Di tahun 2019, PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) membukukan pendapatan jasa sebesar US$ 438,87 juta atau turun 9,03% secara tahunan (yoy) dari US$ 482,45 juta pada tahun 2018. Sejalan dengan menyusutnya pendapatan, beban jasa juga dapat ditekan 9,40% menjadi US$ 379,26 juta dibanding tahun sebelumnya dimana beban jasa mencapai US$ 418,64 juta. Sehingga laba kotor SMDR pada tahun lalu sebesar US$ 59,60 juta atau turun 6,58% dari tahun sebelumnya US$ 63,80 juta.

Perseroan dalam laporan keuangan yang dirilis di Jakarta,kemarin juga menyebutkan, mengalami penurunan nilai dan keuntungan penjualan aset tetap sebesar US$ 67,25 juta. Alhasil SMDR menanggung rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan pada entitas induk atau rugi bersih US$ 38,36 juta. Padahal pada tahun sebelumnya perusahaan perkapalan ini masih mengantongi laba bersih US$ 7,30 juta.

Asal tahu saja, perseron mengklaim menuai untung imbas dari penurunan harga minyak dunia. Direktur SDMR, Bani Maulana Mulia seperti dikutip kontan pernah bilang, pihaknya mencatatkan penurunan pada beban operasi. Menurut dia, biaya bungker atau simpanan bahan bakar kapal dalam satu hingga dua pekan terakhir menurun. "Pada awal tahun, biaya bungker kapal memang sempat tinggi, melampaui perkiraan tahun lalu tapi per hari ini sudah turun dari yang kami anggarkan," ujarnya.

Alhasil, biaya operasi yang menyumbang sekitar 20% total beban Samudera Indonesia ikut turun. Meskipun begitu, Bani mengungkapkan bahwa Samudera Indonesia masih wait and see terkait pengaruh pasti penurunan harga minyak dunia pada kinerja perusahaan tahun ini. Alasannya, penurunan biaya operasi ini bisa jadi sejalan dengan turunnya pendapatan.