MNC Investama Cetak Rugi Rp 479,92 Miliar

NERACA

Jakarta -  Fluktuasinya pasar modal di tengah perlambatan ekonomi akibat pandemi memberikan dampak terhadap kinerja keuangan PT MNC Investama Tbk (BHIT) di paruh pertama tahun ini. Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan di Jakarta, kemarin disebutkan,  pendapatan perseroan turun 8,68% dari Rp 7,83 triliun pada semester pertama 2019 menjadi Rp 7,15 triliun pada periode yang sama tahun ini.

Pendapatan dari lini bisnis media turun tipis 2,14% dari semula Rp 5,71 triliun menjadi Rp 5,59 triliun. Pendapatan dari lembaga keuangan juga turun dari Rp 1,29 triliun menjadi Rp 1,19 triliun pada semester pertama 2020. Pendapatan lainnya juga berkurang dari Rp 821,07 miliar jadi Rp 357,04 miliar pada semester pertama tahun ini.

MNC Investama berhasil menekan beban langsung 9,83% menjadi Rp 3,76 triliun pada semester pertama 2020. Sehingga BHIT mencatat laba kotor sebesar Rp 3,39 triliun pada paruh pertama tahun ini, nilai tersebut 6,86% lebih rendah dari Rp 3,64 triliun pada periode yang sama 2019. Sementara pada pos beban umum dan administrasi masih stagnan Rp 1,68 triliun. Selain itu, BHIT juga menanggung rugi kurs sebesar Rp 139,28 miliar, padahal pada periode yang sama tahun lalu masih memperoleh untung kurs sebesar Rp 193,41 miliar.

MNC Investama pun mencatat kerugian lain-lain mencapai Rp 272,72 miliar, pada periode yang sama tahun sebelumnya mencetak keuntungan Rp 1,56 miliar.  Sehingga BHIT harus menanggung rugi sebesar Rp 479,92 miliar pada paruh pertama tahun ini. Pada periode yang sama tahun sebelumnya MNC Investama memperoleh laba bersih Rp 261,03 miliar. Sementara itu, total aset emiten ini juga turun tipis jadi Rp 56,49 triliun pada paruh pertama 2020 dari sebelumnya Rp 57,61 triliun pada akhir 2019.

Selain itu, perseroan juga menyampaikan rencana merestrukturisasi surat utang global (global bond) senilai US$ 231 juta. MNC Investama dikabarkan akan mengkonversi surat utang tersebut menjadi saham. Mengutip Bloomberg, Selasa (8/4), mayoritas pemegang obligasi sudah memberikan indikasi positif atas rencana tersebut. Setidaknya, ada sekitar 65% pemegang obligasi atau senilai US$ 150 juta yang memberikan dukungan terhadap restrukturisasi itu. 

MNC Investama juga mengusulkan opsi lain kepada pemegang obligasi yang tersisa, yang lebih memilih restrukturisasi obligasi dengan skema berbeda.  Manajemen MNC Investama mengatakan, pihaknya memperkirakan bisa memperoleh kesepakatan dengan sebagian besar pemegang obligasi yang tersisa. Oleh karena itu, MNC Investama telah memutuskan untuk menarik moratorium di pengadilan tinggi Singapura yang berlaku efektif pada 7 Agustus.

Informasi saja, obligasi yang dimaksud adalah global bond yang diterbitkan pada 11 Mei 2018 senilai US$ 231 juta. Obligasi itu ditawarkan pada 100% dari nilai nominal dengan tingkat bunga tetap 9% per tahun.  Obligasi yang tercatat di Bursa Efek Singapura itu berjangka waktu 3 tahun dan akan jatuh tempo pada 11 Mei 2021. Obligasi itu digunakan untuk refinancing utang perusahaan.  (bani)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…