Berhasilkah PSBB?

Keputusan Presiden Jokowi tidak memilih strategi lockdown (mengunci), tapi dengan terapi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam upaya menangkal penyebaran virus Covid-19, merupakan solusi jitu saat ini. Karena dampak ekonomi akibat Covid-19 sudah mulai terasa di berbagai negara termasuk Indonesia. Beberapa perusahaan besar mengurangi kegiatan bisnis secara signifikan. Begitu juga banyak banyak UMKM mulai tersendat produksi maupun distribusinya.

Kita lihat apa yang terjadi dengan China yang sekarang menjadi perhatian global karena posisinya sebagai perekonomian terbesar kedua di dunia. Skala ekonomi China saat ini mencapai US$13,6 triliun, yang sekaligus menjadikan China mampu berkontribusi 17% PDB dunia. China juga tercatat sebagai eksportir intermediate goods terbesar di dunia.

Ketika wabah Covid-19 pertama kali melanda sebuah kota di China, Wuhan, Presiden China hanya berani melakukan kebijakan lockdown terhadap satu kota itu saja, bukan lockdown nasional.

Berkaca pengalaman China seperti itu, di Indonesia yang PDB-nya masih di bawah US$10.000 masih ada sejumlah pihak di dalam negeri yang mengusulkan agar Indonesia melakukan lockdown. Kelompok mereka kemudian menakut-nakuti antara lain jika Indonesia bakal serupa Italia jika tidak melakukan lockdown.  

Makna lockdown adalah kondisi dimana kepala negara memutuskan mengunci satu negara, satu kota, atau satu wilayah sehingga orang tidak bisa keluar-masuk negara, kota, atau daerah itu. Pergerakan di dalam negara, kota, atau wilayah pun sangat dibatasi, kecuali untuk keperluan mendesak, semisal ke rumah sakit. Tentara dan polisi bergerak untuk menegur jika ada orang berkeliaran tanpa alas an tertentu. Kehidupan ekonomi menjadi total berhenti selama periode tertentu.

Sejumlah pakar memprediksi  wabah Covid-19 akan berdampak ekonomi lebih besar daripada wabah SARS. Penyebabnya tidak lain ekonomi China saat ini sudah berada dalam tren moderasi,  dan ekonomi negeri Panda itu sudah lebih terintegrasi dengan global. Jadi apa yang terjadi di China akan dirasakan dampaknya ke negara lain.

Di sektor pariwisata, China merupakan yang terbesar di dunia. Kunjungan turis dari China secara global mencapai 173 juta orang dengan belanja turisme lebih dari US$250 miliar. Tak hanya itu, banyak sektor ekonomi yang berpotensi terdampak virus korona. Sektor manufaktur dan perdagangan internasional, sektor jasa lainnya, retail, hiburan, pendidikan, dan transportasi. Penurunan aliran FDI, peningkatan sentimen pasar keuangan global, dan penurunan harga komoditas.

Di Indonesia, wabah Covid-19 sudah cepat terasa efeknya di sektor pariwisata. Turis dari China dan negara lain turun drastis. Disrupsi juga terjadi pada sektor perdagangan dan rantai pasokan karena berkurangnya pasokan dari Tiongkok. Saat ini, 27% impor nonmigas kita dari China dan 16,7% pangsa pasar ekspor Indonesia ke China.

Jelas, penurunan harga komoditas membayangi karena China merupakan konsumen komoditas besar dari Indonesia. China juga merupakan importir kedua terbesar untuk komoditas CPO dan ketiga terbesar untuk komoditas batu bara.

Dari gambaran tersebut, kinerja ekspor Indonesia baik barang maupun jasa pada akhirnya berpengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi yang diprediksi kurang dari 5% pada tahun ini. Utamanya sektor yang terdampak mencakup akomodasi, transportasi, retail, penurunan wisatawan dan manufaktur sehingga berpotensi mendorong peningkatan defisit neraca perdagangan. Kemudian penurunan risiko appetite investor mendorong peralihan investasi pada non foreign direct investment (FDI), potensi penurunan penerimaan antara lain dari bea masuk dan PNBP SDA.

Wajar, jika Presiden Jokowi segera bertindak cepat memerintahkan jajaran kabinet untuk fokus pada mitigasi dampak pelemahan ekonomi global di tengah wabah virus Covid-19 terhadap pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional. Kementerian dan lembaga (K/L) yang terkait diperintahkan menerbitkan sejumlah kebijakan yang akan menjadi stimulus sekaligus untuk merespon perubahan situasi yang setiap saat dapat berubah cepat.

BERITA TERKAIT

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…