Profit Taking Tekan Laju Penguatan IHSG

NERACA

Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (9/7), indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah karena dipicu aksi ambil untung investor. IHSG ditutup melemah 23,38 poin atau 0,46% ke posisi 5.052,79. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 7,05 poin atau 0,89% menjadi 789,54.

Kata analis Binaartha Sekuritas, M Nafan Aji Gusta Utama, minimnya sentimen positif menekan laju IHSG,”Tidak terdapat data makroekonomi baik dari domestik maupun global yang memberikan high positive market impact. Ditambah lagi dengan adanya peningkatan jumlah kasus pengidap COVID-19 dalam skala mondial dan menjadi potensi Covid-19 second wave, membuat para pelaku pasar lebih cenderung mengambil aksi profit taking,”ungkapnya di Jakarta, kemarin.

Secara sektoral, delapan sektor terkoreksi dimana sektor infrastruktur turun paling dalam yaitu minus 0,85%, diikuti sektor keuangan dan sektor industri dasar masing-masing minus 0,69% dan minus 0,54%. Sedangkan dua sektor meningkat yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan masing-masing sebesar 0,99% dan 0,48%.

Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi beli saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah beli bersih asing atau "net foreign buy" sebesar Rp131,43 miliar. Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 735.489 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 10,53 miliar lembar saham senilai Rp9,17 triliun. Sebanyak 195 saham naik, 205 saham menurun, dan 175 saham tidak bergerak nilainya.

Sementara itu, bursa saham regional Asia antara lain indeks Nikkei ditutup menguat 106,02 poin atau 0,47% ke 22.544,67, indeks Hang Seng naik 80,98 poin atau 0,31% menjadi 26.210,16, dan indeks Straits Times melemah 11,54 poin atau 0,43% ke 2.657,95. Pada pembukaan perdagangan, IHSG  dibuka menguat 9,75 poin atau 0,19% ke posisi 5.085,93. Sementara itu kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 2,45 poin atau 0,31% menjadi 799,04.

Tim riset Phintraco Sekuritas dalam laporannya menyebutkan, aksi profit taking pasca penguatan signifikan pada perdagangan kemarin diperkirakan akan memicu pelemahan IHSG Kamis. Masih dari dalam negeri, pelaku pasar juga akan menantikan rilis laporan kinerja emiten periode kuartal dua 2020.

Penurunan aktivitas ekonomi selama masa pandemi COVID-19, berpotensi memberikan dampak negatif pada kinerja emiten selama periode tersebut. IHSG sendiris sempat diperkirakan akan bergerak dalam rentang 5.000-5.150 dengan kecenderungan melemah terbatas pada Kamis (9/7). Mempertimbangkan sentimen tersebut, investor sebaiknya tetap waspada terhadap potensi pelemahan IHSG Kamis. Investor perlu mewaspadai saham-saham perbankan terutama bank BUKU IV seperti BBRI, BBNI, BBCA dan BMRI. Penguatan signifikan saham-saham tersebut pada perdagangan Rabu kemarin (9/7) berpotensi memicu aksi ambil untung investor.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…