NERACA
Jakarta – Kinerja keuangan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) di kuartal pertama cetak raport merah. Pandemi Covid-19 menjadi biang keladi dibalik penurunan kinerja perseroan. Dalam laporan keuangan yang dirilis di Jakarta, kemarin, perseroan membukukan laba bersih di kuartal pertama 2020 turun 89,24% menjadi Rp5,41 miliar, dibandingkan priode yang sama tahun lalu meraup laba Rp50,31 miliar.
Penurunan signifikan laba bersih perseroan terutama disebabkan penurunan pendapatan 0,83% secara tahunan menjadi Rp1,52 triliun; diikuti dengan kenaikan beban pokok penjualan, beban penjualan dan distribusi, beban umum dan administrasi dan beban operasi lainnya. Adapun, pendapatan dari penjualan makanan dan minuman masih menjadi penopang bisnis perusahaan dengan kontribusi sebesar 98,58%, diikuti dengan penjualan konsinyasi CD sebesar 1,36% dari total omzet pada periode tersebut.
Di sisi lain, restaurant support center yang berada di Jakarta mendukung perolehan pendapatan terbesar perseroan sekitar 37,23% dari total penghasilan pada kuartal pertama tahun ini. Baik total liabilitas dan total ekuitasnya pun meningkat masing-masing menjadi Rp1,94 triliun dan Rp1,68 triliun, sehingga membuat total aset perusahaan naik 6,33% menjadi Rp3,62 triliun dibandingkan dengan periode akhir tahun lalu.
Perseroan menjelaskan, pandemi Covid-19 membuat pemilik gerai KFC ini membatasi atau menunda operasi bisnis dan ditambah dengan instruksi dari pemerintah pusat dan/atau daerah untuk menerapkan pembatasan perjalanan, tindakan karantina dan bekerja dari rumah. Langkah-langkah dan kebijakan ini telah secara signifikan mengganggu (atau diperkirakan akan mengganggu) aktivitas orang untuk mengunjungi gerai di banyak daerah sebagai dampak dari penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tersebut.
Sampai dengan Senin (26/6), 36 gerai perseroan yang berlokasi di pusat perbelanjaan tidak beroperasi mengikuti anjuran penutupan sementara. Sedangkan, gerai lainnya tetap mengoperasikan layanan take away, drive-thru, home delivery atau online order dan layanan makan di tempat dan fasilitasnya untuk sementara ditiadakan. Pada tahap awal wabah tersebut, tingginya tingkat ketidakpastian karena hasil yang tidak terduga dari penyakit tersebut dapat mempersulit untuk memperkirakan dampak keuangan dari wabah tersebut bagi perseroan.
Saat ini, manajemen belum dapat memperkirakan sejauh mana dampak yang mungkin terjadi dari asumsi atau sumber ketidakpastian estimasi lainnya pada akhir periode pelaporan termasuk dampak apapun terhadap pendapatan, arus kas dan kondisi keuangan perseroan. Perusahaan juga telah memutuskan untuk menunda pengeluaran modal atas pembukaan gerai baru dan renovasi gerai yang sebelumnya telah dianggarkan.
Perseroan tahun ini belum berani memasang target muluk-muluk di semester dua tahun ini. Meski transisi PSBB dimulai, penjualan KFC di semester kedua belum akan maksimal. Direktur Fast Food Indonesia, Justinus Dalimin Juwono seperti dikutip kontan pernah bilang, perseroan masih perlu waktu dan belum berharap akan mencapai target tinggi.
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…
Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…
NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…
Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…
NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…