Aksi G20 Mendukung Perdagangan dan Investasi Dunia

NERACA

Jakarta - Menteri-menteri Perdagangan negara anggota G20 kembali menggelar Pertemuan Virtual Luar Biasa Kedua tentang Pandemi Global COVID-19 pada tanggal 14 Mei 2020 malam Waktu Indonesia Bagian Barat.

Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto menjelaskan bahwa pertemuan ini dimaksudkan untuk mengkoordinasikan lebih jauh aksi kolektif anggota G20 dalam menanggulangi dampak pandemi virus corona COVID-19, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Pertemuan ini menghasilkan Pernyataan Menteri-menteri Perdagangan dan Investasi G20 yang dilengkapi Annex yang memuat (a) rencana aksi jangka pendek di bidang peraturan perdagangan, fasilitasi perdagangan, transparansi, pengoperasian jejaring logistik, dukungan kepada UMKM, dan (b) rencana aksi jangka panjang berupa dukungan pada sistem perdagangan multilateral, pembangunan matarantai pasokan dunia yang berdaya-tahan, dan penguatan investasi internasional.

"Di dalam aksi jangka pendek, G20 Action memuat komitmen-komitmen untuk membantu mengurangi dampak COVID-19 yang luas, sementara aksi jangka panjang ditujukan untuk mendukung sistem perdagangan multilateral dan mempercepat pemulihan ekonomi," jelas Agus.

Menurut Agus, pertemuan tersebut membahas kemajuan yang dibuat oleh G20 Trade and Investment Working Group (TIWG) sejak pertemuan virtual pertama Menteri-menteri Perdagangan G20 pada 30 Maret 2020.

Dalam aksi jangka pendek, selain memastikan respons kebijakan perdagangan terkait wabah yang menjadi prioritas utama, anggota G20 berkomitmen memastikan agar mereka yang paling terdampak pandemi COVID-19 mendapat dukungan seraya mencegah adanya hambatan yang tidak perlu terhadap perdagangan atau ganggguan pada rantai pasok global, dan menjaga konsistensi kebijakan dengan aturan-aturan di WTO.

“Untuk aksi jangka panjang, menggarisbawahi komitmen G20 yang kuat untuk melakukan reformasi WTO guna meningkatkan fungsinya dan mendukung peran sistem perdagangan multilateral dalam mempromosikan stabilitas dan prediktabilitas aliran perdagangan internasional,” jelas Agus.

Agus mengungkapkan, menteri-menteri G20 akan terus memantau situasi dengan cermat, menilai dampak pandemi pada perdagangan, dan akan melaksanakan kembali pertemuan menteri apabila diperlukan. Para Menteri Perdagangan menugaskan G20 Trade and Investment Working Group untuk memberikan perhatian yang tinggi terhadap rekomendasi kebijakan dan membuat pembaharuan status pada implementasi aksi yang disepakati.

Para Menteri Perdagangan G20 perlu terus menjaga momentum dan menerjemahkan instruksi para pemimpin negara G20 ke dalam tindakan-tindakan konkret guna melawan pandemi COVID-19 beserta dampak yang ditimbulkannya, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi.

Indonesia secara aktif mengambil langkah-langkah untuk menangkal COVID19. Di bidang perdagangan, sejumlah relaksasi ekspor-impor, penghapusan hambatan non-tarif dan peningkatan efisiensi logistik telah dan akan terus dilakukan untuk menjaga kelancaran perdagangan internasional.

 “Terlepas dari berbagai tantangan internal yang mungkin kita hadapi. Kita tidak boleh kehilangan pandangan ke depan mengenai pentingnya komitmen untuk meningkatkan kolaborasi dengan negara-negara utama di dunia,” ungkap Agus.

Dalam hal ini, Agus mengakui, Indonesia berpandangan bahwa kerja sama di antara anggota G20 perlu ditingkatkan, dan untuk saat ini fokusnya adalah menangani COVID-19 dan dampaknya terhadap ekonomi, seperti yang dimandatkan oleh para Pemimpin G20.

Sehingga melalui forum G20 ini Indonesia terus menekankan kembali komitmen untuk mendukung ketersediaan pasokan medis dan obat-obatan penting dengan harga terjangkau, atas dasar kesetaraan, dimana sangat dibutuhkan, dan secepat mungkin. Upaya tersebut sejalan dengan langkah-langkah kolaborasi negara-negara G20 untuk melakukan penelitian dan pengembangan untuk diagnosa, terapi dan vaksin.

“Hal utama yang menjadi perhatian saat ini adalah agar hasil penelitian obat-obatan dan vaksin guna menanggulangi COVID-19 tidak dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan yang tidak wajar,” kata Agus.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo secara khusus menyatakan kembali sikap Indonesia, bahwa reformasi WTO penting segera dilaksanakan untuk mengatasi ketidakpastian dan dampak negatif dari perang dagang yang terjadi saat ini. Seluruh negara harus memberikan komitmen untuk bekerja sama memperbaiki sistem perdagangan multilateral agar dapat memberikan manfaat bagi semua negara dan tetap relevan seiring dengan perkembangan zaman.

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…