah terlanjur membangun proyeknya karena sudah mengantongi IMB, namun di tengah jalan terpaksa berhenti karena RTRW mengalami perubahan.


Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Realestate Indonesia (DPP REI) Paulus Totok Lusida berharap pemerintah dapat memberikan kepastian berusaha terkait kebijakan tata ruang. Banyak laporan dari anggota yang kerap berbenturan dengan kebijakan tata ruang di suatu daerah.


Untuk melindungi anggotanya di daerah-daerah, DPP REI akan menggandeng Kejaksaan Agung. Tujuannya untuk memudahkan izin-izin termasuk memberantas pungutan liar yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi.


Industri properti selama ini telah berperan penting di dalam mendorong perekonomian nasional. Namun sejak merebaknya virus corona (COVID-19) kondisi industri ini sangat memprihatinkan.


Penjualan menurun drastis dan banyak pengembang terancam gulung tikar. Karena itu, dibutuhkan kebijakan luar biasa (extraordinary) untuk menyelamatkan industri properti nasional.


Signifikan

Selain membawa multiplier effect terhadap hampir 175 industri ikutan lain, keseluruhan pekerja yang terlibat di industri ini diperkirakan mencapai 30,3 juta orang. Jumlah itu signifikan bagi struktur ekonomi nasional.


Di sisi lain, industri properti memiliki 90 persen kandungan material lokal. Bahkan 100 persen kandungan lokal untuk rumah sederhana bersubsidi. Untuk itu, penting bagi pemerintah memastikan supaya industri properti nasional tetap terjaga kelangsungannya.


Dampak COVID-19 membawa implikasi besar bagi industri properti nasional. Penjualan yang turun drastis dan ancaman pailit menjadi salah satu kemungkinan pahit yang bisa terjadi sewaktu waktu.


Karena itu, perlu kebijakan yang luar biasa menjadi kunci supaya sektor properti dapat bertahan menghadapi era panjang pandemi COVID-19 ini.


Terpukul

Totok mengatakan dampak dari pandemi COVID-19 membuat sektor properti terpukul. Subsektor hotel tingkat hunian (okupansi turun) sudah turun 90 persen, penyerapan ruang ritel/mall anjlok 75 persen, penyerapan perkantoran turun 74,6 persen dan penjualan rumah komersial anjlok 50 persen.


Meski sekarang sudah memasuki masa penerapan “new normal” namun tidak memungkinkan perusahaan properti untuk mencapai
revenue seperti masa normal sebelum COVID-19 merebak.


Menurut Totok, rata-rata
revenue perusahaan maksimal hanya 50 persen dari kondisi normal. Sementara perusahaan tetap dibebani kewajiban yang sama seperti di masa normal sehingga dikhawatirkan banyak perusahaan yang akan kolaps.


Masalahnya, kondisi ini tidak pasti kapan akan berakhir. Mungkin bisa sampai 2-3 tahun ke depan. Untuk itu, REI menyambut baik restrukturisasi dan relaksasi yang dilakukan pemerintah, meski faktanya implementasi berbagai kebijakan tersebut belum optimal.


Anggota REI Sugianto Kusuma mendorong pemerintah untuk memberikan kemudahan pembelian properti bagi pasar asing guna mendorong geliat industri properti, penggunaan bahan lokal dan penyerapan tenaga kerja.


Dia pun berharap Indonesia dapat memberikan kemudahan untuk mendapatkan
citizen pass, PR atau longstay/multiyear visa bagi warga asing yang memiliki properti di Indonesia seperti yang juga diberlakukan di Malaysia, Singapura atau Thailand.


Dengan begitu, Indonesia akan menjadi lebih menarik. Apalagi Indonesia sedang gencar menarik masuknya investasi asing.

 

Hal senada diungkapkan Muktar Widjaja yang menyebut kepemilikan properti asing tidak perlu terlalu dirisaukan karena rumah atau unit apartemen tidak bisa dibawa keluar dari Indonesia.


Menurut dia, kemudahan membeli properti bagi warga asing di Indonesia dipastikan akan menggairahkan kembali pasar properti nasional.


Pasar properti nasional harus didorong supaya lebih cepat pulih, apalagi akibat dampak COVID-19. Sekarang industri ini sudah "batuk-batuk" sehingga perlu diobati segera karena kalau sudah bangkrut susah bangkitnya.


CEO Lippo Group James Riady menyebutkan bahwa realestat adalah tulang punggung ekonomi bangsa. Untuk itu, beberapa hal perlu dilakukan pemerintah untuk mendorong sisi permintaan antara lain dengan membuka dan memberi kemudahan bagi warga asing untuk membeli properti di Indonesia.


Dia berharap orang asing bisa membeli properti di sini sehingga ada permintaan yang mampu mendorong pasar kembali bangkit.”Kalau kemudian hari nanti pasar orang asing ini sudah terlalu
hot, misalnya, bisa saja dibatasi kembali," kata James. Mohar/Ant

 

 

BERITA TERKAIT

Commercial Smart TV dan CreateBoard LG Raih Sertifikasi TKDN

  Commercial Smart TV dan CreateBoard LG Raih Sertifikasi TKDN NERACA Jakarta - PT. LG Electronics Indonesia (LG) baru saja…

SMF Komitmen Perkuat Peran dalam Pembiayaan Sektor Perumahan

NERACA Jakarta - Menyambut tahun 2024, PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) berkomitmen untuk terus berfokus pada pembiayaan di sektor perumahan.…

Riset Ungkap Bogor Alami Kenaikan Harga Rumah Tertinggi pada Februari

NERACA Jakarta - Hasil riset Rumah123 mengungkapkan Bogor mengalami kenaikan harga rumah tertinggi di Jabodetabek hingga 6,4 persen, disusul Tangerang…

BERITA LAINNYA DI Hunian

Commercial Smart TV dan CreateBoard LG Raih Sertifikasi TKDN

  Commercial Smart TV dan CreateBoard LG Raih Sertifikasi TKDN NERACA Jakarta - PT. LG Electronics Indonesia (LG) baru saja…

SMF Komitmen Perkuat Peran dalam Pembiayaan Sektor Perumahan

NERACA Jakarta - Menyambut tahun 2024, PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) berkomitmen untuk terus berfokus pada pembiayaan di sektor perumahan.…

Riset Ungkap Bogor Alami Kenaikan Harga Rumah Tertinggi pada Februari

NERACA Jakarta - Hasil riset Rumah123 mengungkapkan Bogor mengalami kenaikan harga rumah tertinggi di Jabodetabek hingga 6,4 persen, disusul Tangerang…