Waspadai Resesi Ekonomi

Menyimak frekuensi peningkatan jumlah kasus penularan virus corona yang sudah berskala internasional, setidaknya akan mengindikasikan sebuah fase baru bagi upaya reduksi risiko terhadap kesehatan dan perekonomian global. Pasalnya, kondisi demikian hebatnya virus tersebut mengguncang dunia tampaknya dapat dikategorikan sebagai pandemi ekonomi, walau belum ada pernyataan resmi dari lembaga keuangan dunia saat ini.

Ini mengingat China memiliki kontribusi cukup besar sekitar 20% PDB global, akselerasi sebaran virus Covid-19 di luar China dikhawatirkan mempengaruhi rantai pasok global. Ini disebabkan pengaruh dampak karantina dan pemberhentian operasi sejumlah perusahaan manufaktur, yang tidak semata menghantam internal perusahaan di negeri Panda itu, namun jtelah merambah pada jaring perdagangan internasional.

Seperti berdasarkan analisis data lembaga perdagangan global Dun and Bradstreet, memperkirakan ada 56 ribu perusahaan di seluruh dunia ikut terdampak perlambatan akibat terganggungnya pasokan dari China baik secara langsung maupun tidak. Lima sektor utama yang bakal terdampak mencakup perdagangan, industri jasa, jasa finansial, pengolahan, dan penjualan eceran.

Nah, apabila sebaran virus tidak kunjung tertangani hingga musim panas mendatang, pertumbuhan ekonomi global diprediksi bakal mengalami penurunan hingga 1%. Tentunya bagi Indonesia, menurut kajian Kemenko Bidang Perekonomian, penyebaran virus corona berdampak terhadap perekonomian Indonesia melalui tiga alur, yakni pergerakan orang, barang, dan uang. Perekonomian nasional diperkirakan terkontraksi sekitar 0,1-0,3% bila situasi seperti sekarang berlangsung hingga lebih dari enam bulan ke depan.

Menurut data perdagangan, impor produk Indonesia dari China mencapai 32,11%. Besarnya persentase impor dari China tersebut menambah faktor risiko terhadap industri manufaktur domestik. Partisipasi Indonesia dalam rantai pasok perdagangan global terutama backward linkage yakni proporsi produk impor yang memiliki nilai tambah untuk diekspor kembali mencapai 10,1% pada 2017 (ADB dan IDB, 2019). Jelas, kondisi ini bisa berdampak pada aktivitas perekonomian domestik karena salah satu keunggulan komparatif Indonesia pada sektor manufaktur.

Kita ingat beberapa waktu lalu, kalangan ekonom sudah mewanti-wanti bahwa dampak wabah dapat menyamai kehancuran akibat perang, krisis keuangan, dan bencana lingkungan. Krisis penyakit menular bisa menyebabkan disrupsi ekonomi dan kemanusiaan yang luar biasa. Oleh karena itu upaya mencegah sentimen negatif penyebaran virus corona dan perlambatan ekonomi global perlu menjadi perhatian serius bersama.

Untuk menjaga stabilitas pertumbuhan nasional, pemerintah telah memberikan insentif dengan cara menerbitkan Paket Kebijakan Fiskal senilai Rp 10,3 triliun. Anggaran itu diambil dari dana cadangan di APBN 2020, yang akan disalurkan antara lain melalui tambahan manfaat Kartu Sembako dari sebelumnya Rp 150.000 menjadi Rp 200.000, diskon liburan, serta insentif bagi maskapai dan agen perjalanan yang bisa mendatangkan wisatawan mancanegara dan lokal.

Bagaimanapun, imbas terdekat akibat wabah ini adalah di sektor pariwisata. Karantina dan larangan perjalanan lintas negara berdampak pada jumlah kunjungan turis ke Indonesia. Data BPS  mencatat ada 16,107 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada 2019. Dari angka tersebut, 2,072 juta berasal dari China, atau rata-ratakunjungan wisatawan China triwulan pertama mencapai 532.000 orang dalam tiga tahun terakhir. Jika jumlah kedatangan wisatawan China berkurang separuhnya, maka ada potensi penurunan pendapatan negara hingga Rp 2,5 triliun.

Kini sudah saatnya faktor non-ekonomi seperti risiko kesehatan, terorisme, dan perubahan iklim perlu diakomodasi dalam analisis ekonomi makro secara komprehensif. Karena pengalaman sejarah, bahwa krisis penyakit menular merupakan salah satu risiko terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi global.

BERITA TERKAIT

Sinergitas Lintas Sektoral

Dalam upaya menjaga Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas), serta untuk menciptakan situasi dan kondisi di wilayah agar tetap dalam keadaan…

Optimalisasi Pangan

Harga pangan di sejumlah wilayah Indonesia mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir, terlebih menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri. Tidak…

Momentum Jalin Persatuan

Pasca pemilihan umum, bulan Ramadhan menyajikan momentum yang berharga bagi masyarakat untuk menyatukan diri. Meskipun perbedaan politik mungkin telah menimbulkan…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Sinergitas Lintas Sektoral

Dalam upaya menjaga Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas), serta untuk menciptakan situasi dan kondisi di wilayah agar tetap dalam keadaan…

Optimalisasi Pangan

Harga pangan di sejumlah wilayah Indonesia mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir, terlebih menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri. Tidak…

Momentum Jalin Persatuan

Pasca pemilihan umum, bulan Ramadhan menyajikan momentum yang berharga bagi masyarakat untuk menyatukan diri. Meskipun perbedaan politik mungkin telah menimbulkan…