Waktunya Mengangkat Pangan Lokal

NERACA

Jakarta - Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada (UGM), Eni Harmayani mendukung diversifikasi pangan lokal di masa pandemi Covid 19.

Lebih lanjut, panganan lokal sangat bagus diterapkan karena diproduksi dan dikembangkan masyarakatnya sesuai dengan potensi sumber daya wilayah dan budaya setempatnya. Terlebih Indonesia merupakan negara yang dikaruniai pangan lokal berlimpah.

"Kita perlu mengidentifikasi dan memberikan inovasi bagi pangan lokal yang memiliki dampak besar bagi ketahanan pangan nasional," ujar Eni.

Meski begitu, menurut Eni tetap harus memperhatikan sustainable food, dimana tujuan utamanya bukan pada sisi pengembangan saja. Melainkan pangan yang diproduksi, diproses dan diperdagangkan dengan memasukan beberapa aspek.

"Kita harus melihat apakah  pangan tersebut berkontribusi pada perekonomian lokal dan kesejahteraan yang berkesinambungan," terang Eni.

Sehingga dalam hal ini, Eni berharap kepada semua pihak bisa turut terlibat, terutama dalam melakukan proteksi keanekarahaman tumbuhan dan hewan, serta mencegah kepunahan sumber daya alam dan berkontribusi dalam perbaikan iklim.

"Pangan lokal juga harus memberikan manfaat sosial, seperti produk pangan yang berkualitas, aman dan sehat serta mampu menjadi media edukasi," jelas Eni.

Disisi lain, Eni mengakui tantangan pengembangan diversivikasi pangan harus betul-betul dihadapi dengan berbagai inovasi. Eni menilai, hanya sebagian kecil jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai sumber pangan.

Misalnya, hanya ada tiga jenis saja bahan pertanian pokok yang dimanfaatkan dan memberikan kontribusi 60 persen total kalori makanan yang dikonsumsi. Sedangkan untuk saat ini, hanya 120 spesies yang dimanfaakan dan menyumbangkan 90 persen total kalori makanan konsumsi.

Oleh karena itu, terdapat empat stategi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan pangan lokal. Pertama dengan cara mempromosikan teknik proses dan penyimpanan pangan lokal secarta kecil. Kedua penanganan pasca panen agar kandungan gizi terap terjaga.

"Kemudian, pengembangan agroindustru skala kecil yang mampu membantu pemasaran bagi petani kecil untuk meningkatkan pendapatan. Terkahir kita harus memperkuat pengetahuan mengenai pangan lokal," papar Eni.

Sementara itu, sebelumnya Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, badan pangan dunia (FAO) sudah memprediksikan bahwa dunia akan mengalami krisis pangan. Saat itu, takkan ada lagi negara yang akan menjual produk pangannya.

"Oleh karena itu, selain mendorong gerakan masyarakat untuk menanam  tanaman pangan, kita juga harus terus meningkatkan koperasi pangan sebagai bentuk antisipasi datangnya krisis pangan," kata Teten, saat mengunjungi Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq.

Menurut Teten, Koppontren Al Ittifaq sebagai salah satu koperasi sektor riil yang bergerak di sektor pangan, akan dikembangkan ke depan sebagai role model. "Kemenkop akan memback-up koperasi atau koppontren seperti itu melalui pembiayaan LPDB KUMKM. Kita akan memprioritas sektor pangan," ucap Teten.

Dengan sudah menerapkan sistem online, Teten meyakini Koppontren Al Ittifaq bakal menjadi percontohan bagi koppotren lainnya di Indonesia. Karena, pesantren ini sudah transformatif, pro teknologi, dan sudah melek IT. "Kita akan mempercepat transformasi digitalisasi ekonomi, terutama untuk KUMKM," imbuh Teten.

Disisi lain, Teten menginginkan ke depan seluruh pembiayaan UMKM melalui koperasi. Dengan catatan, seluruh koperasi yang bergerak di sektor simpan pinjam (KSP) berkinerja dan berpredikat baik. "Saya akui, meski KUR jumlahnya besar dan berbunga sangat murah, namun tidak mudah bagi UMKM untuk mengaksesnya," jelas Teten.

Selain itu, Teten juga mendorong koperasi (dan seluruh anggotanya) untuk masuk ke sektor-sektor unggulan, seperti komoditi pangan, perikanan, perkebunan, dan sebagainya. Dalam catatannya, 98% sektor perikanan dimiliki UMKM, begitu juga dengan komoditi kopi dimana 95% masih merupakan rakyat. "Koperasi harus konsolidasi untuk masuk ke sektor-sektor unggulan, karena masih ada peluang. Saya yakin, perbankan pun mau membiayai bila sudah ada offtaker," ucap Teten.

Sementara itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan bahwa sektor usaha yang sangat terdampak pandemi Covid-19 adalah perdagangan, jasa, dan industri. "Sektor pertanian hanya sedikit terdampaknya. Terlebih lagi, kita punya program strategis One Pesantren One Product. Insya Allah, mulai Agustus mendatang, ekonomi kita melaju kembali," tandas Ridwan atau biasa disapa Kang Emil.

 

BERITA TERKAIT

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…