Kapal Penumpang vs New Normal

 

Oleh: Siswanto Rusdi

Direktur The National Maritime Institute (Namarin)

 

Sektor usaha pelayaran penumpang atau cruise line diperkirakan akan terdampak cukup dalam bila new normal diterapkan. Dari semua bagian sektor pelayaran, pelayaran penumpang adalah yang paling banyak dijangkiti oleh virus corona. Salah satu penyebabnya, sikap keras kepala operator cruise. Mereka tidak segera membatalkan pelayaran wisata yang sudah diprogram dan mengembalikan uang tiket (refund). Penumpang akhirnya terpaksa tetap melakukan pelayaran sementara wabah corona sudah mengharu biru di bebagai belahan dunia. Sebab lain, kapal penumpang adalah alat angkut yang paling banyak membawa penumpang di antara moda lainnya. Sehingga, sulit sekali melakukan physical distancing.

Indonesia merupakan salah negara yang amat tersengat dengan penyebaran virus corona di atas kapal pesiar. Pasalnya ada puluhan ribu anak Indonesia yang bekerja sebagai pelayan di atas berbagai hotel terapung dunia. Kini, sedikit demi sedikit mereka dikirim balik oleh operatornya. Menurut data Kementerian Perhubunga, ada 20.000 anak buah kapal (ABK) yang akan kembali ke Tanah Air.

Di Indonesia sendiri kasus terpapar virus corona di atas kapal penumpang juga lumayan banyak. Sejauh ini kapal yang dioperasikan oleh PT Pelni paling mendominasi sebagai tempat penjangkit. Perusahaan BUMN itu kini telah menyetop operasi kapal penumpang namun tetap menjalankan kapal perintis Sabuk Nusantara.

Sebelum virus corona merebak, pelayaran penumpang dalam negeri sebetulnya sudah terseok sejak penerbangan berbiaya murah (low cost carrier) beroperasi. Dengan harga tiket pesawat yang relatif tidak berbeda jauh dengan harga tiket kapal laut, jelas pengguna jasa lebih memilih pesawat. Nyaman, bergaya dan, yang paling penting, cepat sampai tujuan.

Bisnis pelayaran penumpang di zaman new normal akan berbeda jauh. Kapasitas kapal tidak bisa lagi diisi penuh karena adanya kewajiban physical distancing. Kapal pun harus sering-sering disterilisasi agar virus corona punah. ABK mesti mendapat seragam kerja baru yang disesuaikan dengan protokol kesehatan. Alat perlindungan diri (APD) harus tersedia cukup di atas kapal untuk jaga-jaga.

Di darat, operator kapal dihadapkan dengan perubahan prosedur pelayanan kapal penumpang yang diberlakukan oleh otoritas pelabuhan. Semua ini tentu saja ada biayanya. Sayangnya, biaya-biaya tidak terduga itu sulit ditutup dengan pendapatan operasi yang akan terpangkas lebih dari 50 persen karena pembatasan jumlah penumpang yang boleh diangkut di zaman new normal nanti. Bagi penumpang, mereka harus keluar duit untuk biaya cek kesehatan sebelum naik kapal.

Bagi pelayaran dalam negeri, likuiditas sudah menjadi masalah jauh sebelum wabah corona datang. New normal akan membuat masalah ini makin berat. Saat ini, penumpang kapal di dalam negeri sudah berkurang hampir lima puluh persen. Bisa jadi lebih. Di sisi lain, likuiditas pelayaran penumpang pelat merah banyak ditopang oleh subsidi negara. Dengan kondisi keuangan negara yang makin berat dihajar pandemi, bisa-bisa subsidi ini disetop.

BERITA TERKAIT

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

BERITA LAINNYA DI

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…