Rugi Matahari Putra Prima Membengkak 17,32%

NERACA

Jakarta – Di semester pertama 2020, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) bukukan rugi meningkat 17,32% dari rugi Rp 186,88 miliar menjadi rugi Rp 219,25 miliar.  Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan di Jakarta, kemarin, perseroan menjelaskan, kerugian meningkat lantaran turunnya pendapatan di semester I-2020 hingga 20,91% dari Rp 4,64 triliun menjadi Rp 3,67 triliun.

Kemudian beban pokok penjualan yang tercatat sebesar Rp 2,94 triliun.  Sementara itu beban penjualan tercatat sebesar Rp 174,78 miliar serta beban umum dan administrasi sebesar Rp 686,68 miliar.  Bila dirinci, penjualan bersih MPPA tahun ini berasal dari eceran atau retail sebesar Rp 3,6 triliun, turun dari capaian semester I-2019 yang tercatat Rp 4,45 triliun. Sementara penjualan grosir tercatat sebesar Rp 70,34 miliar, turun dari penjualan di semester satu tahun lalu yang sebesar Rp 192,9 miliar. 

Di sisi lain, liabilitas MPPA tercatat sebesar Rp 4,36 triliun dengan porsi liabilitas jangka pendek sebesar Rp 2,44 triliun. Sedangkan ekuitas tercatat sebesar Rp 311,43 miliar. Adapun kas dan setara kas pada akhir periode tercatat sebesar Rp 166,25 miliar, turun dari posisi awal yang sebesar Rp 304,29 miliar. Penurunan lantaran adanya kas neto untuk aktivitas operasi sebesar Rp 87,86 miliar dan aktivitas investasi sebesar Rp 55,73 miliar. Sedangkan MPPA memperoleh kas neto dari pendanaan sebesar Rp 5,46 miliar. 

Mempertimbangkan kondisi ekonomi yang terkoreksi akibat dampak pandemi Covid-19 menjadi pertimbangan perseroan mengambil langkah lebih berhati-hati sepanjang tahun ini. Danny Kojonginan, Direktur merangkap Sekretaris Perusahaan MPPA seperti dikutip kontan mengatakan, MPPA sempat mendulang lonjakan volume transaksi pembelian saat pemerintah mengeluarkan imbauan untuk beraktivitas dan bekerja di rumah karena wabah corona (Covid-19).

Pengelola gerai Hypermart ini menyebut, penjualan sempat naik sekitar 10% dibandingkan dengan hari biasa. Pembeli juga banyak mengincar keperluan rumah tangga, alat kebersihan, hingga kebutuhan sehari-hari. "Sempat terjadi panic buying di beberapa toko di beberapa kota, seperti wilayah Jabodetabek dan kota besar lainnya. Namun lonjakan hanya berkisar sekitar 10% dan terjadi dua hari,"kata Danny.

Dirinya menambahkan, pihaknya belum bisa menjabarkan secara detail target-target yang dipasang tahun ini. Tetapi, MPPA akan fokus di jalur consumer retailing dan mengurangi keterlibatan pada jenis bisnis B2B. Tak hanya itu dari sisi operasional, MPPA juga tidak agresif menambah cabang atau gerai baru mengingat beberapa sentimen kurang bersahabat bagi bisnis di awal 2020 hingga saat ini. "Kami fokus lakukan renovasi dan penyegaran gerai-gerai yang sudah ada. Secara keseluruhan juga akan lebih solid dari sisi pengadaan barang, gerai, dan distribusi," kata Danny. Tahun ini, MPPA menganggarkan belanja modal (capex) sekitar Rp 150 miliar sampai Rp 200 miliar.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…