Qurbanomic & Aktualisasi Agama

 

Oleh : Agus Yuliawan

Pemerhati Ekonomi Syariah

 

Hari Jumat 31 Juli 2020 umat Muslim dunia dan Indonesia menyelenggarakan hari Raya Idul Adha 1441 H yang merupakan salah satu hari kebesaran. Ada hal yang menarik untuk selalu diperhatikan di setiap penyelenggaraan hari raya itu, yakni tentang perputaran ekonomi yang berjalan. Dimana Idul Adha telah mempertemukan antara supply and demand, antara petani peternak (hewan sapi atau kambing)  dengan para pembeli untuk digunakan dalam berqurban. Selain itu juga dari sisi kemanusiaan sangat dasyat sekali, dimana dari hasil qurban itu di distribusikan ke masyarakat khususnya orang – orang miskin untuk merasakan sekerat daging untuk dikonsumsinya. Jadi Idul Adha bukan sekedar transaksi ekonomi yang berjalan untuk menjadi sebuah qurbanomic tapi adalah gerakan kemanusiaan partisipatoris sebagai bagian dari aktualisasi agama.

Dalam kontek ekononomi, di studi kajian yang dilakukan oleh Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) memproyeksikan di tahun 2020 nilai potensi qurban tahun ini sekitar Rp 21 triliun, dengan sekitar 2,3 juta orang yang beribadah qurban. Dengan perkiraan 62,4 juta keluarga Muslim, sembilan persen di antaranya adalah Muslim kelas menengah atas dengan pengeluaran per kapita di atas Rp 2,5 juta per bulan. Dari 5,6 juta keluarga Muslim sejahtera ini, IDEAS perkirakan 40 persen diantaranya melakukan ibadah qurban dengan asumsi satu keluarga berqurban satu hewan qurban. Melihat besarnya  potensi dari proyeksi  tersebut, apa yang bisa dipetik untuk pengembangan ekonomi kedepannya?

Tentunya dari potensi tersebut memberikan peluang khususnya umat Muslim di Indonesia untuk membuat close loop economy, yaitu ekonomi tertutup dalam bentuk ekosistem ekonomi dari hulu hingga hilir. Sehingga perputaran ekonomi akan berjalan sesuai dengan ekonomi kerakyatan dari, untuk dan oleh anggota.

Sayang sekali sejauh ini tradisi qurban di Indonesia sejauh ini belum menyentuh tatakelola ekonomi close loop economy. Sehingga yang sering terjadi adalah aktifitas ekonomi yang parsial dengan mekanisme pasar, sehingga kue ekonomi dalam hari raya Idul Adha dinikmati oleh segelintir manusia, yaitu para tengkulak dan pemodal besar yang mampu menjadi pengepul sapi dan kambing. Sementara para petani peternak hanya mendapat keuntungan yang sedikit dan tak sebanding dengan biaya operasional dalam perawatan ternak.   

Karena itu, qurbanomic harus mampu melahirkan sebuah terobosan baru berupa close loop economy dengan integrasi tatakelola yang baik. Dengan berbagai infrastruktur  berupa kelembagaan usaha yang baik, ketersediaan finance sebagai bank ternak dan penjaminan risiko, produk makanan ternak yang effisien, manajemen budidaya ternak yang berkualitas, serta manajemen pemasaran hewan qurban yang terpadu. Untuk membangun ini semua bisa disinergikan dengan lembaga amil zakat dan wakaf sehingga akan saling keterkaitan dan semakin menambah fungsi zakat dan wakaf secara produktif.

Beberapa komunitas masyarakat telah membuat mekanisme yang demikian seperti yang dilakukan oleh lembaga Rumah Zakat dari Bandung – Jawa Barat, namun belum begitu masif dalam pengelolaanya dibandingkan potensi yang ada selama ini. Sementara praktek berqurban di masyarakat masih dikelola secara konvensional dan tradisional  mulai dari pembelian hewan, penyembelihan hingga pendistribusian.

Maka diperlukan pemikiran tentang manajemen berqurban modern dengan basis close loop economy, sehingga semangat berqurban akan memiliki dampak yang lebih luas dan optimal dalam menumbuhkan kesejahteraan masyarakat. Dan bukan hanya sekedar merasakan konsumsi sekerat daging saja yang hanya bisa dinikmati dan membuat rasa senang dalam beberapa hari saja. Tapi adalah jaminan keberlangsungan ekonomi umat yang terus berkelanjutan, disinilah makna qurbanomic sebagai aktualisasi agama yang memberikan solusi kehidupan.  

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…