Masih Banyak Masyarakat Cuek Protokol Kesehatan

Sejumlah daerah di Indonesia menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan sejenisnya selama sekitar tiga bulan di kala pandemi Covid-19. Ragam seruan protokol kesehatan pencegahan Virus Corona terus dilontarkan Pemerintah dan para tenaga kesehatan. Kasus Corona kian bertambah. Namun, pelanggar protokol kesehatan, seperti tidak mengenakan masker, tidak mencuci tangan, dan tidak menjaga jarak, tetap bertebaran di mana-mana.

Para ahli dan dokter menyarankan pemakaian masker jenis apapun tak lebih dari empat jam. Kalaupun terpaksa beraktivitas di ruang publik atau bekerja yang mengharuskan penggunaan masker selama delapan jam atau lebih, para pakar menganjurkan untuk membawa masker ganti.

Contoh lain yaitu saat mengantri di pusat perbelanjaan. Pengunjung tampak tak mengacuhkan rambu jaga jarak berupa tanda silang untuk merenggangkan jarak antrian, dan malah berdiri di atasnya. Belum lagi, masyarakat lebih percaya terhadap isu teori konspirasi dibanding bukti-bukti ilmiah tentang Virus Corona.

Padahal, data membuktikan bahwa tingkat kepatuhan terhadap protokol kesehatan berbanding lurus dengan angka kasus Covid-19. Misalnya, survei Universitas Airlangga yang menyebut 70 persen warga Jawa Timur, provinsi dengan kasus Corona terbanyak, tak patuh aturan pemakaian masker.

Lantas, mengapa masih ada masyarakat yang begitu cuek dan siapa sajakah mereka? Psikolog Ajeng Raviando menilai orang-orang semacam itu bisa berasal dari berbagai latar belakang. Pertama, mereka yang tak pernah menerapkan protokol kesehatan sejak awal, merasa sehat-sehat saja, serta merasa kebal terhadap Covid-19. "Orang-orang yang memang dari awal enggak mematuhi protokol kesehatan kan ada orang yang tetap nggak pakai masker, jaga jarak, cuci tangan. Dia fine-fine saja, menurut dia," kata dia, dikutip dari Antara.

"Dia akan punya asumsi dan persepsi terhadap dirinya bahwa 'Ah enggak apa-apa kok, kemarin sudah tiga bulan aku enggak pakai macem-macem, tetap sehat-sehat saja'," dia menambahkan. Kedua, menurut Ajeng, orang-orang yang sudah merasa lelah menerapkan protokol kesehatan sejak tiga bulan terakhir, lalu mereka ingin kembali ke masa normal sebelum pandemi terjadi.

"Tapi ada juga orang yang denial, merasa 'kok ngapain pusing-pusing amat', lalu keinginan kembali ke masa sebelumnya besar. Banyak orang yang berpikir ingin seperti dulu, bertemu bisa berpelukan, salaman, cipika-cipiki. Pada akhirnya ketika PSBB dilonggarkan, ya ada juga yang bablas," tutur Ajeng.

Menurutnya, masa new normal bukan berarti kembali ke masa normal sebelum pandemi terjadi, tapi ada perubahan yang sifatnya dinamis. Salah satunya yaitu menjadikan protokol kesehatan sebagai rutinitas harian seperti mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak sebagai budaya baru.

"This is not only the new normal. Menurut saya, memang awalnya new normal tapi setelah itu sudah harus menjadi new culture, this is our way of life. Jadi, jangan lupa apa yang dilakukan protokol kesehatan sudah menjadi kebiasaan," tutup dia.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…