Dampak Pandemi Covid-19 - Penjualan Panca Budi Idaman Turun 18,14%

NERACA

Jakarta - PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) berhasil membukukan laba bersih Rp 139,86 miliar di semester pertama 2020 atau tumbuh 30,7% dibandingkan priode yang sama tahun lalu Rp 107 miliar. Namun sebaliknya, pendapatan perseroan turun 18,14% menjadi Rp 1,85 triliun dibandingkan akhir Juni 2019 tercatat sebesar Rp 2,26 triliun.

Perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin menyebutkan, kontribusi terbesar penjualan adalah plastik kemasan yang mencapai Rp 1,18 triliun atau 63,78% dari total penjualan semester pertama 2020. Kontribusi terbesar kedua adalah penjualan biji plastik yang mencapai Rp 564,24 miliar dan sisanya adalah penjualan lain-lain. Penjualan plastik kemasan turun 7,81% secara tahunan. Sedangkan penjualan biji plastik merosot 33,30% dari sebelumnya Rp 845,91 miliar.

Efisiensi menjadi kunci lonjakan laba perseroan. Beban pokok penjualan Panca Budi turun 23,86% secara year on year menjadi Rp 1,5 triliun. Akibatnya laba kotor PBID naik 20,71%, menjadi Rp 350 miliar dari sebelumnya Rp 289,95 miliar. Laba bruto ini mampu menopang kenaikan laba usaha menjadi Rp 190,95 miliar, naik 20,15% secara tahunan.

Pada akhir Juni, Panca Budi memiliki total aset Rp 2,26 triliun, turun dari Rp 2,34 triliun pada akhir tahun 2019. Liabilitas PBID menurun menjadi Rp 568,39 miliar dari sebelumnya Rp 670,69 miliar. Di sisi lain, jumlah ekuitasnya tercatat meningkat menjadi Rp 1,69 triliun, naik tipis dibandingkan akhir tahun 2019 yang tercatat Rp 1,67 triliun.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Panca Budi Idaman, Lukman Hakim seperti dikutip kontan menjelaskan, penurunan penjualan perseroan tidak lepas dari pandemi Covid-19 yang mendorong pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Akibatnya, PBID melewatkan momentum lebaran yang biasanya mengerek permintaan pasar.

Di sisi lain, penjualan PBID tertekan harga jual produk yang cenderung lebih murah karena adanya penurunan harga bahan baku. Asal tahu saja, harga bahan baku plastik yakni minyak cenderung lebih rendah tahun ini dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Walaupun menekan dari sisi penjualan, penurunan harga bahan baku juga menjadi angin segar bagi sisi bottom line PBID. Sebab, beban produksi menjadi lebih ringan sehingga margin PBID diperkirakan bisa mencapai di atas 7%. Hal inilah menjadi salah satu faktor laba PBID terkerek di enam bulan pertama 2020.

Hingga akhir tahun, perseroan masih optimis kinerjanya akan membaik dengan mematok pertumbuhan penjualan hingga 10%. Adapun kenaikan volume ini ditopang dari kondisi kenormalan baru yang berpotensi mengerek permintaan plastik kemasan di pasar tradisional. Di sisi lain, PBID juga melihat adanya peningkatan permintaan untuk  segmen kemasan makanan dan minuman.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…