Pendapatan KMI Wire Cable Anjlok 49,8%

NERACA

Jakarta – Di kuartal pertama 2020, PT KMI Wire and Cable Tbk (KBLI) mencatatkan kinerja keuangan yang kurang apik. Dimana emiten produsen kabel ini membukukan pendapatan anjlok 49,8% secara tahunan menjadi Rp 514,20 miliar di akhir Maret lalu. Padahal di kuartal I-2019, pendapatan perusahaan masih Rp 1,02 triliun. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dirilis di Jakarta, kemarin.

Lebih rinci, penjualan pihak ketiga lokal berkontribusi pada anjloknya pendapatan KBLI.  Tercatat, penjualan lokal merosot 46,6% menjadi Rp 505,18 miliar. Kemudian, penjualan ekspornya juga turun dari sebelumnya Rp 11,55 miliar di kuartal I 2019 menjadi Rp 2,81 miliar.  Di tiga bulan pertama tahun ini, KBLI melakukan penjualan ke PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) sebagai pihak berelasi senilai Rp 4,01 miliar atau turun 81,8% yoy. 

Adapun pendapatan kontrak konstruksi juga turun dari sebelumnya di kuartal I 2019 senilai Rp 44,68 miliar menjadi Rp 2,18 miliar.  Di sisi lain, KBLI mampu memangkas beban pokok pendapatan hingga 41,3% menjadi Rp 489,47 miliar. Namun seiring dengan merosotnya pendapatan, laba kotor emiten kabel ini turun drastis menjadi Rp 24,73 miliar dari sebelumnya Rp 190,68 miliar. 

Tekanan bagi kinerja perusahaan bertambah setelah mencatatkan rugi kurs mata uang asing senilai Rp 4,81 miliar. Padahal, di periode yang sama tahun sebelumnya KBLI masih untung kurs Rp 4,80 miliar.  KBLI juga membukukan kerugian lain-lain bersih sebesar Rp 126,04 juta dari sebelumnya untung. Alhasil, pada periode Januari-Maret 2020, KBLI mencetak rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 23,13 miliar. Pada periode yang sama tahun  2019, perusahaan masih mencatatkan laba sebesar Rp 114,98 miliar. 

Sementara itu, jumlah liabilitas KBLI mengalami penurunan 43,8% menjadi Rp 660 miliar dari sebelumnya Rp 1,17 triliun di 31 Desember 2019.  Wakil Presiden Direktur KBLI, Gabriela Lili menjelaskan, penurunan liabilitas ini disebabkan pelunasan utang bank sebesar Rp 180 miliar.

Perseroan juga menyebutkan ada penurunan pos biaya yang masih harus dibayar dan telah dilakukan pembayaran ke kontraktor sebesar Rp 199 miliar dan pelunasan bunga bank. Adapun penurunan liabilitas ini memberi pada rasio aset lancar terhadap liabilitas lancar naik 84,5%  dari 2,91 pada Desember 2019 menjadi 5,37 pada 31 Maret 2020.

Kemudian, rasio jumlah liabilitas terhadap jumlah aset turun 33,7% dari 0,33 pada 31 Desember 2019 menjadi 0,22 di akhri Maret lalu. Selain itu, rasio jumlah liabilitas terhadap ekuitas turun 43,2% dari sebesar 0,49 pada 31 Desember 2019 menjadi sebesar 0,28 pada 31 Maret 2020.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…