Masa Depan SDM

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Tema Hari Anak Nasional - HAN 2020 (diperingati tiap 23 Juli) ‘Anak Terlindungi, Indonesia Maju’. Tema kali ini selaras dengan ancaman pandemi covid-19 sehingga persepsian terkait anak terlindungi mengaci kepentingan terhadap jaminan SDM bagi masa depan. Meski demikian, esensi yang juga tidak bisa diabaikan adalah ada kasus dengan trend bunuh diri pada anak. Faktor pemicunya bisa sangat kompleks, baik itu dari internal ataupun eksternal. Bahkan, di bully teman sekelas atau sepermanian juga bisa berakibat fatal terhadap emosi dan kejiwaan anak.

Terlepas dari berbagai faktor yang memicu kasus bunuh diri anak, yang jelas, trend ini diberbagai negara cenderung meningkat. Kasus ini signifikan dengan tingginya trend pembunuhan anak yang dilakukan orang tua. Terkait ini, Reza Indragiri Amriel (2004) menjelaskan studi longitudinal yang dilakukan di AS tahun 1980 - 1992 menunjukkan ada lonjakan kasus bunuh diri 120 persen (0,8 - 1,7 per 100.000/tahun) yang dilakukan anak berusia 10-14 tahun.

Pada kelompok usia 15-19 tahun, kenaikan terjadi sebanyak 28 persen (8,5-10,9 per 100.000/tahun). Hal ini tentu sangat ironis sebab kasus serupa diikuti oleh negara-negara lain, terutama di negara miskin – berkembang. Fakta dibalik kemiskinan juga rentan berdampak sistemik terhadap kasus ini sehingga kemiskinan di mayoritas negara miskin berkembang memang harus direduksi semaksimal mungkin.

Mengacu temuan itu, jika angka 1,7 per 100.000 dikalikan dengan jumlah anak-anak di Indonesia, maka diduga kini terdapat sedikitnya 1.195 anak per tahun yang menghabisi nyawa sendiri saat berhadapan dengan kesulitan hidup yang tidak bisa mereka atasi. Andai angka 1.195 juga masih dianggap kecil, maka seyogianya diingat bahwa bunuh diri merupakan titik akhir rangkaian problem-problem lain yang mendahuluinya.

Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk tidak mewaspadai kasus ini. Bahkan, bagi para orang tua indikasi ini harus menjadi panutan untuk terus mewaspadai perilaku anak-anaknya. Selain itu, yang juga perlu diperhatikan para orang tua, jangan terlalu melepaskan anak ke pengasuh sebab selain perilaku ini mencerminkan lepas diri dari tanggung jawab juga dalam proses jangka panjang akan tidak baik bagi jiwa anak-anak.

Untuk meredam agar tidak berkembang, maka yang paling utama yaitu membangun keharmonisan keluarga. Yang justru ironis, bahwa konotasi harmonis ini lebih banyak dipandang dari sisi materi semata. Padahal, persepsi harmonis bisa saja dipandang dari banyak aspek. Mengacu pandangan ini maka tekanan krisis yang tidak berujung dapat dibenarkan menjadi penyebab tingginya trend bunuh diri anak sebab krisis memicu kondisi ketidakharmonisan keluarga dari aspek materi (take home pay rendah, PHK, dan rendahnya daya beli). Oleh karena itu, perlu ada penyeimbang yang lain yaitu nilai keagamaan. Kalangan psikolog meyakini pegangan agama yang kuat menjadi benteng kokoh bagi upaya meredam berbagai persoalan hidup (implisit membangun keluarga harmonis yang selaras dengan tema HAN 2020 'Anak Terlindungi, Indonesia Maju’.

Terkait itu, berbagai penelitian menunjukan bahwa keluarga yang tidak harmonis dan kehidupan anak-anak dengan orang tua yang depresif memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar menderita depresi (Birmaher dkk., 1996) dan lebih rentan terhadap tekanan psikis - fisik lainnya (Downey & Coyne, 1990). Padahal, ini predisposisi bagi tindakan bunuh diri. Oleh karena itu, alangkah bijaknya jika kita bersama membangun keluarga harmonis demi masa depan anak dengan memandang keharmonisan tidak dari segi materi semata, apalagi ada kecenderungan orang tua memanjakan anak dengan gawai tanpa kontrol terhadap materi yang diakses lewat gawai si anak. Artinya jika anak-anak terjamin kualitas kehidupannya maka secara tidak langsung membangun SDM bangsa yang lebih berkualitas demi masa depan pembangunan Indonesia.

 

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…