NERACA
Jakarta – Telat dalam menyampaikan laporan keuangan juga diperburuk dengan pencapaian diluar target. Hal inilah yang menggambarkan performance kinerja keuangan perusahaan konstruksi swasta PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS). Perseroan dalam laporan keuangannya di Jakarta, kemarin menyebutkan, sepanjang tahun 2019 mengantongi pendapatan Rp 681,37 miliar, turun 53,25% dari capaian 2018 yang sebesar Rp 1,46 triliun.
Penurunan pendapatan utamanya disebabkan oleh turunnya jasa konstruksi dari Rp 1,46 triliun menjadi Rp 300,59 miliar. Sedangkan dari kavling di tahun 2019 tercatat ada pendapatan sebesar Rp 351,47 miliar. Koreksi pendapatan ini membuat TOPS mencetak rugi bersih Rp 192,98 miliar di akhir 2019. Padahal di 2018 silam, perusahaan masih meraup laba tahun berjalan sebesar Rp 30,71 miliar.
Selain karena pendapatan yang anjlok, tingginya beban keuangan yang naik dari Rp 118,82 miliar menjadi Rp 121,89 miliar dan naiknya beban lainnya dari Rp 676,33 juta menjadi Rp 56,33 miliar. Di sisi lain, TOPS memiliki liabilitas sebesar Rp 1,57 triliun dengan porsi liabilitas jangka pendek sebesar Rp 766,6 miliar. Adapun ekuitas TOPS tercatat sebesar Rp 1,18 triliun. Adapun kas dan setara kas pada akhir periode tercatat sebesar Rp 30,73 miliar. Turun dari posisi awal tahun yang sebesar Rp 177,07 miliar.
Hal ini disebabkan adanya kas neto untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 146,3 miliar dan untuk investasi sebesar Rp 77,38 miliar Sementara kas neto dari aktivitas operasi tercatat masuk sebesar Rp 95,34 miliar. Perseroan juga menyebutkan, hingga Juni membukukan kontrak baru sebesar Rp 426,1 miliar hingga Juni 2020. Realisasi tersebut terbilang masih jauh dari target kontrak baru tahun ini sebesar Rp 3 triliun.
Sekretaris Perusahaan Totalindo Eka Persada, Novita Festiani seperti dikutip kontan pernah mengatakan, lambatnya pertumbuhan kontrak baru lantaran belum pulihnya sektor properti akibat pandemi virus corona. Berlakunya new normal juga belum memberikan dampak yang signifikan. "Karena baru sebulan, jadi masih kami lihat dampaknya," ujarnya.
Terlebih, proyek-proyek yang menjadi fokus perusahaan ini lebih pada gedung bertingkat seperti apartemen medium, hotel, dan gedung perkantoran. Karena itu, dia berharap sektor properti segera pulih kembali. Realisasi kontrak baru TOPS yang mencapai Rp 426,1 miliar di semester pertama 2020 ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,83 triliun. Kendati begitu, Totalindo masih optimistis nilai kontrak baru dapat meningkat. "Karena nilai kontrak baru yang sudah masuk masih dalam tahap pengerjaan struktur dan tahap finishing, maka dari itu masih ada kemungkinan nilai kontrak bertambah," papar Novita.
Selain itu, TOPS juga memiliki pipeline tender sebesar Rp 8,08 triliun dari 26 proyek. Totalindo juga memastikan protokol kesehatan untuk pengerjaan proyek. Novita mengaku bahwa dengan kondisi pandemik Covid-19, progress capaian target perusahaan sedikit banyak terpengaruh lantaran banyak developer dan pemilik proyek yang masih menunda atau slow down. "Besar capex yang telah dicapai hingga semester I-2020 sebesar Rp 1,7 miliar,"ungkapnya.
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…
Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…
NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…
Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…
NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…